Kasus Covid-19 Melonjak, Rumah Sakit di India Kewalahan Menerima Pasien
›
Kasus Covid-19 Melonjak, Rumah...
Iklan
Kasus Covid-19 Melonjak, Rumah Sakit di India Kewalahan Menerima Pasien
Bhramar Mukherjee, profesor biostatistik dan epidemiologi, dan timnya memperkirakan bahwa antara 630.000 sampai 2,1 juta orang dari 1,3 miliar jiwa dari total populasi India akan terinfeksi Covid-19 pada awal Juli 2020.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
MUMBAI, SENIN — Rumah sakit di India kini kewalahan melayani pasien Covid-19 yang jumlahnya terus meningkat. Tak hanya kekurangan tempat tidur untuk pasien, rumah sakit di negara itu juga kekurangan tenaga kesehatan untuk merawat pasien Covid-19 yang kritis.
Pada Minggu (24/5/2020), India melaporkan 6.767 kasus baru Covid-19, rekor jumlah kasus baru dalam sehari sejauh ini. Data Pemerintah India memperlihatkan bahwa jumlah kasus di negara padat penduduk itu naik dua kali lipat setiap 13 hari seiring dengan kebijakan pelonggaran karantina wilayah.
Saat ini, total kasus Covid-19 di India 131.000 dengan 3.867 orang di antaranya meninggal dunia. ”Kenaikan kasus ini tidak kunjung turun,” kata Bhramar Mukherjee, profesor biostatistik dan epidemiologi di University of Michigan. ”Kami belum melihat kurva kasusnya melandai.”
Mukherjee dan timnya memperkirakan bahwa antara 630.000-2,1 juta orang dari 1,3 miliar jiwa dari total populasi India akan terinfeksi Covid-19 pada awal Juli nanti.
Penambahan kasus Covid-19 yang tinggi tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan tempat tidur, terutama di ruang perawatan intensif (ICU) di rumah sakit. Akibatnya, rumah sakit, terutama di kota-kota dengan kasus tinggi, kewalahan.
Otoritas Kota Mumbai, misalnya, memerintahkan pejabat terkait untuk mengendalikan setidaknya 100 rumah sakit swasta agar tersedia lebih banyak tempat tidur bagi pasien Covid-19. Selama ini sekitar 55 persen pasien di kota berpenduduk 20 juta itu berobat ke rumah sakit swasta. Dengan langkah itu pun, tetap saja masih ada daftar tunggu pasien yang panjang.
Pada 16 Mei 2020, otoritas Mumbai juga menyebutkan bahwa mereka tidak memiliki tenaga medis yang cukup untuk merawat pasien Covid-19 yang kritis.
Bukan cuma tempat tidur yang kurang. Pada 16 Mei 2020, otoritas Mumbai juga menyebutkan bahwa mereka tidak memiliki tenaga medis yang cukup untuk merawat pasien Covid-19 yang kritis. Alhasil, dokter residen (dokter umum calon dokter spesialis) akan bekerja ekstra dengan waktu istirahat yang kurang.
Sejumlah dokter menyampaikan bahwa mereka sudah kewalahan merawat pasien Covid-19 tanpa alat pelindung diri (APD) yang memadai. Mereka pun berisiko besar terinfeksi Covid-19 dari pasiennya.
Data pemerintah federal India menunjukkan, tahun lalu ada 714.000 tempat tidur di rumah sakit di India atau naik dari sekitar 540.000 tempat tidur pada tahun 2009. Namun, dengan pertumbuhan populasi yang besar, kenaikan itu tidak mencukupi.
Berdasarkan data Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), India memiliki 0,5 tempat tidur untuk 1.000 orang, naik dari 0,4 tempat tidur per 1.000 orang pada 2009.
Sebagai perbandingan, negara dengan populasi yang besar, seperti China, memiliki 4,3 tempat tidur per 1.000 penduduk. Amerika Serikat mempunyai 2,8 tempat tidur per 1.000 penduduk.
Seorang warga Mumbai, Manit Parikh, contohnya, kesulitan mendapatkan ruang unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit ketika membawa ibunya yang dikonfirmasi positif Covid-19, Minggu (17/5/2020). Setelah selama lima jam menelepon puluhan rumah sakit, ia akhirnya mendapat ICU di rumah sakit swasta Bombay Hospital.
Sehari kemudian, kakek Parikh yang berusia 92 tahun dan memiliki diabetes, kesulitan bernapas dan langsung dibawa ke Breach Candy Hospital, rumah sakit swasta yang lain. Tetapi, tidak tersedia tempat tidur. ”Ayah saya memohon kepada mereka,” ujar Manit. ”Mereka bilang tidak ada lagi tempat tidur tersedia, bahkan di ruang perawatan biasa sekalipun.”
Akhirnya, Manit mendapatkan tempat tidur di Bombay Hospital. Namun, beberapa jam kemudian kakek Manit mengembuskan napas terakhirnya. Hasil tes memperlihatkan bahwa kakek itu positif Covid-19.
Perwakilan rumah sakit Lilavati dan Bombay menolak mengomentari kasus yang dialami Manit. Sementara Breach Candy Hospital tidak merespons permintaan wawancara terkait hal itu.
Sementara itu, di negara Asia Selatan lainnya, yakni Pakistan, kekhawatiran akan meningkatnya kasus Covid-19 juga meningkat seiring dengan protokol kesehatan yang tidak dijalankan, terutama menjelang dan saat Idul Fitri 1441 Hijriah. Pasar-pasar tetap ramai oleh pembeli meski petugas keamanan sesekali membubarkan kerumunan warga di beberapa pusat keramaian.
”Selama lebih dari dua bulan anak-anak saya berada di rumah,” ujar Ishrat Jahan, ibu dua anak saat berbelanja untuk keperluan hari raya di sebuah pasar yang ramai di Kota Rawalpindi, Pakistan. ”Hari raya ini untuk anak-anak, jika mereka tidak bisa merayakannya tanpa pakaian baru, tidak ada artinya kami bekerja sepanjang tahun.”
Pakistan juga tetap mengizinkan sembahyang di masjid selama bulan suci Ramadhan. Negara itu belum mengeluarkan kebijakan terkait kerumunan selama libur hari raya Idul Fitri.