Nekat Pelesir ke Pantai-pantai Gunung Kidul, Petugas Halau Puluhan Wisatawan
›
Nekat Pelesir ke Pantai-pantai...
Iklan
Nekat Pelesir ke Pantai-pantai Gunung Kidul, Petugas Halau Puluhan Wisatawan
Petugas meminta sejumlah warga yang masih nekat mengunjungi sejumlah pantai di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk pulang. Sementara di Kota Yogyakarta, Jalan Malioboro tampak sepi pada hari kedua Lebaran.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
WONOSARI, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, sejumlah wisatawan nekat mengunjungi beberapa pantai di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (25/5/2020). Petugas akhirnya meminta mereka pulang karena pantai-pantai di pesisir selatan Gunung Kidul masih ditutup guna mencegah penularan Covid-19.
”Memang ada beberapa wisatawan yang mau ke pantai, tapi kan pantai masih ditutup semua. Makanya, kami imbau para wisatawan pulang,” ujar Koordinator Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) Wilayah II Pantai Baron, Gunung Kidul, Marjono, saat dihubungi, Senin siang.
Satlinmas merupakan lembaga yang bertanggung jawab mengawasi pantai-pantai di Gunung Kidul. Petugas Satlinmas antara lain bertugas menjaga keselamatan wisatawan saat berkunjung ke pantai. Sementara Satlinmas Wilayah II Pantai Baron bertanggung jawab mengawasi 37 pantai di Gunung Kidul.
Marjono menjelaskan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan Senin pagi, ada sejumlah wisatawan yang datang ke beberapa pantai di Gunung Kidul, misalnya Pantai Indrayanti di Kecamatan Tepus serta Pantai Sepanjang di Kecamatan Tanjungsari. Para wisatawan itu memanfaatkan momen libur Idul Fitri untuk berwisata ke pantai.
Marjono menuturkan, jumlah wisatawan yang datang ke Pantai Indrayanti dan Pantai Sepanjang pada Senin pagi mencapai puluhan orang. Namun, dia memastikan, para wisatawan itu telah diminta meninggalkan pantai. Sesudah diminta oleh petugas, para wisatawan tersebut bersedia meninggalkan pantai.
”Imbauan kami untuk semua wisatawan, mohon bersabar dulu untuk tidak mengunjungi pantai-pantai di Gunung Kidul demi terputusnya mata rantai penularan penyakit Covid-19,” ungkap Marjono.
Sejak penyebaran penyakit Covid-19 di DIY pada Maret, semua pantai di Gunung Kidul ditutup untuk kunjungan wisatawan. Penutupan ini untuk mencegah potensi penularan Covid-19 di tempat keramaian.
Menurut Marjono, sejak penyebaran penyakit Covid-19 di DIY pada Maret lalu, semua pantai di Gunungkidul memang ditutup untuk kunjungan wisatawan. Penutupan itu dilakukan untuk mencegah kemungkinan penularan penyakit Covid-19.
”Atas inisiatif dari kelompok sadar wisata (pokdarwis), semua pantai ditutup dan diberi portal, tidak boleh dikunjungi dulu sambil menunggu situasi kondusif,” kata Marjono.
Marjono menambahkan, mulai Senin ini, penjagaan pantai-pantai di Gunung Kidul akan diperketat untuk memastikan tidak ada wisatawan yang masuk. Oleh karena itu, selain diberi portal, pintu-pintu masuk ke sejumlah pantai akan dijaga anggota pokdarwis setiap wilayah serta aparatur desa.
”Sejak sebulan lalu, sebenarnya sudah ada pemasangan portal. Tapi, kan, tidak dijaga. Nah, mulai sekarang, setiap pantai diportal dan dijaga selama 24 jam,” tutur Marjono.
Saat ini, Dinas Pariwisata Gunung Kidul tengah menyiapkan protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19 di obyek wisata.
Sekretaris Dinas Pariwisata Gunung Kidul Hary Sukmono mengatakan, semua obyek wisata di kabupaten itu telah ditutup sejak 23 Maret 2020 untuk mencegah risiko penularan penyakit Covid-19. Hingga kini, kebijakan penutupan obyek wisata itu masih berlaku. Oleh karena itu, untuk sementara, wisatawan diminta tidak datang ke obyek-obyek wisata di Gunung Kidul.
”Kami imbau ketentuan itu ditaati karena kami juga tidak tahu tamu yang datang itu dalam kondisi sehat atau tidak. Daripada nanti membawa sesuatu yang tidak diinginkan pada masyarakat setempat,” ujar Hary.
Menurut Hary, hingga sekarang, belum bisa dipastikan kapan obyek wisata di Gunung Kidul akan dibuka kembali. Saat ini, Dinas Pariwisata Gunung Kidul tengah menyiapkan protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19 di obyek wisata.
Protokol itu disiapkan seiring rencana pemerintah pusat memberlakukan kebijakan new normal atau normal baru. Kebijakan normal baru itu antara lain mencakup rencana pembukaan kembali obyek wisata di sejumlah wilayah Indonesia.
Hary menyebut, pihaknya belum mengetahui kapan kebijakan normal baru akan diberlakukan. ”Tapi kami saat ini bersiap dalam rangka new normal itu dengan menyiapkan protokol kesehatan di destinasi wisata,” tuturnya.
Malioboro sepi
Beberapa destinasi wisata lainnya di DIY terpantau sepi pada Senin ini. Salah satu destinasi wisata yang terlihat sepi adalah kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta. Padahal, pada masa libur Lebaran, kawasan Malioboro biasanya selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Berdasarkan pantauan Kompas, pada Senin sekitar pukul 11.00, kawasan wisata Malioboro terlihat cukup lengang. Hanya ada beberapa wisatawan yang berjalan-jalan atau duduk-duduk di kawasan itu. Sebagian besar toko dan kios pedagang kaki lima (PKL) di Malioboro juga tampak tutup.
Beberapa bangku di trotoar kawasan Malioboro tampak dipasangi tali oleh petugas untuk memastikan para pengunjung menjaga jarak satu sama lain. Langkah ini bagian dari upaya pencegahan penularan Covid-19.
Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima Malioboro-Ahmad Yani (Pemalni) Slamet Santoso mengatakan, sejak pertengahan Maret 2020, para PKL di Malioboro memang memutuskan libur berjualan. Hingga kini, sebagian besar PKL belum kembali berjualan karena situasi belum kondusif.
”Teman-teman memang masih libur karena kami pantau situasi dan kondisi belum memungkinkan. Penularan Covid-19 masih terus meningkat, sedangkan wisatawan belum ada. Jadi, saya imbau ke teman-teman untuk menunggu kondisi membaik dulu,” ujar Slamet.
Slamet menuturkan, pada masa libur Lebaran, kawasan Malioboro biasanya ramai dikunjungi para wisatawan. Pada masa itu pula, para PKL Malioboro biasa mendapatkan pemasukan berlipat dibandingkan kondisi biasa. Namun, tahun ini, hal itu tak bisa dinikmati para PKL.
”Mudah-mudahan nanti bisa cepat reda pandemi ini di Yogyakarta, sektor ekonomi juga pulih, dan pariwisata di Yogyakarta bisa lancar lagi,” ungkap Slamet.