Chef Bara Pattiradjawane menilai media sosial menjadi kekuatan dalam bisnis kuliner selama ataupun setelah masa pandemi. Terlebih jika didukung konten, tampilan, dan layanan pelanggan yang baik dan menarik.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·1 menit baca
Pandemi Covid-19 memengaruhi banyak orang, tak terkecuali chef Bara Pattiradjawane. Namun, dia memilih menghadapinya dengan menggali peluang dan kekuatan media sosial.
”Semua pekerjaan saya tiga bulan ke depan dibatalkan,” kata Bara, saat menjadi pembicara dalam webinar Chef Talk yang dimotori Indonesian Gastronomy Association, pekan lalu.
Bara kini lebih memilih disebut social media presenter. Namun, dia menekankan sebutan itu bukanlah bloger atau pemengaruh. Dia banyak memberikan inspirasi dan pelatihan secara daring melalui semua kanal media sosial, seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan Youtube.
”Menjual secara daring adalah the way of future. Kalaupun pemerintah sudah mengangkat pembatasan sosial berskala besar, orang tidak akan semudah itu bersosialisasi ke restoran. Kekuatan media sosial harus dipikirkan,” ujarnya.
Konten dan tampilan media sosial menjadi salah satu kunci sukses merangkul cara baru berkuliner. Selain itu, menurut dia, bagian layanan pelanggan menjadi bagian penting dari cara tersebut.
”Karena tidak bertatap muka, costumer service section sangat dibutuhkan. Kadang-kadang ada costumer service yang tidak cepat tanggap. Itu tidak bisa. Ponsel harus terus di tangan untuk jawab apa pun,” imbuh Bara.
Bagian layanan pelanggan juga harus bisa berlaku baik, sopan, ramah kepada pelanggan. Ajak ngobrol jika perlu, lanjut dia. ”Ini bisa jadi ’senjata’ bagi bisnis kuliner setelah pandemi selesai,” katanya. (FRO)