Mengantar hantaran berupa makanan dan barang menjadi bagian dari perayaan Lebaran masyarakat Indonesia. Di tengah pandemi, tradisi silaturahmi ini dapat dikirim melalui agen pengiriman.
Oleh
Debora Laksmi Indraswari
·3 menit baca
Beragam hantaran Lebaran menjadi sarana untuk bersilaturahmi di masa pandemi Covid-19. Tradisi yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun ini berkembang dengan beragam bentuk hantaran.
Mengantar makanan, minuman, dan barang saat Lebaran menjadi tradisi khas masyarakat Indonesia yang masih dilakukan hingga saat ini. Hantaran Lebaran yang diberikan beragam bentuknya, mulai dari makanan khas, kue kering, hingga peralatan rumah tangga. Ada yang biasanya membawa langsung ketika berkunjung, ada pula yang mengirimkannya.
Kegiatan ini termasuk salah satu yang paling dirindukan masyarakat saat Lebaran. Hasil jajak pendapat Kompas pada 13-15 Mei 2020 merekam kerinduan publik akan kebiasaan saling mengantar makanan.
Namun, di tengah pandemi seperti ini, tradisi ini agaknya sulit dilakukan secara langsung. Namun, hantaran yang dikirim melalui agen pengiriman dapat menjadi cara untuk tetap bersilaturahmi meskipun harus menjaga jarak fisik, termasuk tidak berkunjung. Menyapa kerabat, keluarga, tetangga melalui hantaran Lebaran menjadi cara yang dipilih masyarakat, apalagi dengan adanya tren hampers.
Tren hampers memang meningkat drastis pada Lebaran tahun ini. Google Trends merekam, pencarian kata hampers di Indonesia memang meningkat saat hari raya, seperti Lebaran dan Natal.
Namun, peningkatan tajam terjadi pada masa Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Pencarian kata hampers di laman pencarian Google memuncak mulai satu minggu terakhir Ramadhan (18 Mei-20 Mei 2020).
Konsep hampers memang sama dengan parsel, tetapi secara visual keduanya sedikit berbeda. Parsel biasanya berisi makanan dan minuman yang disusun dalam wadah rotan yang dibungkus plastik bening. Isi parsel biasanya terdiri dari biskuit, sirup, sembako, atau peralatan rumah tangga dalam jumlah banyak.
Sementara hampers disusun lebih modern dan sederhana. Wadahnya beragam, mulai dari kotak biasa hingga menggunakan besek atau anyaman bambu. Isinya juga tidak hanya berupa panganan, tetapi bervariasi mulai dari minuman, kosmetik, obat-obatan, hingga tanaman.
”Hampers” UMKM
Munculnya fenomena hampers disambut UMKM untuk mengembangkan usahanya. UMKM dapat bekerja sama menciptakan hampers dengan produk isian beragam dari usaha-usaha mereka. Apalagi, di tengah lesunya permintaan produk seperti saat ini, hampers menjadi peluang.
Maulana (24), pemilik usaha Bakpia Mino Istu di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, juga merasakan berkah karena tren hampers ini. Sebelumnya, karena pandemi Covid-19 dan Ramadhan, permintaan produknya menurun drastis.
Kini, dalam seminggu sejak membuka pesanan hampers, ia dapat menjual 150 kotak dalam 50 kotak hampers. Omzet dari penjualan hampers setara dengan omzet penjualan bakpia selama masa pandemi Covid-19.
Ia juga berkolaborasi bersama pemilik UMKM di sekitar rumahnya untuk mengisi hampers dengan produk mereka, berupa jamu, teh khas Jogja (teh telang), dan kue nastar. Wadah yang digunakannya pun adalah besek atau anyaman rotan yang dibeli dari perajin di Yogyakarta.
Selain produk makanan, masyarakat juga tertarik mengirimkan hampers berupa obat atau minuman kesehatan, seperti jamu. Beberapa toko, seperti kedai Suwe Ora Jamu, menyambut antusiasme ini dengan menyediakan hampers berisi produk jamunya. Kedai ini juga berkolaborasi bersama Duanyam sebagai penyedia kotak hantaran berupa keranjang yang dianyam ibu-ibu di NTT.
Konsep ramah lingkungan juga menjadi tema menarik yang diusung dalam menjual hampers. Hampers berupa tanaman hias disediakan oleh Nanemtaneman untuk hadiah saat Lebaran. Tanaman seperti monstera deliciosa, bunga kalachoe, cemara norfolk dikemas apik dalam pot dan kotak berhias kertas dan pita untuk hantaran.
Ke depannya, hampers dapat menjadi strategi untuk meningkatkan kinerja UMKM. Hampers memungkinkan pemilik UMKM saling berkolaborasi menciptakan produk menarik.
Selain itu, masyarakat sudah mengenal dan tertarik dengan hampers. Paket hadiah ini tidak hanya dicari saat hari raya saja, tetapi sudah menjamah ke acara-acara khusus, seperti lamaran, pernikahan, dan hari bahagia lainnya.
Tradisi hantaran
Hampers dan parsel menambah ragam hantaran Lebaran dalam menyemarakkan Lebaran. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai tradisi mengantarkan makanan menjelang dan ketika Lebaran di berbagai daerah.
Masyarakat Jember dan rumpun Madura merayakan Lebaran dengan melakukan tradisi Ter-ater atau antar-mengantar. Masyarakat saling mengantar kue dan nasi ketika berkunjung ke rumah tetangga atau sanak saudara.
Orang yang diberi hantaran akan membalas berkunjung dan memberikan hantaran yang sama. Kegiatan ini dilakukan mulai dari tiga hari menjelang Lebaran hingga enam hari setelah Lebaran.
Di Subang, Jawa Barat, tradisi yang sama dinamakan tukar rantang atau udun-udunan sebab makanan diberikan dalam wadah rantang susun. Biasanya rantang untuk orang yang lebih tua akan diisi dengan makanan yang lebih lengkap, seperti nasi, bakakak (ayam panggang), gula, kopi, rokok, dan berbagai macam buah. Sementara jika diberikan bagi kerabat yang lebih muda dan tetangga, isi rantang lebih sederhana.
Tak hanya di kedua wilayah itu, di Jakarta, masyarakat Betawi memiliki tradisi yang sama saat Lebaran. Isi hantaran adalah berupa makanan khas Betawi yang dibawa saat berkunjung ke rumah kerabat.
Sementara di Bali, ada tradisi ngejot, yaitu memberi hantaran makanan dan minuman kepada tetangga saat Lebaran dan hari raya Galungan. Selain itu, ngejot juga diadakan saat seseorang mendapat pekerjaan baru atau memiliki lauk banyak. Tradisi ini sarat akan makna berbagi kebahagiaan antarumat beragama.
Hal serupa juga dilakukan di Batang, Jawa Tengah, dalam tradisi munjung yang berarti memberi. Budaya ini dilakukan sore hari menjelang berbuka puasa di akhir Ramadhan.
Masyarakat saling berkunjung ke tetangga atau kerabat dengan membawa makanan berupa ketupat dan opor ayam. Dalam perkembangannya, hantaran yang diberikan bervariasi dalam bentuk parsel.
Beragam parsel, hampers, dan hantaran yang dikirim kepada sanak saudara dan kerabat menunjukkan kekhasan hari raya Idul Fitri, yaitu berbagi. Apalagi, di tengah pandemi seperti saat ini, hantaran yang dikirimkan dapat menjembatani rasa kerinduan untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan kerabat ataupun sanak keluarga.
Bagi yang terbatas karena jarak, hampers dan parsel bisa menjadi solusi untuk menyapa kerabat. Sementara bagi yang dekat, hantaran Lebaran dapat diberikan, tetapi dengan tetap mengikuti aturan menjauhi kerumunan, menjaga jarak fisik, dan menjaga kebersihan diri. Selamat berbagi di hari raya! (LITBANG KOMPAS)