Idul Fitri di Sejumlah Negara dan Beragam Kepatuhan pada Protokol Kesehatan
›
Idul Fitri di Sejumlah Negara ...
Iklan
Idul Fitri di Sejumlah Negara dan Beragam Kepatuhan pada Protokol Kesehatan
Kekhawatiran terhadap meningkatnya kasus Covid-19 membuat sebagian negara melarang shalat Idul Fitri di masjid-masjid atau lapangan. Sebagian negara mengizinkan kumpulan shalat Idul Fitri dengan protokol kesehatan.
Oleh
Mahdi Muhammad & Benny D Koestanto
·6 menit baca
RIYADH, SELASA — Berbeda dengan perayaan hari raya Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya, perayaan pada tahun ini diliputi dengan kemuraman dan keprihatinan. Perayaan hari raya, yang biasanya diisi antara lain dengan bersilaturahmi, mengunjungi sanak saudara seusai melaksanakan salat Idul Fitri, kini tidak bisa dilakukan. Kemeriahan hari raya yang biasa berlangsung tiga hari—salah satunya ditandai dengan doa di masjid, belanja untuk keluarga dalam bentuk baju baru, hadiah, atau camilan manis—terpaksa urung dilakukan.
Kekhawatiran terhadap makin meningkatnya jumlah penderita Covid-19 membuat banyak pemerintah di banyak negara memilih membatasi gerak warganya, termasuk melarang pelaksanaan shalat Idul Fitri di masjid-masjid atau lapangan. Akan tetapi, ada juga yang tetap memberikan lampu hijau meski jemaah harus menjaga jarak dan benar-benar melaksanakan protokol kesehatan.
Arab Saudi, rumah bagi situs-situs suci umat Islam, memilih menerapkan pembatasan gerak sosial warganya selama libur Idul Fitri dengan memulai jam malam untuk lima hari sejak Sabtu (23/5/2020). Kebijakan itu diambil setelah jumlah warga yang terinfeksi Covid-19 meningkat empat kali lipat sejak awal Ramadhan hingga lebih dari 72.000 kasus. Angka ini tertinggi di Teluk.
Masjidil Haram, tempat tersuci bagi umat Islam, yang sejak Maret diputuskan untuk ditutup dan tidak menerima jemaah umrah dari seluruh dunia, menyelenggarakan shalat Idul Fitri dengan penjagaan keamanan ekstra ketat. Begitu juga dengan Masjid Al-Aqsa, tempat suci ketiga umat Islam. Jemaah hanya diperbolehkan melakukan doa di luar masjid.
Di Gaza, Hamas mengizinkan warga melaksanaan shalat di masjid-masjid meski sehari sebelumnya pihak berwenang mengumumkan kematian pertama akibat Covid-19 di kawasan tersebut.
”Idul Fitri tidak serasa Idul Fitri dengan atmosfer virus korona, orang merasakan rasa takut,” kata Akram Taher, salah satu warga Gaza.
Di Afghanistan, kelompok Taliban mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari untuk menandai perayaan Idul Fitri. Jalanan di ibu kota Afghanistan, Kabul, terlihat lengang dan kosong karena kebijakan pemerintah yang ketat.
Meski begitu, beberapa warga berani keluar rumah dan saling bertegur sapa. Ada juga yang terlihat saling berpelukan, sebuah tindakan yang tidak disarankan pada masa pandemi ini.
Tidak berbeda jauh dengan Arab Saudi, Pemerintah Uni Emirat Arab memperketat pembatasan gerak sosial warganya selama Idul Fitri. Tindakan yang sama dilakukan Pemerintah Turki yang menerapkan pembatasan gerak sosial warganya selama empat hari selama Idul Fitri, sejak Sabtu (24/5/2020) dini hari. Kegiatan bisnis kebutuhan pokok, seperti toko bahan pangan, toko roti dan daging, diizinkan untuk dibuka dengan pembatasan yang ketat.
Di ibu kota Suriah, Damaskus, negara yang tercabik-cabik karena perang, warga masih menyempatkan diri untuk mencari baju di pasar loak untuk digunakan pada saat perayaan Idul Fitri.
”Pasar loak adalah satu-satunya tempat membeli sesuatu yang baru untuk dipakai pada liburan Idul Fitri. Kalau bukan karena tempat ini, aku tidak bisa membeli pakaian baru sama sekali,” kata Sham Alloush (28), warga Damaskus.
Di Pakistan, perayaan Idul Fitri diwarnai suasana duka menyusul kecelakaan jatuhnya pesawat maskapai Pakistan International Airline di Karachi, Jumat. Sebanyak 97 orang, termasuk mereka yang akan berkumpul dengan keluarga, tewas dalam insiden tersebut.
Harian setempat berbahasa Inggris, Dawn, menyebut kecelakaan dan pandemi Covid-19 telah merenggut dari Pakistan ”sedikit kegembiraan yang tersisa dalam perayaan Idul Fitri”. Di sejumlah tempat di negara itu, hari Minggu lalu, umat Muslim memadati lapangan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Namun, banyak dari mereka tidak menjalankan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, menjaga jarak, tetap melakukan kontak fisik seperti bersalaman serta berpelukan, dan lain-lain.
Asisten Khusus Perdana Menteri Kesehatan untuk Bidang Kesehatan Zafar Mirza, seperti dikutip harian Dawn, Senin (25/5/2020), mengatakan bahwa kasus virus korona di Pakistan dan angka kematian terkait kasus itu terus meningkat. Ia mengimbau warga Pakistan agar mematuhi protokol kesehatan menghadapi virus itu. Ia juga memperingatkan, jika imbauan tersebut tidak dipatuhi, pemerintah bisa memberlakukan kembali karantina wilayah secara ketat.
”Seperti yang kami janjikan ketika melonggarkan karantina, jika tren (kenaikan kasus dan korban meninggal) terus berlanjut, kami bisa menerapkan kembali karantina wilayah yang ketat seusai Idul Fitri,” ujar Mirza.
Idul Fitri hari Senin
Umat Muslim di India dan Bangladesh merayakan Idul Fitri, Senin (25/5/2020), dengan menggelar shalat Idul Fitri dan berdoa juga agar dunia segera terbebas dari pandemi Covid-19. Masjid terbesar di New Delhi, Masjid Jama New Delhi, yang biasanya dipenuhi warga untuk shalat Idul Fitri, kini tidak bisa digunakan, sebagai bagian dari pembatasan gerak sosial warga.
Petugas keamanan berpatroli di lingkungan sekitar yang penuh dengan toko-toko makanan. Hampir semua toko ditutup, kecuali toko yang menjual penganan manis. ”Sudah 1.400 tahun sejak agama Islam didirikan, orang tua kita tidak pernah bisa membayangkan bahwa kita harus merayakan Idul Fitri dengan cara seperti ini,” kata salah satu pengusaha, Shehzad Khan.
Di Bangladesh, meski pihak keamanan meminta warga menghindari pelaksanaan shalat di lapangan terbuka, warga masih bisa melaksanakan shalat di masjid-masjid dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Diperkirakan lebih dari 300.000 Muslim di Bangladesh mengikuti salat Idul Fitri di berbagai masjid di negara itu.
Di Masjid Baitul Mokarram, masjid terbesar di Dhakka, ribuan warga melaksanakan shalat Idul Fitri yang dilakukan secara bertahap, setiap jam, di dalam masjid. Petugas keamanan mengizinkan warga untuk masuk dan shalat secara berjemaah yang diadakan setiap jam. Perlu lebih dari satu jam bagi warga untuk mengantre dan memasuki tempat tersebut.
”Ini pengalaman baru. Kami tidak pernah merasa seperti ini,” kata Abdul Halim, salah satu pejabat pemerintah. Abdul terpaksa tidak membawa serta kedua putranya. Dengan kondisi seperti ini dia juga tidak bisa mengunjungi kedua orangtuanya.
Dampak Covid-19 di India, terdapat 138.000 kasus dengan kematian berjumlah 4000 orang. Di Bangladesh terdapat 33.000 kasus dengan 480 kematian.
Perdana Menteri Narendra Modi berpesan kepada warga India untuk menjaga semangat persaudaraan dan harmoni pada perayaan Idul Fitri ini. Adapun PM Bangladesh Sheikh Hasina dalam pesan Idul Fitri-nya mengingatkan masing-masing individu agar bertanggung jawab atas kesehatan dirinya sendiri dan orang lain.
”Keamananmu ada di tanganmu. Ingatlah bahwa jika Anda tetap aman, Anda juga menjaga keamanan keluarga, tetangga, dan negara Anda,” kata Hasina.
Di Singapura, seorang warga memilih merayakan Idul Fitri dengan memasak makanan untuk warga migran di negara tersebut. Seorang pengusaha, Dushyant Kumar, dan istrinya, dibantu tim juru masak, memasak dan menyediakan nasi biryani raksasa untuk perayaan Idul Fitri bagi sekitar 600 pekerja migran di negara tersebut.
”Biasanya, jika mereka bersama keluarga mereka, mereka akan bisa menikmati hidangan semacam ini. Tetapi, di sini orang-orang ini sendirian,” kata Kumar.
Singapura diperkirakan menampung 300.000 pekerja asing, yang sebagian besar berasal dari Bangladesh, China, dan India. Sebagian besar dari mereka tinggal di asrama khusus, dengan 12-20 penghuni laki-laki di setiap kamarnya. Memasak hidangan khas menjadi salah satu hal yang bisa membantu mengurangi kerinduan pekerja migran terhadap kampung halamannya.
”Kami ingin memastikan mereka tidak merasa tersisih. Senyum di wajah mereka memberi Anda banyak kepuasan,” kata Kumar.
Singapura mencatat lebih dari 30.000 kasus Covid-19, salah satu yang tertinggi di Asia. Sebagian besar infeksi terjadi di kalangan pekerja migran yang tinggal di asrama atau tempat-tempat penampungan pekerja.