Normal Baru, Pengalaman Baru Masyarakat Baru
Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Tantangannya bagaimana memanfaatkan hadirnya era masa depan itu saat ini. Lembaga McKinsey memberi nasihat kepada perusahaan cara menjadi lebih kuat setelah krisis Covid-19.
Pandemi virus Covid-19 mengubah secara mendasar kehidupan pribadi maupun aktivitas ruang publik. Dengan munculnya wacana untuk belajar hidup bersama Covid-19 karena vaksin dan obat belum ditemukan, kehidupan normal baru mulai dijalani dan dibayangkan. Mereka yang bisa meraih masa depan saat ini akan menjadi pemenang.
Sehari menjelang hari raya Idul Fitri hari Minggu (24/5/2020), seorang teman SMP menulis di grup Whatsapp. Dia menanyakan apakah ada saluran internet untuk shalat Id berjemaah secara daring. Alasan dia, belum pernah menjadi imam shalat Id dan tiba-tiba harus memimpin shalat di rumah karena ada imbauan tidak melakukan shalat Id secara bersama-sama di ruang publik seperti selama ini.
Teman ini mencontohkan shalat Jumat berjemaah di masjid dengan imam berbeda lantai. Jemaah di lantai berbeda dapat mengikuti langkah imam memimpin shalat karena tersedia layar televisi. Seolah-olah imam ada di depan kita, begitu kata teman tadi. Tidak ada yang menanggapi serius pertanyaan teman tadi kecuali menyarankan untuk mencari panduan shalat Id di rumah.
Pertanyaan teman tadi mewakili situasi normal baru yang dihadapi sebagian besar anggota masyarakat saat ini. Silaturahmi Idul Fitri pun dilakukan secara daring, hal tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Pandemi Covid-19 memaksa orang tinggal di rumah, menghindari kerumunan dan bertemu banyak orang secara fisik dalam jarak dekat, demi memutus penularan virus. Hingga Senin (25/5/2020) petang Covid-19 sudah menyebabkan 1.391 orang meninggal di Indonesia dan 347.031 orang di seluruh dunia.
Bekerja dan belajar dari rumah demi menjaga jarak sosial dan jarak fisik mempercepat apa yang sebelumnya diprediksi baru akan terjadi beberapa tahun lagi. Situasi baru itu adalah berubahnya cara orang bekerja dan berhubungan. Orang dengan cepat belajar bahwa tidak selalu perlu ada pertemuan fisik untuk bekerja dan belajar.
Pandemi Covid-19 membuat aplikasi seperti Zoom dan Google Meet mendadak populer. Melalui dua aplikasi ini, peserta diskusi dapat mencapai 100 orang lebih. Ketergantungan pun menjadi sangat tinggi pada jaringan internet dan listrik yang stabil.
Majalah Economist yang selalu memuat laporan perkembangan pandemi Covid-19, termasuk mengenai perubahan perilaku orang menulis mengenai, antara lain, layanan kesehatan di Inggris. Layanan kesehatan daring menjadi keniscayaan segera sejak Inggris melaporkan kasus pertama penularan Covid-19.
Apabila tidak terjadi situasi yang memaksa orang untuk tidak bertemu secara fisik, diperkirakan perlu lebih dari 10 tahun untuk memaksa terwujudnya layanan daring. Di Indonesia aplikasi konsultasi daring dengan dokter juga berkembang. Informasi umum mengenai Covid-19 menjadi populer.
Apabila tidak terjadi situasi yang memaksa orang untuk tidak bertemu secara fisik, diperkirakan perlu lebih dari 10 tahun untuk memaksa terwujudnya layanan daring.
Dunia pendidikan juga mengalami perubahan besar dengan murid dan mahasiswa dipaksa mengikuti pelajaran secara daring.
Bagi keluarga dengan kondisi ekonomi pas saja, memiliki telepon seluler pintar lebih dari satu adalah kemewahan. Jika satu anggota keluarga menggunakan telepon, akan ada anggota keluarga lain yang terganggu aktivitasnya. Juga terjadi seorang ayah terpaksa datang ke kantor meskipun menurut jadwal dia bekerja dari rumah. Alasannya, komputer di rumah hanya satu dan anaknya memerlukan komputer itu untuk menyelesaikan tugas sekolah secara daring.
Belajar secara daring saat ini tidak selalu menyenangkan untuk para pengajar. Ketika awalnya membimbing dan mengajar dari rumah menghemat waktu perjalanan, setelah beberapa waktu mengajar secara daring dirasa justru lebih melelahkan karena harus berkonsentrasi menghadapi layar komputer. Kontak secara daring juga dirasa tidak dapat menangkap suasana ”kelas” yang terbentuk sehingga sulit mengukur reaksi siswa terhadap materi ajar.
Rapat secara daring juga menghilangkan spontanitas. Agar suara orang yang berbicara terdengar jelas, peserta lain harus mematikan tombol berbicara. Jika peserta rapat cukup besar, di atas 10 orang, ada kecenderungan yang berbicara hanya beberapa orang.
Tidak ada sisi kehidupan yang tidak berubah akibat pandemi Covid-19. Berpacaran pun terpaksa dilakukan secara daring. Apabila berbeda kota, apalagi beda negara, jaringan internet yang stabil menjadi vital untuk melancarkan komunikasi yang hanya bisa dilakukan melalui layar kecil telepon seluler demi menjaga tidak ada yang ikut mendengar percakapan.
Muncul kenyataan bahwa vaksin paling cepat baru akan tersedia untuk umum setahun lagi. Obat pun belum ada yang benar-benar telah dibuktikan ampuh mengatasi virus Covid-19. Tidak kurang dari Organisasi Kesehatan Dunia dan juga Presiden Joko Widodo mengingatkan untuk bersiap hidup bersama Covid-19.
Pertanyaannya, kehidupan normal baru seperti apa yang dapat kita jalani tanpa merasa khawatir tertular dan jatuh sakit, mata pencarian tetap terjaga, dan hubungan sosial antarmanusia tidak terganggu.
Era masa depan saat ini
Bahkan sebelum pandemi Covid-19 banyak lembaga sudah mengingatkan datangnya otomasi karena internet dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan memengaruhi lapangan kerja. Akan ada jutaan lapangan kerja hilang, tetapi pada saat sama akan ada lapangan kerja baru yang sebelumnya tidak ada.
Tantangannya adalah bagaimana memanfaatkan hadirnya era masa depan itu saat ini. Lembaga konsultasi manajemen seperti McKinsey memberi nasihat kepada perusahaan bagaimana menjadi lebih kuat setelah krisis Covid-19. Untuk itu, yang selaiknya dilakukan adalah memberi karyawan keterampilan dan peran sesuai situasi baru.
Karyawan harus dilatih ulang dan ditingkatkan kemampuannya dalam penguasaan teknologi informasi dan kemampuan kognitif serta kemampuan beradaptasi dan bertahan.
Perusahaan harus mampu menjelaskan perubahan yang terjadi kepada pelanggan dan membantu pelanggan beradaptasi terhadap perubahan layanan menuju digital. Karena itu, perlu pelatihan mengenai keterampilan sosial dan emosional. Perlu dicatat, tidak semua pelanggan siap bermigrasi menuju layanan digital.
Pengusaha Chairul Tanjung dalam diskusi dengan media beberapa waktu lalu menyebut, dunia bisnis harus mengubah paradigma menghadapi perubahan perilaku masyarakat. Pandemi memaksa anggota masyarakat mengurangi interaksi fisik dan berkomunikasi melalui medium teknologi karena ada keharusan bekerja dari rumah.
Dunia bisnis harus mengubah paradigma menghadapi perubahan perilaku masyarakat.
Salah satu contoh adalah seminar secara daring, menyebabkan tidak perlu lagi seminar di ruang-ruang pertemuan fisik. Aktivitas seminar tetap terjadi, tetapi caranya berubah.
Pada saat yang sama, Menteri Perekonomian di tahun 2014 itu mengingatkan akan ada efisiensi luar biasa pada banyak perusahaan akibat turunnya pendapatan. Salah satu bentuk efisiensi adalah pada sumber daya manusia yang dipengaruhi datangnya era otomasi dan pembelajaran oleh mesin.
Perubahan ini akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, dan turunnya konsumsi masyarakat, serta ekonomi keseluruhan.
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir dalam diskusi daring dengan media mengajak melihat situasi dengan lebih realistis. Selama vaksin dan obat virus Covid-19 belum ada, kegiatan sosial dan ekonomi akan tetap seperti sekarang. Orang harus hidup dengan menjaga jarak fisik, kegiatan ekonomi belum akan segera bergerak seperti sebelum era Covid-19 ketika pembatasan sosial dilonggarkan bertahap.
Namun, pandemi telah menghadirkan kegiatan baru. Layanan kesehatan daring tumbuh dengan pelanggan 300.000 orang awal Mei lalu dan terus bertambah. Digitalisasi akan semakin cepat terwujud dan kemitraan antara swasta dan badan usaha milik pemerintah akan terjadi. BUMN dipaksa merapikan diri, jika perlu dengan bergabung, supaya dapat menjadi motor kegiatan ekonomi secepatnya begitu pembatasan sosial dan fisik dilonggarkan.
Bagi perusahaan telekomunikasi seperti XL Axiata, kenaikan permintaan layanan internet akibat semua orang diminta bekerja dari rumah akan mendorong perusahaan meluaskan cakupan dan kualitas menyangkut kecepatan, keandalan, dan konsistensi.
Dirut XL Axiata Dian Siswarini dalam percakapan dengan Kompas menyebut, perubahan perilaku konsumen, terutama menyangkut kondisi ekonomi makro, mendorong XL Indonesia menimbang lagi rencana bisnis 2-3 tahun ke depan. Hal ini juga menyangkut rencana pengembangan dan implementasi jaringan 5G yang akan memberi kualitas layanan lebih baik.
Perubahan mendasar yang dipicu datangnya era normal baru adalah munculnya kesadaran baru bahwa keseimbangan antara kerja dan kehidupan di luar kerja menjadi lebih baik. Banyak perusahaan menyadari, pilihan bekerja dari rumah untuk sebagian orang adalah lebih baik.
Mantan ekonom utama Bank Dunia di Indonesia dan pendiri platform pendidikan, Ykra, Vivi Alatas menyebut, memberi kelonggaran untuk terbentuknya keseimbangan lebih baik antara kerja dan kehidupan pribadi bahkan dapat meningkatkan produktivitas.
Salah satu wujudnya adalah kemacetan berkurang pada saat semakin banyak orang menyadari tidak semua rapat harus dilakukan dengan tatap muka secara fisik. Karyawan juga akan terhindar dari stres dan kelelahan fisik akibat kemacetan lalu lintas.
Mempertanyakan pesta besar
Cara orang berbelanja juga berubah. Berbelanja secara daring semakin menjadi populer. Kegiatan ekonomi ini tidak hanya memberi kesempatan konsumen mendapatkan produk langsung dari produsen, tetapi juga membuka lapangan usaha baru dalam layanan jasa keuangan dan logistik.
Pada sisi lain, muncul pertanyaan tentang masa depan pusat-pusat belanja besar di kota besar. Di Jakarta saja, tahun ini direncanakan akan diresmikan empat mal baru di kawasan pusat dan selatan Jakarta. Pandemi Covid-19 akan menghentikan sementara rencana pembukaan empat mal tersebut, tetapi pada jangka menengah mungkin akan menyebabkan banyak mal kekurangan pengunjung dan menjadi gedung besar yang kehilangan gairah.
Industri mode sangat terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Untuk merek siap pakai yang bersifat lebih massal, konsumen tidak keberatan membeli secara daring. Untuk produk yang lebih mahal, konsumen akan lebih suka melihat dan memegang langsung barang.
Perancang busana Sebastian Gunawan berpendapat, pelanggan premium tetap akan memilih datang ke butik dan bertemu langsung dengan desainer. Bukan tanpa alasan mereka bersedia membayar harga premium karena pakaian itu akan mereka pakai untuk acara istimewa. Biasanya acara pernikahan.
Jika sebuah acara pernikahan dihadiri 2.000 undangan menjadi penting bagi pengantin tampil istimewa. Namun, tamu yang datang pun ingin dilihat selain melihat tamu-tamu lain. Itu sebabnya, busana khusus menjadi keharusan.
Masalahnya, dengan pandemi Covid-19 yang dampaknya mengharu biru seluruh dunia dan semua lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, apakah masih akan ada pesta dengan 2.000 tamu lebih, antre panjang untuk mengambil makanan, berkumpul dalam jarak dekat. Pembatasan sosial dan jaga jarak fisik akan menjadi norma baru, tetapi tidak ada yang dapat menolak busana yang indah.