PSBB Kota Malang Tak Diperpanjang, Pemkot Siapkan Protokol Normal Baru
›
PSBB Kota Malang Tak...
Iklan
PSBB Kota Malang Tak Diperpanjang, Pemkot Siapkan Protokol Normal Baru
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Malang Raya dinilai efektif menekan pertambahan kasus Covid-19 di Kota Malang. Jumlah pasien sembuh bertambah. PSBB tidak akan diperpanjang. Pemkot dorong kehidupan normal baru.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Malang Raya dinilai cukup efektif menekan laju pertambahan kasus Covid-19 di Kota Malang. Jumlah pasien sembuh bertambah, baik yang dirawat di rumah sakit maupun isolasi mandiri. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Malang memutuskan tidak akan memperpanjang PSBB dan akan menggantinya dengan protokol kesehatan normal baru atau hidup berdampingan dengan Covid-19.
Kepastian tidak memerpanjang masa PSBB disampaikan Wali Kota Malang Sutiaji, Selasa (26/5/2020). ”Masa berlaku PSBB saya rasa cukup 1x14 hari. Ini didasarkan pada mulai banyak kasus sembuh dan penambahan kasus PDP sudah mulai flat. Meski demikian, bukan berarti setelah PSBB berhenti kita tidak akan berupaya apa-apa melawan Covid-19,” kata Sutiaji. PSBB Malang Raya dimulai 14 Mei 2020 dan akan berakhir pada 30 Mei 2020.
Data Satgas Covid-19 Kota Malang per 25 Mei 2020, jumlah pasien positif Covid-19 yang masih dirawat di RS berjumlah 20 orang. Di luar itu, 13 orang dinyatakan sembuh. Adapun pasien dalam perawatan (PDP) sembuh berjumlah total 134 orang. Saat ini masih ada 84 PDP dirawat di RS maupun isolasi mandiri di rumah.
Setelah PSBB nanti, yaitu mulai 1 Juni 2020, bukan berarti kami tidak berupaya. Justru kami akan menggunakan RW-RW tangguh sebagai garda atau benteng terdepan memutus mata rantai Covid-19. (Sutiaji)
Angka pasien sembuh tersebut terus naik dibandingkan pada awal PSBB 17 Mei 2020. Saat itu, jumlah PDP sembuh berjumlah 125 orang, sedangkan jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit berjumlah 14 orang.
”Setelah PSBB nanti, yaitu mulai 1 Juni 2020, bukan berarti kami tidak berupaya. Justru kami akan menggunakan RW-RW tangguh sebagai garda atau benteng terdepan memutus mata rantai Covid-19,” kata Sutiaji.
RW tangguh adalah RW yang menjadi kunci sosialisasi dan solusi terkait Covid-19 pada warganya. Mulai dari memberikan literasi dan promosi ke masyarakat terkait Covid-19, menjadi rujukan warga ketika ada masalah, serta menjadi pusat informasi terhadap hoaks.
Protokol normal baru
Saat ini, menurut Sutiaji, Pemkot Malang sedang menyusun protokol ”Normal Baru” atau hidup berdampingan dengan Covid-19. Persiapan menyambut ”Normal Baru” itu disampaikan Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko kepada camat, lurah, dan RT/RW, pada saat silaturahmi virtual di Ngalam Command Center (NCC) Pemkot Malang, Selasa (26/05/2020).
”Saya berpesan bahwa masa henti pandemi masih belum diketahui. Namun, saya tegaskan, Kota Malang mengambil sikap cukup satu putaran saja PSBB. Optimisme kita didasarkan pada jumlah yang sembuh semakin banyak, PDP sehat juga terus bertambah. Ini jadi pertimbangan PSBB cukup sekali. Setelah ini, kita memasuki New Normal Kota Malang. Semangat yang akan kita bangun adalah beradaptasi pada kondisi masa Covid-19. Akan kita susun protokolnya,” kata Sutiaji.
Yang jelas, menurut Sutiaji, protokol kesehatan seperti mengenakan masker, mencuci tangan, menggunakan thermo-gun, dan lainnya tetap akan diberlakukan di semua tempat.
”Tadi saya sudah minta kepada lurah dan dinas untuk melakukan realokasi anggaran, misalnya untuk menyediakan thermo gun dan kelengkapan deteksi dini Covid-19. Karena itu, nanti di setiap sekolah, pasar, dan pusat-pusat keramaian harus memiliki dan menggunakannya,” kata Sutiaji.
Dalam membuat protokol normal baru terkait Covid-19, Pemkot Malang melibatkan perguruan tinggi. ”Setelah ini Kota Malang akan menerima sekitar 100.000 mahasiswa baru. Ini menjadi salah satu perhatian kami dalam menyusun protokol Normal Baru. Itu sebabnya, kami akan melibatkan perguruan-perguruan tinggi,” kata Sutiaji.
Keputusan tidak memperpanjang PSBB oleh Pemkot Malang, dinilai oleh Komandan Korem 083/Baladhika Jaya Kolonel (Inf) Zainuddin, sebagai keputusan tepat. TNI dan Polri selama ini menjadi bagian dari Satgas Penanganan Covid-19 Kota Malang.
”Keberhasilan PSBB di Kota Malang adalah karena kolektivitas masyarakatnya berjalan. Pentahelix, yaitu kerja sama berbagai pihak baik TNI, Polri, pemda, kampus, swasta, dan media berjalan. Ini semua menjadi sebuah sistem. Sistem pertahanan wilayah berbasis masyarakat akhirnya berjalan,” kata Zainuddin.
Kerja kolektif di Kota Malang tampak dari adanya RW tanguh. Di sana terdapat lumbung pangan warga. Konsepnya adalah warga berpunya, berdonasi menyediakan makanan bagi mereka yang membutuhkan di RW-nya.
Salah satu model lumbung pangan tersebut diterapkan di RW 005 Kelurahan Purwantoro, Kota Malang. Sejak dua minggu lalu, ibu-ibu di sana membuat pasar bahan pangan bagi warga yang membutuhkan. Di sana, warga yang membutuhkan bisa mengambil kebutuhan makan harian secara gratis.
”Ada yang menyumbang dan ada yang mengambil secara gratis. Sebagian juga ada yang barter apa yang dimiliki, dengan kebutuhan yang diinginkan. Intinya, kebutuhan sehari itu bisa diambil di sini mulai dari beras setengah kg, gula ¼ kg, sayur dan lauk,” kata Rini Yudaningsih (53), warga RT 005 RW 005 Kelurahan Purwantoro yang menjadi salah satu penunggu lapak pangan gratis tersebut.