Jurnal medis ”Lancet” memuat penelitian tentang efek samping membahayakan hidroksiklorokuin untuk pengobatan Covid-19. Para peneliti masih harus bekerja keras mencari vaksin yang tepat.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
NEW YORK, SELASA — Organisasi Kesehatan Dunia menangguhkan untuk sementara uji klinis obat antimalaria, hidroksiklorokuin, sebagai obat yang potensial untuk menanggulangi Covid-19. Keputusan penangguhan itu muncul setelah sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal medis Lancet menyebutkan penggunaan hidroksiklorokuin dapat meningkatkan risiko kematian pasien Covid-19.
Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada konferensi pers Senin (25/5/2020) waktu setempat atau Selasa (26/5) dini hari waktu Indonesia, mengatakan, studi tersebut mengafirmasi bahwa penggunaan hidroksiklorokuin menimbulkan efek samping yang serius, yaitu aritmia atau irama detak jantung yang tidak beraturan.
Tedros menjelaskan, Solidarity Trial, sebuah kelompok eksekutif dan manajemen rumah sakit di dunia yang mengajukan diri untuk mendaftarkan pasien untuk pengujian beberapa kemungkinan perawatan dan pengobatan Covid-19, telah memutuskan menunda penggunaan hidroksiklorokuin sebagai tindakan pencegahan.
”Kini data hasil penelitian tengah dilihat dan diteliti oleh Dewan Pemantau Keamanan Data,” kata Tedros. Dia menambahkan, penundaan sementara hanya berlaku untuk hidroksiklorokuin. Uji klinis calon obat dan vaksin yang lain tetap dilanjutkan.
Hasil studi yang diterbitkan oleh Lancet mengonfirmasi hasil studi terhadap efektivitas obat antimalaria ini yang pernah digunakan oleh Administrasi Kesehatan Veteran (VA) Amerika Serikat. Hasil studi yang diumumkan pada pekan ketiga April lalu itu juga mirip dengan kesimpulan dalam jurnal Lancet, yaitu kematian mendadak akibat aritmia. Namun, obat itu menurut Tedros aman untuk digunakan oleh pasien malaria atau penyakit autoimun.
Meski sejumlah penelitian mengonfirmasi adanya efek samping penggunaan hidroksiklorokuin, tampaknya beberapa pemimpin pemerintahan masih meyakini obat itu bisa digunakan untuk Covid-19. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Brasil Jair Bolsonaro merupakan dua pemimpin negara yang meyakini manfaat hidroksiklorokuin untuk pengobatan pasien Covid-19. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sudah mengingatkan hal itu kepada Trump.
Menteri Kesehatan Brasil yang baru, Maya Pinreiho, telah mengeluarkan pedoman bagi para dokter untuk melakukan perawatan pasien Covid-19 di negara itu dengan menggunakan hidroksiklorokuin. Dia menyatakan, studi yang dipaparkan dalam jurnal medis Lancet memiliki kesalahan dalam metodologi. ”Studi itu tidak memenuhi kriteria metodologis yang bisa digunakan sebagai referensi oleh negara mana pun, termasuk Brasil,” kata Pinreiho.
Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan menambahkan, studi Solidarity Trial hanya melihat efek hidroksiklorokuin semata dan bukan bahan dasarnya, yaitu klorokuin. Dia juga mengatakan, keputusan ini sifatnya sementara.
Calon vaksin Novavax
Novavax, sebuah perusahaan bioteknologi AS, mengumumkan dimulainya uji coba calon vaksin virus SARS-CoV-2 pada manusia, Selasa (26/5). Apabila hasilnya memuaskan, perusahaan akan memulai memproduksi massal calon vaksin ini pada akhir tahun 2020.
Untuk tahap pertama, Novavax akan melakukan ujicoba terhadap 131 sukarelawan di dua kota di Australia, yaitu Melbourne dan Brisbane. Hasil uji klinis fase pertama di Australia diharapkan akan diketahui pada bulan Juli, kata Novavax. Ribuan kandidat di beberapa negara kemudian akan terlibat dalam fase kedua.
”Kami secara paralel membuat vaksin dan dosisnya untuk mengantisipasi bahwa calon vaksin itu berfungsi. Kami berharap vaksin itu dapat digunakan pada akhir tahun ini,” kata Dr Gregory Glenn, pimpinan peneliti Novavax.
Pengujian pada hewan menunjukkan bahwa vaksin yang bernama NVX-CoV2373 ini efektif untuk mengobati Covid-19 apabila digunakan dalam dosis rendah. Jika uji klinis terhadap manusia ini menunjukkan hasil yang mengembirakan, Novavax memiliki kemampuan produksi vaksin setidaknya 100 juta pada 2020 dan ditingkatkan hingga 15 kali lipat pada 2021, hingga mencapai 1,5 miliar dosis.
Menggandeng sebuah kelompok pebisnis yang bermarkas di Norwegia, Inovasi untuk Kesiapan Epidemi, perusahaan bioteknologi yang bermarkas di Maryland, AS, memperoleh suntikan dana senilai 388 juta dollar AS untuk mengembangkan dan memproduksi NVX-CoV2373. (AP/AFP)