Berdamai dengan Covid-19 di Laga Sepak Bola Eropa
Pelonggaran karantina di Eropa membuat laga sepak bola di beberapa negara mulai kembali digelar dengan diiringi penerapan protokol kesehatan. Kerumunan penonton kini tak lagi mengiringi riuhnya pertandingan sepak bola.
Pandemi Covid-19 mengubah berbagai sisi kehidupan, termasuk ketentuan dalam dunia sepak bola. Jaga jarak dan kerumunan penonton kini tak lagi mengiringi riuhnya pertandingan sepak bola.
Merebaknya wabah Covid-19 turut menghentikan putaran sepak bola dunia. Hampir semua liga dan kompetisi sepak bola di dunia harus dihentikan sementara sebagai upaya menghambat persebaran virus tersebut.
Kebijakan karantina wilayah di negara-negara Eropa membuat liga-liga top di Eropa harus berhenti sementara. Liga Italia, misalnya, harus terhenti setelah Pemerintah Italia menerapkan lockdown atau karantina wilayah.
Italia menjadi negara yang mengawali penerapan strategi lockdown total 10 Maret 2020. Beberapa pembatasan yang diterapkan adalah larangan melakukan pertemuan publik, termasuk ibadah serta acara olahraga.
Setelah memasuki fase penurunan penularan, Pemerintah Italia mulai mengurangi kebijakan karantina total secara bertahap mulai 4 Mei 2020. Kebijakan serupa diberlakukan Pemerintah Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel pada 6 Mei 2020 mengumumkan pelonggaran secara bertahap.
Melalui kebijakan pelonggaran tersebut, masyarakat bisa beraktivitas di luar ruangan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan olahraga kembali boleh dilakukan, termasuk berlatih sepak bola secara terbatas.
Di Jerman, otoritas setempat memperbolehkan tim profesional untuk memulai latihan. Beberapa klub, seperti Augsburg, Wolfsburg, Borussia Dortmund, Bayer Leverkusen, Schalke, serta Leipzig, memulai latihannya. Puncaknya ialah kembali dilanjutkannya Bundesliga pada 16 Mei 2020 lalu.
Protokol kesehatan baru
Izin dari pemerintah ini tentu diikuti dengan persyaratan dipatuhinya protokol kesehatan di masa pandemi. Walau memiliki cara yang berbeda-beda, untungnya tim-tim yang berada di liga ini berhasil untuk menjaga komitmennya dalam mematuhi protokol kesehatan.
Sebagai contoh, Bayern Muenchen, tim yang memuncaki klasemen Bundesliga, menggelar latihan dengan membagi anggota timnya menjadi beberapa kelompok berisikan 3-4 pemain. Latihan yang dijalankan pun hanya berfokus pada latihan keterampilan (skill drill) dan hampir tanpa adanya kontak fisik antar pemain.
Bahkan, setelah latihan, pemain tidak dipersilakan untuk mandi serta makan seperti biasanya karena satu ruang ganti hanya boleh diisi oleh dua orang. Para pemain diperintahkan untuk membungkus jatah makan mereka dan segera pulang setelah latihan usai. Ini dilakukan untuk menghindari kerumuman yang berisiko dari sisi kesehatan.
Baca juga : Korona Mengubah Wajah Olahraga
Hal serupa juga dilakukan oleh Bayer Leverkusen. Tim ini membagi anggotanya sesuai dengan posisi dan melatih mereka menggunakan orang-orangan dari kardus sebagai lawan tandingya.
Hal yang lebih ekstrem dilakukan oleh RB Leipzig yang menyediakan tiap pemainnya sebuah ruangan tersendiri di fasilitas pelatihan mereka serta Hoffenheim yang melatih pemainnya secara virtual melalui tayangan video.
Komitmen tim-tim tersebut berbuah hasil ketika pemerintah mengizinkan Bundesliga untuk kembali dimulai dengan pertandingan antara Borussia Dortmund dan Schalke sebagai pembukanya.
Pertandingan yang dimenangi Dortmund dengan skor 4-0 ini kemudian dilanjutkan dengan lima pertandingan lain yang sama-sama digelar pada 16 Mei 2020. Namun, walau kembali dimulai, liga sepak bola Jerman ini menerapkan berbagai protokol kesehatan baru.
Laga hantu
Peraturan pertama adalah para pemain dan petugas dari tim harus menjalani karantina selama satu minggu sebelum pertandingan digelar. Selama masa karantina, mereka pun harus melewati tes Covid-19 dan pengecekan kesehatan intensif mulai dari suhu tubuh hingga survei kesehatan setiap pagi. Para pemain baru benar-benar diizinkan untuk bermain apabila mereka telah dipastikan sehat.
Pada saat hari pertandingan, pemerintah mewanti-wanti agar tidak terjadi kerumunan orang baik di dalam maupun di sekitaran stadion. Pemain dan petugas dari kedua tim didatangkan menggunakan bus dan memperoleh jatah ruang ganti yang lebih banyak daripada waktu biasanya.
Selain itu, pemain dari kedua tim juga masuk ke lapangan menggunakan rute khusus untuk menghindari kepadatan. Untuk menghindari timbulnya kerumunan orang, pertandingan digelar tanpa seorang pendukung pun di kursi penonton.
Di lapangan, pemain dilarang untuk berjabat tangan dan harus menjaga jarak selama melakukan selebrasi. Tidak hanya itu, pelatih, petugas, serta pemain yang berada di bangku cadangan harus mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak dan menggunakan masker.
Bahkan, bola yang digunakan selama pertandingan pun dibersihkan secara berkala dengan menggunakan disinfektan oleh ball boy di sudut tertentu stadion.
Pertandingan Dortmund dengan Schalke itu menjadi penanda munculnya realitas sepak bola yang baru. Pertandingan derbi yang biasanya bisa menghadirkan puluhan ribu orang ini digelar hanya dengan mengizinkan sekitar 300 orang di dalam dan sekitaran kawasan Stadion Signal Iduna, Dortmund, termasuk di dalamnya pemain, petugas tim, dan jurnalis.
Bahkan, saking heningnya stadion, suara pemain dan pelatih yang biasanya ditelan oleh seruan para pendukung di tribune dapat terdengar dengan jelas. Tak ayal, pertandingan ini diberi julukan geisterspiele atau ”laga hantu”.
Perbedaan kebijakan
Langkah Jerman tidak serta-merta diikuti oleh negara lain di Eropa. Beberapa negara lain masih mengurungkan niatnya untuk melanjutkan liga sepak bola. Bahkan, Premier League di Inggris yang dianggap sebagai liga sepak bola terbesar di dunia pun masih belum memberi keputusan resmi kapan akan kembali memulai pertandingan.
Serie A, liga utama sepak bola di Italia, telah mengizinkan tim yang berada di bawahnya untuk melaksanakan latihan semenjak Mei 2020. Sementara pertandingan resmi direncanakan untuk kembali digelar mulai tanggal 14 Juni 2020 sesuai dengan ketentuan pembatasan sosial yang diterapkan Pemerintah Italia.
Namun, keputusan ini masih belum final mengingat protokol medis yang sebelumnya diumumkan memantik kontroversi dan sampai saat ini masih melalui tahap revisi. Jika panel sains Italia tidak dapat segera menelurkan revisi tersebut hingga tanggal yang ditentukan, bisa dipastikan perhelatan Serie A kembali ditunda.
Serupa dengan Liga Italia, La Liga di Spanyol juga telah mengizinkan tim untuk memulai sesi latihan pada pertengahan Mei 2020. Namun, pelaksanaan latihan ini harus mengikuti prosedur kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Salah satunya adalah tim yang berada di zona merah Covid-19 hanya boleh melatih 10 pemain dalam satu kali sesi latihan dan menggunakan 30 persen dari seluruh fasilitas pelatihannya. Adapun tim yang berada di zona yang lebih aman dapat melatih hingga 14 pemain dalam satu kali sesi latihan dan dapat menggunakan hingga 50 persen fasilitas pelatihannya.
Walaupun telah ada desas-desus bahwa La Liga dapat dimulai kembali pada 20 Juni nanti, belum ada keputusan resmi yang dikeluarkan oleh pihak penyelenggara liga ataupun pemerintah.
Tetap berhenti
Namun, tidak semua negara mengambil sikap melanjutkan liga sepak bola. Beberapa negara, seperti Belanda, Perancis, dan Belgia, memutuskan untuk tidak melanjutkan kompetisi liga sepak bolanya.
Pada 24 April 2020 lalu, Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) memutuskan untuk menghentikan jalannya semua liga sepak bola Belanda musim 2019-2020. Keputusan ini termasuk pembatalan degradasi tim yang berada di bawah dan titel juara bagi tim yang berada di puncak klasemen.
Hal serupa juga terjadi di liga sepak bola Perancis (LFP). Pada 30 April 2020, LFP mengumumkan bahwa perhelatan liga di musim 2019-2020 dihentikan lebih cepat. Bedanya, Liga Perancis menggunakan hasil klasemen terakhir untuk menentukan gelar juara serta degradasi.
Keputusan ini mengantarkan Paris Saint-Germain (PSG) sebagai juara Ligue 1 untuk tiga tahun berturut-turut serta Lorient sebagai juara Ligue 2 dan berhak promosi ke Ligue 1. Sementara Amiens dan Toulouse harus rela didegradasi ke Ligue 2 akibat keputusan tersebut.
Kebijakan penghentian jalannya liga di kedua negara tersebut mengundang kontroversi. Di Belanda, keputusan tersebut membuat Caambur dan De Graafschap, dua tim teratas di divisi 2 liga sepak bola Belanda (Eerrste Divisie), kecewa karena tidak jadi mendapat promosi ke liga 1 sepak bola Belanda (Eredivisie).
Bisnis sepak bola
Berhentinya liga sepak bola di Eropa membuat bisnis di balik kompetisi turut meredup. Di Eropa, industri sepak bola bukanlah industri yang dapat dipandang sebelah mata.
Tim besar, seperti Juventus di Serie A, pun dapat mengantongi ratusan juta euro tiap tahun. Bahkan, jika dilihat dalam rentang waktu tujuh tahun, pendapatan Juventus terus mengalami peningkatan dari 272 juta euro pada 2013 menjadi 460 juta euro pada 2019.
Tren serupa juga berlaku dalam skala yang lebih besar. Sebagai contoh, pendapatan Bundesliga dari musim 2008/2009 hingga 2018/2019 terus mengalami peningkatan dari 1,7 miliar euro menjadi lebih dari 4 miliar euro.
Terhentinya kompetisi akibat pandemi Covid-19 telah membawa tekanan finansial bagi klub dan penyelenggara kompetisi. CEO Bundesliga Christian Seifert menyatakan bahwa mereka bakal kehilangan pendapatan hingga 750 juta euro akibat lenyapnya pemasukan tiket hingga royalti hak siar televisi.
Dimulainya Bundesliga pun memberikan napas tambahan bagi para pelaku di industri sepak bola Jerman. Salah satu contohnya adalah keberhasilan pihak liga untuk mengamankan perjanjian royalti hak siar di televisi. Hingga kini, setidaknya pemasukan sebesar 254 juta euro telah didapatkan dan didistribusikan kepada tim dari royalti hak siar di televisi.
Pandemi membawa dampak kegiatan masyarakat dan bisnis yang tidak dapat dianggap remeh. Mencermati pelaksanaan kebijakan pembatasan sosial yang konsisten, negara-negara Eropa mulai menuai hasil. Warga mulai dapat beraktivitas kembali, termasuk menyelenggarakan kembali kompetisi sepak bola.
Karena itu, penerapan kebijakan pembatasan sosial membutuhkan komitmen dan konsistensi otoritas setempat untuk menanggulangi wabah korona. Dengan serius menerapkan kebijakan tersebut, dampak sosial ekonomi akibat pandemi dapat turut diatasi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?