Bursa Saham New York Dibuka Lagi, Menghadirkan Kegairahan Sesaat
›
Bursa Saham New York Dibuka...
Iklan
Bursa Saham New York Dibuka Lagi, Menghadirkan Kegairahan Sesaat
Bursa Saham New York, yang ditutup sejak 23 Maret 2020, dibuka lagi. Pengunjung bursa wajib mengikuti protokol baru, termasuk menandatangani pernyataan tak akan menggugat bursa jika kesehatannya terdampak di bursa.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
NEW YORK, RABU — Setelah ditutup selama dua bulan dua hari, Bursa Saham New York (NYSE) kembali dibuka pada Selasa (26/5/2020). Pembukaan kembali bursa dengan kapitalisasi 30 triliun dollar AS atau hampir 200 kali APBN Indonesia itu menawarkan kegairahan sejenak. Kekhawatiran atas wabah Covid-19 dan perseteruan Amerika Serikat-China memangkas kegairahan itu.
Gubernur New York Andrew Cuomo secara simbolis membuka kembali perdagangan dengan membunyikan lonceng. Bursa saham yang ditutup sejak 23 Maret 2020 itu dibuka lagi dengan sejumlah penyesuaian. Lantai tengah, yang biasanya disesaki pialang dan baku tawar sambil berteriak, hanya boleh diisi oleh paling banyak 80 orang atau setara 25 persen dari semua pialang yang biasanya di sana.
Sebagian besar perdagangan tetap dilakukan secara elektronik dari luar gedung bursa. Perdagangan seperti itu dilakukan selama dua bulan terakhir.
Untuk bisa masuk gedung bursa, setiap orang harus dipastikan tidak menggunakan kendaraan umum atau sedang demam. Setiap orang yang masuk juga wajib menandatangani pernyataan siap menanggung risiko dan tidak akan menggugat pengelola bursa jika menerima dampak kesehatan dengan kehadiran di bursa.
”Kami telah menunggu lama, kami sudah bersiap, pelanggan sudah siap. Waktu 9/11 (peledakan menara kembar WTC yang terletak dekat bursa saham New York pada 11 September 2001 ) atau topan Sandy, (penutupan) hanya beberapa hari. Ini berbeda. Kami belum pernah tidak melantai lebih dari dua bulan,” kata Jonathan Corpina, salah satu pialang dari Meridian Equity Partners, sebagaimana dikutip CNN.
New York merupakan daerah terparah di bumi untuk soal jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19. Hingga Rabu (27/5/2020), New York mencatat 373.622 kasus infeksi dan 29.421 kematian akibat Covid-19. Di seluruh AS, tercatat sebanyak 1,7 juta infeksi dan 100.572 kematian akibat Covid-19.
Pembukaan kembali bursa itu menandai upaya New York untuk beraktivitas penuh lagi. Status sebagai daerah terparah akibat Covid-19 membuat New York menerapkan pembatasan gerak selama berbulan-bulan.
New York menyusul lebih dari 30 negara bagian AS yang lebih dulu melonggarkan pembatasan gerak. Salah satu perusahaan teknologi asal AS, Google, mengumumkan akan kembali membuka sejumlah kantornya pada awal Juli 2020. Pada bulan itu, laju infeksi Covid-19 diperkirakan semakin terkendali, dan pembatasan gerak semakin dilonggarkan.
Walakin, Google belum mengumumkan kantor mana saja yang akan dibuka lagi. Seperti banyak perusahaan lain, Google juga menutup banyak kantornya di tengah pandemi ini.
Gubernur California Gavin Newsom juga melanjutkan pelonggaran di negara bagian paling barat AS itu. Gereja boleh kembali menggelar misa. Begitu juga, salon, kedai grosir, serta kedai makan dan minum boleh kembali beroperasi di sebagian besar kota di negara bagian itu. Hanya Los Angeles dan San Francisco, dua kota terbesar di California, tetap belum mengizinkan salon buka.
Indeks terpangkas
Sayangnya, kegairahan oleh pembukaan terbatas di bursa New York tidak bisa sepenuhnya mendongkrak indeks. Indeks bursa berjangka Dow turun 50 poin. Sementara S&P500 berkurang 7 poin, sedangkan Nasdaq terpangkas 22 poin. Kekhawatiran atas perseteruan AS-China dan dampak pandemi penyakit akibat virus korona atau Covid-19 menjadi pemicu utama penurunan itu.
Penurunan juga tercatat di sejumlah bursa lain di Asia. Indeks Hang Seng Hong Kong dan bursa Shanghai serta Shenzen di China terpangkas. Pasar terutama dicemaskan oleh perseteruan Beijing-Washington. ”Peningkatan ketegangan AS-China menghasilkan kekhawatiran pada perekonomian global di tengah kerawanan (akibat) pandemi,” kata Kepala Divisi Ekonomi dan Strategi Mizuho Bank Vishnu Varathan sebagaimana dikutip Bloomberg. (REUTERS)