Delapan Pegawai LP Muaro Sijunjung Positif, Diduga Dipicu Mobilitas Antardaerah
›
Delapan Pegawai LP Muaro...
Iklan
Delapan Pegawai LP Muaro Sijunjung Positif, Diduga Dipicu Mobilitas Antardaerah
Delapan pegawai, termasuk kepala Lembaga Pemasyarakatan Muaro Sijunjung, Sumatera Barat, terkonfirmasi positif Covid-19. Kasus tersebut merupakan temuan pertama di Kabupaten Sijunjung.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
PADANG, KOMPAS — Delapan pegawai, termasuk kepala Lembaga Pemasyarakatan Muaro Sijunjung, Sumatera Barat, terkonfirmasi positif Covid-19. Kasus tersebut merupakan temuan pertama di Kabupaten Sijunjung. Kasus ini diduga dipicu mobilitas antardaerah para pegawai.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sijunjung Rizal Efendi, Rabu (27/5/2020), mengatakan, pegawai Lapas Muaro Sijunjung yang positif Covid-19 itu pada umumnya dari bagian administrasi, bukan bagian pelayanan. Rizal membenarkan, dari delapan orang itu, salah satunya kepala lapas.
”Mereka sudah dibawa ke tempat karantina di Badan Pengelolaan SDM Sumbar di Padang untuk menjalani isolasi. Delapan orang ini orang tanpa gejala semua,” kata Rizal ketika dihubungi dari Padang.
Rizal melanjutkan, tim kesehatan menelusuri kontak erat delapan orang itu. Setidaknya ada 253 orang yang diambil sampel usap (swab) hidung dan tenggorokan, yaitu penghuni lapas, pegawai, dan anggota keluarga pasien.
Temuan kasus delapan pegawai itu, jelas Rizal, bermula dari adanya pengunjung lapas yang positif Covid-19 di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada 21 Mei 2020. Pengunjung itu datang ke lapas pada 2 Mei 2020 untuk menengok anggota keluarganya yang ditahan di sana.
Mendapat informasi itu, Pemerintah Kabupaten Sijunjung menelusuri kontak erat di lapas serta anggota keluarga lainnya di Sijunjung. Tim kesehatan lalu mengambil sampel usap hidung dan tenggorokan anggota keluarga di lapas maupun di rumah, tahanan di dua blok, dan pegawai lapas. Hasilnya, delapan pegawai positif Covid-19.
Meskipun temuan kasus bermula dari penelusuran kasus di Kepulauan Mentawai, kemungkinan besar delapan orang itu tidak tertular dari pengunjung.
Menurut Rizal, meskipun temuan kasus bermula dari penelusuran kasus di Kepulauan Mentawai, kemungkinan besar delapan orang itu tidak tertular dari pengunjung. Pasalnya, kedelapan orang itu bukan pegawai bidang pelayanan, melainkan administrasi. Di antara delapan orang itu, ada yang punya riwayat perjalanan dari daerah terjangkit, yaitu Padang, Dharmasraya, Payakumbuh, dan Padang Pariaman.
”Berdasarkan hasil swab, tidak mungkin tertular dari kasus Mentawai. Sebab, keluarga inti dari pengunjung tidak ada yang positif Covid-19. Anggota keluarga yang dikunjungi dan tahanan lain di blok yang sama dan blok sebelahnya juga negatif. Berarti ini jalur baru,” ujar Rizal.
Secara terpisah, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, temuan kasus positif Covid-19 di seluruh kabupaten/kota di Sumbar bisa saja terjadi. Penyebabnya, di Sumbar sudah terjadi transmisi lokal penularan Covid-19.
Terkait sumber penularan di Sijunjung, kata Irwan, dugaan sementara karena adanya pegawai lapas yang bolak-balik Padang-Sijunjung. ”Dugaan sementara begitu. Berarti dia tidak mengikuti PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Pada masa PSBB, kan, semestinya tidak boleh bergerak atau keluar-masuk kota,” kata Irwan.
Terkait sumber penularan di Sijunjung, dugaan sementara karena adanya pegawai lapas yang bolak-balik Padang-Sijunjung.
Lonjakan kasus
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar pada Rabu, ada tambahan kasus baru Covid-19 sebanyak 27 orang menjadi 537 orang. Selain delapan orang dari Sijunjung, tambahan kasus baru sebanyak 18 orang di Padang dan 1 orang di Tanah Datar.
Sejak Minggu (24/5/2020), data kasus Covid-19 melonjak signifikan. Pada hari Minggu, angka kasus baru sebanyak 35 orang, Senin 0 (tidak ada pemeriksaan), Selasa 32 orang, dan Rabu 27 orang. Tambahan kasus itu didominasi oleh kluster Pasar Raya Padang, episentrum Covid-19 di Sumbar.
Pekan sebelumnya, kasus Covid-19 sempat melandai. Sepanjang Selasa-Sabtu (19-23/5/2020), angka kasus baru per hari berkisar dua hingga sepuluh orang. Pada Selasa, angka kasus baru sebanyak sepuluh orang, Rabu dan Kamis masing-masing delapan orang, Jumat dua orang, dan Sabtu lima orang. Adapun Selasa-Minggu (12-17/5/2020), rata-rata tambahan kasus sekitar 18 orang per hari.
Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Andani Eka Putra, Sabtu (23/5/2020), mengatakan, penurunan kasus baru saat itu lebih dipengaruhi tidak adanya sampel dari Pasar Raya Padang.
Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Defriman Djafri, berpendapat, data laporan kasus positif Covid-19 per hari tidak bisa menjadi gambaran sebenarnya kondisi saat ini. Laporan itu merupakan kasus beberapa hari sebelumnya.
”Data yang dilaporkan saat ini adalah data (kondisi nyata) sebelumnya, bukan kasus hari ini. Sebab, ada delay. Rata-rata keterlambatannya bisa delapan hari, mulai dari pasien terinfeksi, pengambilan sampel, pemeriksaan sampel, hingga data itu dilaporkan,” kata Defriman yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Defriman pun memperkirakan angka kasus baru positif Covid-19 di Sumbar kemungkinan masih akan tinggi. Dengan keterlambatan itu, orang-orang yang berpotensi tertular pada masa Lebaran belum ada laporan datanya. Masa Lebaran juga berisiko besar dalam penularan Covid-19 karena banyak aktivitas keramaian.
”Saran kami, perlu dilihat tiga minggu ke depan untuk benar-benar bisa pastikan angka reproduksi efektif di bawah 1 (kasus menurun),” ujar Defriman. Angka reproduksi efektif Covid-19 di Sumbar sejak Senin-Jumat (18-22/5/2020) kurang dari 1. Pada Jumat, angka reproduksi efektif 0,85.
Angka reproduksi efektif adalah jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus infektif pada populasi yang memiliki kekebalan sebagian atau setelah adanya intervensi. Angka ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi penyebaran penyakit.
Defriman pun merekomendasikan kepada gubernur agar PSBB tahap kedua yang berakhir 29 Mei 2020 diperpanjang. Penyebabnya, tambahan kasus selama Lebaran, yang berkemungkinan melonjak, belum diketahui. Dengan perpanjangan, setidaknya ada waktu dua minggu untuk memastikan tren kasus Covid-19 di Sumbar setelah Lebaran.
”Saran saya itu (diperpanjang). Kecuali, gubernur bisa memastikan Sumbar sudah siap (dengan normal baru), baik dari masyarakat, pemerintah, sistem kesehatan, termasuk infrastruktur. Tidak masalah juga jika Sumbar mau mengambil risiko itu,” ujar Defriman.
Sebelumnya, Irwan mengaku belum memastikan PSBB diperpanjang atau dihentikan. Keputusan itu akan ditetapkan pada rapat bersama 19 bupati/wali kota, Kamis (28/5/2020). Sejauh ini, ada tiga kabupaten/kota mengusulkan PSBB diakhiri, sedangkan sisanya ingin memperpanjang.