Pemerintah Afghanistan berjanji melepas secara bertahap 2.000 tahanan Taliban. Hal ini menumbuhkan harapan bagi terwujudnya perdamaian di negara tersebut.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pemerintah Afghanistan berjanji melepas secara bertahap 2.000 tahanan Taliban, untuk kemudian memulai proses perundingan damai internal antar-keduanya.
Gerak cepat Presiden Ashraf Ghani ini muncul setelah ada kesepakatan dengan pesaingnya dalam pemilu presiden, Abdullah Abdullah, pada 17 Mei 2020. Ashraf Ghani tetap menjadi Presiden Afghanistan, sedangkan Abdullah Abdullah diangkat menjadi Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional. Dengan jabatan itu, Abdullah mendapat tugas yang tak kalah berat bagi kesatuan dan persatuan Afghanistan; memajukan negosiasi damai internal dengan Taliban (Kompas, 26/5/2020).
Perselisihan kekuasaan antara Presiden Ashraf Ghani dan Kepala Eksekutif Abdullah Abdullah terkait hasil pemilu presiden, September 2019, membuat keamanan dan ekonomi Afghanistan kian rapuh. Ghani baru ”memberi” jabatan kepada Abdullah setelah Amerika Serikat (AS) mengancam akan memotong bantuan 1 miliar dollar bagi Afghanistan.
Sebelumnya, pemerintah telah membebaskan sekitar 1.000 tahanan Taliban dan sebaliknya Taliban melepas sekitar 300 anggota pasukan keamanan Afghanistan. Namun, pembebasan itu belum memunculkan kepercayaan kedua belah pihak. Kekerasan bersenjata terus terjadi karena Taliban tidak yakin pemerintah mau membebaskan anggotanya.
Setelah dicapai kesepakatan gencatan senjata pada Senin (25/5), Pemerintah Afghanistan mengumumkan membebaskan 100 orang dan melepas 900 lainnya pada keesokan harinya. ”Ada keputusan untuk membebaskan 900 orang hari ini,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Afghanistan, Javid Faisal, kepada kantor berita AFP.
Keputusan pembebasan ini dinilai sebagai niat baik untuk memastikan proses perdamaian internal mulai berlangsung. Kesepakatan AS-Taliban yang ditandatangani pada 29 Februari 2020 di Qatar menetapkan Pemerintah Afghanistan akan membebaskan 5.000 tahanan Taliban, sementara pemberontak akan membebaskan sekitar 1.000 personel keamanan Afghanistan. Pertukaran tahanan dipandang sebagai langkah membangun kepercayaan menjelang pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban.
Keputusan pembebasan ini dinilai sebagai niat baik untuk memastikan proses perdamaian internal mulai berlangsung.
Di bawah kesepakatan AS dan Taliban, militan bersenjata itu juga sepakat untuk tidak menyerang dan membiarkan Afghanistan menjadi sarang kelompok teroris, termasuk Al Qaeda. Pasukan AS dan pasukan asing lain pun berjanji untuk meninggalkan Afghanistan pada Juli 2021 asalkan Taliban mematuhi perjanjian dan memulai pembicaraan internal dengan Pemerintah Afghanistan.
Kesepakatan sharing power antara Ghani dan Abdullah, gencatan senjata, serta pembebasan tahanan tak hanya memunculkan harapan dimulainya perundingan damai internal di Afghanistan yang telah 18 tahun konflik dengan begitu banyak kekerasan. Namun, kita berharap, musim semi damai yang tercipta diikuti pencabutan sanksi oleh negara besar agar ekonomi Afghanistan bisa tumbuh dan berkembang kembali.