Pelajaran utama dari pandemi Covid-19 ini adalah agar kita mempunyai kesadaran untuk antisipasi berbagai potensi ancaman dalam berbagai dimensi kehidupan bersama, yang sesungguhnya tak terbatas pada masalah kesehatan.
Oleh
Mustakim
·3 menit baca
Sejak akhir 2019, dunia diguncang virus korona jenis baru penyebab Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China. Boleh dikatakan tidak ada negara yang bebas dari serangan virus berbahaya ini, termasuk Indonesia. Ada pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa pandemi yang masih melanda dunia ini.
Pandemi Covid-19 sekurangnya menyadarkan manusia, khususnya bangsa Indonesia, akan pentingnya menjaga kesehatan dan senantiasa bersiap diri dan mengantisipasi segala potensi yang mengancam kesehatan masyarakat. Kalau selama ini tidak peduli untuk menjaga kesehatan, setelah Covid-19 menyerang baru kita sadar betapa penting menjaga kesehatan.
Kita baca di sejumlah media bagaimana masyarakat mulai sangat antusias berjemur saat pandemi Covid-19 ini. Berjemur menjadi kegiatan sehari-hari masyarakat sebagai upaya menjaga kesehatan.
Kalau kita perhatikan, orang-orang yang tinggal di negara empat musim sangat antusias berwisata ke Indonesia sekadar agar dapat berjemur di tepi pantai, padahal dengan mengeluarkan biaya yang tidak murah. Sementara kita yang diberi anugerah sinar matahari setiap hari kadang tidak peduli. Umummnya gedung tempat bekerja, seperti perkantoran, dilengkapi AC (penyejuk ruangan) mulai dari subuh sampai malam.
Kalau selama ini tidak peduli untuk menjaga kesehatan, setelah Covid-19 menyerang baru kita sadar betapa penting menjaga kesehatan.
Demikian juga di rumah, kendaraan yang kita pakai juga diberi AC, yang secara tidak sadar cenderung memperlemah daya tahan tubuh. Tentu masih banyak faktor yang memengaruhi untuk menciptakan tubuh yang sehat selain berjemur di bawah sinar matahari.
Indonesia selain menghadapi serangan Covid-19 juga masih mengalami epidemi demam berdarah dengue yang disebabkan serangan nyamuk, yang sampai 4 April 2020 telah merenggut 254 orang meninggal (Kompas, 6 April 2020). Demikian pula jika kita perhatikan di berbagai pusat layanan kesehatan, mulai dari puskesmas, rumah sakit daerah, sampai rumah sakit rujukan nasional, penuh pasien yang antre berobat ke dokter.
Ini semua terjadi akibat kita abai atau kurang peduli dalam mengantisipasi datangnya wabah penyakit. Belum lagi bila menyinggung penyakit yang tidak menular, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gula, dan stroke. Kita perlu mengantisipasi beberapa tahun ke depan anak-anak atau masyarakat umum sakit mata karena dari usia balita sudah main telepon selular, dari bangun tidur sampai tidur kembali, terkena radiasi yang tidak terasa.
Kerusakan lingkungan
Sementara kerusakan lingkungan akibat kesalahan pengelolaan daerah aliran sungai mengakibatkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Banjir bandang yang melanda wilayah Indonesia di akhir 2019 dan awal tahun 2020 disebabkan kita salah mengelola lingkungan aliran sungai. Hal ini ditambah lagi adanya persepsi keberhasilan pembangunan hanya dilihat dengan berdirinya kemegahan bangunan mentereng, tetapi melupakan keberlangsungan lingkungan sekitarnya.
Semua permukaan tanah disemen sehingga air tidak masuk meresap ke dalam tanah yang sangat penting untuk sumber air kebutuhan sehari-hari, karena takut becek. Tidak ada pembangunan waduk untuk menampung air hujan. Ini berbeda dengan Belanda atau Nederland yang artinya tanah di bawah air, tetapi boleh dikatakan tidak pernah banjir, sungainya bersih dan dapat dilalui kapal-kapal pengangkut barang yang berarti mengurangi beban jalan raya dengan membangun waduk dan tanggul.
Bahkan sungai di Amsterdam dapat dijadikan tempat tujuan wisata dan untuk rekreasi. Kalau kita ke Belanda, bagian utara yang berbatasan dengan Laut Utara nyata benar bahwa daratan Belanda itu di bawah air laut. Untuk melindungi daratannya, Belanda membangun tanggul untuk mencegah air laut masuk.
Di Indonesia, tempat untuk berolahraga yang sederhana dan tidak membutuhkan ruang besar, seperti senam, sulit ditemukan. Untuk bisa bersenam, kerap kali kita menggunakan jalan-jalan sekitar yang ditutup sementara agar tidak dilalui kendaraan pada hari Minggu. Padahal bersenam bersama selain untuk menjaga kesehatan juga untuk menjalin keakraban secara sosial di masyarakat yang cenderung individualistis.
Di Indonesia, tempat untuk berolahraga yang sederhana dan tidak membutuhkan ruang besar, seperti senam, sulit ditemukan.
Pelajaran utama dari pandemi Covid-19 ini adalah agar kita mempunyai kesadaran untuk mengantisipasi berbagai potensi bahaya pada berbagai dimensi kehidupan bersama, tak terbatas pada masalah kesehatan, tetapi juga masalah ekologi, penguasaan sumber-sumber ekonomi, serta hubungan internasional yang mengancam kedaulatan bangsa dan negara.