Uskup Agung Semarang: Fisik Berjarak, Hati Harus Makin Dekat
›
Uskup Agung Semarang: Fisik...
Iklan
Uskup Agung Semarang: Fisik Berjarak, Hati Harus Makin Dekat
Keuskupan Agung Semarang memperpanjang masa peribadatan umat Katolik melalui misa daring lewat kanal Youtube. Meski berjarak fisik, umat diminta tetap mendekatkan hati dengan Tuhan dan sesama.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Keuskupan Agung Semarang memperpanjang masa darurat peribadatan, yang mulai berlaku Senin (1/6/2020) hingga batas waktu yang belum ditentukan. Meski untuk sementara membatasi jarak fisik, hati umat harus semakin berdekatan dengan Tuhan dan sesama.
Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko sebelumnya menandatangani surat perpanjangan masa darurat peribadatan pada Senin (25/5/2020). Ketentuan seperti pada surat edaran sebelumnya, seperti peribadatan daring melalui kanal streaming Youtube tetap akan dilakukan.
”Diperpanjang lagi sampai batas waktu yang belum ditentukan. Kami akan mengikuti perkembangan, termasuk memperhatikan keputusan pemerintah,” ujar Romo Ruby di sela-sela tinjauan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ke Gereja Katedral Semarang, Rabu (27/5/2020).
Romo Ruby mengimbau seluruh umat Keuskupan Agung Semarang, baik di Jateng maupun DIY, untuk meneruskan perjuangan melawan Covid-19 dengan penuh kewaspadaan. Umat diminta tetap beribadah secara daring di rumah.
”Jaga jarak fisik dengan teman, tanpa jaga jarak hati. Ini penting sekali. Fisik berjarak, tetapi hati tetap dekat agar tetap bersaudara satu sama lain. Pola hidup bersih dan sehat kita upayakan bersama lewat pribadi masing-masing,” ujarnya.
Sejumlah terobosan gerakan solidaritas dan kepedulian telah dilakukan, di antaranya berbagi sarana kesehatan serta berbagi makanan siap santap dan bahan makanan.
Dalam surat masa perpanjangan masa darurat peribadatan di Keuskupan Agung Semarang disebutkan, sejumlah terobosan gerakan solidaritas dan kepedulian telah dilakukan, di antaranya berbagi sarana kesehatan serta berbagi makanan siap santap dan bahan makanan.
Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Agung Kauman Semarang KH Hanif Ismail mengatakan, protokol kesehatan sudah diterapkan sejak lama di masa pandemi Covid-19. Di depan masjid, petugas keamanan siap mengukur suhu tubuh jemaah.
Setiap jemaah juga diwajibkan mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer yang disiapkan di pintu masuk atau tempat wudhu. ”Kalau ada jemaah, kami hanya membuka satu akses masuk dan keluar dengan pengaturan jarak,” katanya.
Hanif menambahkan, sejumlah pembatasan lain juga dilakukan. Selain akses masuk, ada pembatasan jarak antarjemaah, yakni lebih dari satu meter, saat melaksanakan shalat.
Pada Rabu, selain Gereja Katedral dan Masjid Agung Kauman, Ganjar juga mengunjungi SMPN 7 Semarang. Hal itu dilakukannya dalam rangka meninjau persiapan sebelum normal baru benar-benar diterapkan di Jateng, termasuk Kota Semarang.
Di dalam kelas, siswa pun harus duduk sendiri-sendiri di bangku dengan adanya pembagian yang diatur oleh guru.
”Saat ini Kota Semarang masih perpanjangan pembatasan kegiatan masyarakat, tetapi kita juga harus siap-siap (normal baru) seandainya nanti grafik menurun. Di Masjid Kauman sebenarnya dari dulu siap. Nanti diatur bagaimana aliran jemaah yang mau shalat agar tertib,” kata Ganjar.
Untuk sekolah, lanjut Ganjar, dapat dicoba kelas III SMP yang masuk terlebih dahulu, sedangkan kelas I dan II SMP belum. Di dalam kelas, siswa pun harus duduk sendiri-sendiri di bangku dengan adanya pembagian yang diatur oleh guru.