Pandemi Covid-19, Investor Pilih Instrumen Berisiko Rendah
›
Pandemi Covid-19, Investor...
Iklan
Pandemi Covid-19, Investor Pilih Instrumen Berisiko Rendah
Di tengah pandemi Covid-19, minat investasi tetap ada. Para investor kini lebih memilih untuk berinvestasi pada produk investasi dengan risiko rendah, seperti reksa dana dan obligasi.
Oleh
sharon patricia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, minat masyarakat berinvestasi di pasar modal tetap ada. Keadaan ini juga didukung oleh perubahan perilaku investor yang lebih adaptif terhadap teknologi untuk berinvestasi.
Mandiri Sekuritas mencatat, pada jumlah nasabah ritel Mandiri Sekuritas per April 2020 sebanyak 133.000 nasabah. Jumlah ini meningkat sekitar 30 persen dibandingkan dengan April tahun lalu yang sebesar 103.000 orang.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro menyampaikan, sebelum pandemi, produk investasi yang paling banyak diminati adalah equity atau saham. Namun, setelah pandemi pada Maret lalu, ada pergeseran tren investasi.
”Hal ini disebabkan oleh respons investor untuk mendiversifikasikan asetnya pada instrumen investasi yang memiliki risiko rendah, misalnya reksa dana money market dan obligasi,” ujar Dannif di Jakarta, Kamis (28/5/2020).
Paparan ini disampaikan dalam Kompas Talks bertemakan ”Dunia Investasi Saat Normal Baru” melalui siaran langsung di akun Instagram harian Kompas. Acara ini dipandu oleh wartawan harian Kompas, Anastasia Joice Santi.
Untuk memudahkan nasabah berinvestasi, Mandiri Sekuritas juga menyediakan platform investasi pasar modal digital, yaitu aplikasi Mandiri Online Securities Trading (MOST) yang diluncurkan sejak 2012. Melalui aplikasi ini, nasabah dapat berinvestasi di pasar modal secara dalam jaringan (daring).
Dannif menjelaskan, nasabah hanya perlu melakukan pengisian data diri, mengunggah dokumen yang diperlukan, dan melakukan tanda tangan digital untuk mendaftar MOST. ”Dengan adanya peningkatan fitur baru tersebut, kemudahan akses informasi, kondisi banyak bekerja dari rumah, kami melihat minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal tetap baik,” ujarnya.
Selain investor ritel, Mandiri Sekuritas juga bermitra dengan pemerintah dan korporasi untuk menghadirkan solusi pendanaan sesuai dengan kebutuhan. Tidak hanya di pasar modal Indonesia, tetapi juga di pasar modal internasional.
Dengan lisensi dan kapabilitas untuk melakukan bisnis di pasar modal internasional melalui Mandiri Securities Pte Ltd (Mandiri Securities Singapore), Mandiri Sekuritas per April 2020 telah menyelesaikan delapan mandat penerbitan obligasi global dengan porsi penjaminan senilai 1,46 miliar dollar AS, meningkat 149,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Proyeksi investasi
Dannif menjelaskan, Covid-19 sebagai pandemi global telah menyebabkan arus investasi keluar (financial outflow), terutama di negara berkembang. Itu karena investor lebih memilih instrumen investasi yang lebih aman, salah satunya obligasi Pemerintah Amerika Serikat (sovereign bonds).
”Hal ini berdampak pada investasi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Tidak hanya pada saham, tetapi obligasi karena nilai tukar rupiah juga terdepresiasi terhadap dollar AS,” tuturnya.
Keadaan ini juga dipengaruhi oleh kebijakan stimulus moneter dan fiskal yang agresif di AS.
Namun, saat ini modal asing mulai kembali masuk ke Indonesia, terutama pada surat berharga negara (SBN). Yield SBN yang cukup kompetitif menjadi salah satu daya tarik investor asing.
Saat ini, negara-negara berkembang juga tengah membahas pembukaan kembali pasca-lockdown. Krisis kesehatan yang menjadi isu utama perlu disikapi secara bijak dengan mempertimbangkan dampak ekonomi yang ditimbulkan.
”Kami percaya, arus investasi asing akan kembali ke Indonesia. Tentu dengan catatan sistem penanganan kesehatan dilaksanakan dengan baik dan bisnis dibuka kembali secara bertahap,” kata Dannif.