Mobil Laboratorium Tingkatkan Kapasitas Uji Usap di Sidoarjo
›
Mobil Laboratorium Tingkatkan ...
Iklan
Mobil Laboratorium Tingkatkan Kapasitas Uji Usap di Sidoarjo
Upaya meningkatkan kapasitas uji usap Covid-19 di Sidoarjo terus dilakukan untuk memaksimalkan deteksi dini dan penanganan. Salah satunya melalui mobil laboratorium yang difasilitasi oleh BNPB.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pengoperasian mobil laboratorium yang difasilitasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana meningkatkan kapasitas tes usap Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Tim kesehatan setempat juga telah memodifikasi mesin tes cepat molekuler tuberkulosis untuk pengujian Covid-19.
Upaya meningkatkan kapasitas uji usap Covid-19 di Sidoarjo terus dilakukan untuk memaksimalkan deteksi dini dan penanganan. Ratusan orang mengantre di dekat mobil laboratorium uji usap Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo, Kamis (28/5/2020). Mereka menunggu giliran pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan guna mengonfirmasi Covid-19. Warga yang menjalani uji usap ini sebelumnya menjalani uji cepat dengan hasil reaktif.
”Total warga yang menjalani uji usap dengan fasilitas mobil laboratorium ini sebanyak 113 orang. Mereka berasal dari sejumlah kecamatan di Sidoarjo,” ujar Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan.
Sebanyak 113 orang yang diuji usap itu berasal dari tujuh kecamatan dari total 18 kecamatan di Sidoarjo. Mereka dikirim oleh petugas di puskesmas setempat. Adapun tujuh kecamatan itu adalah Waru, Gedangan, Buduran, Tarik, Tanggulangin, Krembung, dan Sedati.
Menurut Atok, jumlah terbanyak berasal dari Puskesmas Medaeng, Kecamatan Waru, yakni 77 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 orang menjalani pemeriksaan uji usap untuk pertama kali. Sementara 20 orang lain menjalani uji usap yang kedua kali.
Banyaknya jumlah kasus reaktif di Kecamatan Waru merupakan hasil penjaringan dari kluster baru, yakni kluster Desa Waru dan Desa Pepelegi. Kluster di Desa Waru diduga terjadi karena warga mengadakan tahlilan bersama, sedangkan di Desa Pepelegi dipicu oleh warga yang memandikan jenazah Covid-19.
Kluster di Desa Waru diduga terjadi karena warga mengadakan tahlilan bersama, sedangkan di Desa Pepelegi dipicu oleh warga yang memandikan jenazah Covid-19.
”Orang reaktif yang hasil uji usapnya positif apabila mengalami gejala klinis akan langsung dirawat. Bagi yang positif tapi tanpa gejala, akan diobservasi di tempat khusus. Hal itu untuk mencegah sebaran virus,” tutur Atok.
Dalam laman resminya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan mengirimkan sejumlah mobil laboratorium ke Jatim untuk mendukung pengujian sampel dengan metode reaksi rantai polimerase(PCR) agar provinsi ini bisa melakukan pengujian secara masif. Hal itu penting karena Jatim memiliki jumlah kasus terbesar kedua Covid-19 setelah DKI Jakarta.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, Jatim menjadi tujuan pengiriman bantuan mobil laboratorium karena salah satu laboratorium penguji sampel di daerah tersebut rusak sehingga tidak dapat melakukan pemeriksaan.
Menurut Doni, mobil laboratorium ini menggunakan reagen padat untuk menguji sampel usap hidung dan tenggorokan sehingga hasilnya bisa diketahui dalam 40 menit. Dengan hasil yang cepat, orang yang positif bisa langsung ditangani sehingga peluang sembuhnya besar dan penyebaran virus bisa dikendalikan.
Atok Irawan menambahkan, RSUD Sidoarjo saat ini telah dipercaya melakukan pengujian swab Covid-19 sehingga pihaknya tidak perlu mengirim sampel ke Balitbangkes Kemenkes ataupun Laboratorium Universitas Airlangga Surabaya. Sejak Selasa (25/5/2020), RSUD Sidoarjo sudah melakukan pengujian swab secara mandiri.
Alat yang digunakan adalah mesin tes cepat molekuler TB (tuberkulosis) yang telah dimodifikasi dengan mengubah pengaturan dan menambahkan cartridge khusus untuk Covid-19. Pada tahap awal ini, RSUD Sidoarjo menerima 120 reagen untuk uji usap dan telah digunakan sebanyak 40 sehingga tersisa 80 reagen.
Pemeriksaan uji usap dengan mesin TCM TB menyasar pasien yang dirawat di RSUD Sidoarjo. Kemampuan RSUD Sidoarjo dalam melakukan uji usap ini berdampak signifikan dalam penanganan pasien. Setidaknya, pasien tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui hasil pemeriksaan sehingga waktu perawatan lebih optimal.
Sebelumnya, sampel harus dikirim ke Jakarta atau Surabaya sehingga butuh waktu 5-7 hari untuk mengetahui hasilnya karena antrean pengujian menumpuk. Selama menunggu, pasien tetap di rumah sakit sehingga masa perawatannya menjadi lama.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya berencana mengoptimalkan mobil laboratorium ini untuk meningkatkan kapasitas pengujian Covid-19. Dengan mengetahui hasil konfirmasi positif secara cepat, pihaknya bisa melakukan penelusuran kontak sejak dini untuk memutus laju sebaran virus.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Sidoarjo, saat ini jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 600 orang. Dari 600 kasus itu, baru 24 orang yang dinyatakan sembuh. Sebanyak 49 orang meninggal. Artinya, tingkat kematian lebih tinggi dua kali lipat dari tingkat kesembuhan.
Untuk menurunkan jumlah kasus Covid-19, Sidoarjo sudah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak 28 April dan akan berlangsung hingga 8 Juni. Namun, efektivitas PSBB masih rendah karena tingkat kesadaran dan kedisiplinan warga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta mematuhi protokol kesehatan masih rendah.
Pemberian sanksi teguran lisan, tertulis, hingga sanksi menjadi pekerja sosial belum mampu menggugah kesadaran warga. Upaya memberdayakan pemerintah desa untuk menyadarkan warganya juga sudah dilakukan dan terus ditingkatkan. Di sejumlah desa juga sudah dibentuk Kampung Tangguh Semeru.