Kasus Melonjak Pasca-Pelonggaran, Korsel Berlakukan Kembali Pembatasan Sosial
›
Kasus Melonjak...
Iklan
Kasus Melonjak Pasca-Pelonggaran, Korsel Berlakukan Kembali Pembatasan Sosial
Peningkatan jumlah warga positif Covid-19 dua hari terakhir memaksa Pemerintah Korea Selatan menerapkan kembali sejumlah pembatasan di negara itu. Di FIlipina, meski naik, satgas merekomendasikan pelonggaran.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk memberlakukan kembali beberapa protokol kesehatan, terutama pembatasan jarak sosial, yang sebelumnya telah dilonggarkan sejak awal Mei ini. Peningkatan jumlah warga yang positif Covid-19 dalam dua hari terakhir membuat pemerintah memutuskan untuk menerapkan kembali aturan itu.
Seoul, Kamis (28/5/2020), melaporkan, lonjakan kasus Covid-19 terbesar dalam lebih dari 50 hari terakhir. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Korea (KCDC) menyebutkan, 67 dari 79 kasus baru itu dilaporkan terjadi di ibu kota Seoul. Pejabat KCDC juga mengingatkan, penelusuran dan pengendalian wabah semakin sulit dilakukan saat aktivitas warga meningkat lagi.
”Kami menerapkan lagi semua tindakan karantina di metropolitan Seoul hingga pertengahan Juni,” kata Wakil Menteri Kesehatan Korea Selatan Park Neung-hoo, Kamis.
Fasilitas umum, seperti museum, taman, dan galeri seni, dilarang beroperasi dua pekan mendatang. Penutupan dimulai Jumat ini. Kantor-kantor swasta dan pemerintah diminta memberikan fleksibilitas bagi karyawan, termasuk melakukan pekerjaan dari rumah.
Selama dua hari berturut-turut, sejak Rabu (27/8), terjadi peningkatan jumlah warga positif Covid-19 di Korsel. Pada Rabu, Kementerian Kesehatan Korsel mencatat jumlah warga terpapar 40 orang. Sehari kemudian, Kamis (28/5/2020), jumlahnya naik menjadi 79 kasus.
Seluruh kasus yang terjadi dalam dua hari terakhir terkait dengan kluster penyebaran baru di sebuah kompleks pergudangan e-dagang di Bucheon, Seoul bagian barat. KCDC mengatakan, 4.100 pekerja di kawasan pergudangan itu telah melakukan isolasi mandiri. Sebanyak 80 persen dari jumlah pekerja itu telah menjalani tes untuk memastikan apakah mereka positif terpapar Covid-19 atau tidak.
Park menyatakan, KCDC memperkirakan jumlah kasus baru terkait kluster anyar ini akan meningkat seiring tes Covid-19 yang terus berlangsung. ”Dua pekan mendatang sangat menentukan, apakah kita berhasil melakukan pencegahan di kota ini atau tidak,” katanya.
Ia menambahkan, apabila pemerintah menemukan lebih dari 50 kasus baru per hari selama tujuh hari ke depan, pembatasan yang lebih keras dibandingkan sebelumnya akan diterapkan lagi.
Pada awal Mei, Pemerintah Korsel mulai melonggarkan kebijakan karantina. Namun, ketika seorang pengunjung tempat hiburan malam dinyatakan positif Covid-19 dan diperkirakan menginfeksi 7.200 orang lainnya, pemerintah menutup kembali kawasan hiburan malam di Itaewon, Seoul.
Selama ini, Korsel dipuji berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19 tanpa perlu menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Intervensi komprehensif dengan empat strategi di negara itu, yaitu pemeriksaan (testing), pelacakan kasus (tracing), perawatan (treatment), dan keterlibatan publik (public engagement), dinilai berhasil dan menjadi model bagi banyak negara.
Hal sebaliknya terjadi di Filipina. Meski jumlah kasus warga positif Covid-19 di negara itu terus meningkat, Satuan Tugas Covid-19 Filipina memberi rekomendasi kepada Presiden Rodrigo Duterte untuk melonggarkan kebijakan penutupan wilayah di Manila. Pemerintah telah menerapkan kebijakan itu di Manila selama lebih dari 11 pekan. Durasi ini lebih lama daripada karantina yang diterapkan Pemerintah China di Wuhan, yakni 76 hari.
”Ini merupakan kompromi. Ada kebutuhan agar ekonomi bergerak kembali dan pada saat bersamaan tetap mencegah penyebaran Covid-19,” kata Harry Roque, jubir kepresidenan.
Berdasarkan data Worldometer.info, pada Kamis (28/5/2020), di Filipina, jumlah kasus positif bertambah 539 orang dan warga meninggal bertambah 17 orang sehingga kini menjadi 921 orang. Filipina juga tak berhasil memenuhi target untuk mengetes 30.000 orang per hari. Hingga sekarang, pemerintahan Duterte hanya mampu mengambil sampel 290.000 dari total 107 juta penduduk Filipina (0,27 persen).
Keputusan untuk melonggarkan itu tak terlepas dari kondisi ekonomi Filipina yang diperkirakan menghadapi kontraksi terbesar dalam 34 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi negara itu diprediksi 0,2 persen pada kuartal I-2020. Filipina juga diperkirakan mengalami angka pertumbuhan yang lebih buruk pada kuartal berikutnya. (AP/AFP/REUTERS)