Tantangan Baru Muncul, Perlu Kerja Sama Lebih Erat antara Indonesia dan Swedia
›
Tantangan Baru Muncul, Perlu...
Iklan
Tantangan Baru Muncul, Perlu Kerja Sama Lebih Erat antara Indonesia dan Swedia
Swedia dan Indonesia memandang bahwa posisi dan peran PBB beserta organ-organnya, termasuk Dewan Keamanan, menjadi sangat penting dalam situasi sekarang ini.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hubungan bilateral Indonesia-Swedia memasuki usia yang ke-70 pada tahun ini. Pandemi global Covid-19 menjadi tantangan baru bagi hubungan kedua negara. Tantangan lain ialah kondisi dunia yang dihadapkan pada benturan dua kekuatan raksasa dunia, Amerika Serikat dan China, yang makin memanas.
Duta Besar Swedia untuk Indonesia Marina Berg dan Duta Besar Indonesia untuk Swedia Bagas Hapsoro, dalam diskusi virtual melalui konferensi video dengan Kompas, Kamis (28/5/2020), menyampaikan kesamaan pandangan dalam menghadapi tantangan itu. Keduanya berpandangan, negara-negara Uni Eropa dan negara-negara anggota ASEAN harus bahu-membahu untuk mempromosikan kerja sama lebih erat di beberapa forum, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
”UE bisa dan harus memainkan peran dalam kondisi politik global sekarang ini. Begitu juga ASEAN. Kedua organisasi ini harus mempromosikan dengan lebih gencar lagi kerja sama di PBB,” kata Marina.
Ia menjelaskan, hubungan AS-China telah memanas sejak sebelum Covid-19 ini ditetapkan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Perang dagang dan perang teknologi, khususnya teknologi 5G yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi China, Huawei, menjadi salah satu masalah dalam ketegangan hubungan AS-China.
Kini, masalah itu bertambah serius dengan merebaknya Covid-19 ke seluruh belahan dunia dan menjangkiti lebih dari 5 juta penduduk dunia.
Marina mengatakan, Swedia dan Indonesia memandang bahwa posisi dan peran PBB beserta organ-organnya, termasuk Dewan Keamanan, menjadi sangat penting dalam situasi sekarang ini.
”Di dalam PBB, Indonesia dan Swedia terus mencoba menjalin komunikasi dan kerja sama, termasuk dengan anggota tetap ataupun anggota tidak tetap di dalam Dewan Keamanan (DK) PBB. Swedia menekankan, dalam situasi seperti sekarang ini, kerja sama menjadi sangat penting. Tidak ada satu pun negara yang bisa menghadapi tantangan global ini sendirian,” kata Marina.
Hal yang sama disampaikan Dubes Bagas. ”Kerja sama antarnegara, kerja sama internasional, menjadi penting dalam situasi ini. Tak ada satu pun negara, baik miskin maupun kaya, yang bisa menghadapi kondisi sekarang ini sendirian,” ujarnya.
Indonesia saat ini menjalani tahun kedua atau terakhir sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020. Swedia terakhir menjadi anggota tidak tetap DK PBB pada 2017-2018.
Penanganan pandemi
Marina mengungkapkan betapa pentingnya kepercayaan dan literasi publik terhadap pemerintah dalam penanganan dan pencegahan Covid-19 di negaranya. Ia mengatakan, Pemerintah Swedia diuntungkan dengan tingginya tingkat kepercayaan warga terhadap kerja-kerja yang dilakukan oleh pemerintah.
Pada saat sama, Pemerintah Swedia juga berupaya memberikan pemahaman bahwa ketaatan warga terhadap anjuran pemerintah sama artinya dengan mengurangi beban pekerja medis menghadapi Covid-19. ”Kami memiliki masyarakat yang percaya sepenuhnya terhadap pemerintah. Ini hal penting,” ucapnya.
Menurut Bagas, tingginya tingkat literasi rakyat Swedia membuat pemerintah negara tersebut bisa melaksanakan kebijakannya dengan cukup lancar. Bahkan, oposisi pun mendengarkan anjuran pemerintah. Apabila kebijakan tersebut hendak diterapkan di negara lain, menurut Bagas, hal yang harus dilihat adalah karakter masyarakat, tingkat pendidikan warga, serta jumlah populasi penduduk.