Munculnya keinginan warga untuk bersepeda rupanya membawa berkah bagi para pengelola bengkel sepeda. Mereka kebagian rezeki dari para pesepeda yang ingin mendandani sepeda sebelum mulai menggowes.
Oleh
INSAN ALFAJRI/FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
Sekumpulan anak mendatangi bengkel sepeda milik Rendy Pria Uganda (30), Jumat (29/5/2020) siang. Salah satu anak menambal ban sepeda BMX-nya yang sudah lama tidak digunakan, sedangkan teman-temannya hanya mengantarkan.
Seiring dengan tumbuhnya minat warga bersepeda, bengkel yang berada di Jalan Inspeksi Slipi, Kemanggisan, Jakarta Barat, itu pun tak pernah sepi pasca-Lebaran.
Rendy menuturkan, banyak pelanggannya yang berdatangan untuk memperbaiki sepeda mereka. Ada yang hanya menambal ban, mengganti ban, memperbaiki rem, dan mengecat badan sepeda. Tidak sedikit pula yang datang untuk memperbaiki sepeda usang yang sudah lama tidak dipakai.
”Banyak yang ngebenerin sepeda yang sudah lama disimpan atau tukar tambah dengan sepeda di sini. Kira-kira sejak seminggu inilah, ya,” ujarnya.
Tarif untuk jasa perbaikan sepeda beragam. Untuk mengecat sepeda, misalnya, Randy mematok Rp 250.000 per sepeda.
Menurut dia, hal itu berbeda dengan situasi di bulan Maret atau April lalu. Rendy menduga, saat itu kebanyakan orang masih takut dengan pandemi Covid-19. Ditambah lagi, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat itu sedang hangat-hangatnya. Akibatnya, orang lebih sering berada di dalam rumah ketimbang bersepeda.
Selama lima hari ini, Rendy sudah menerima dua permintaan dari pelanggannya untuk mengecat sepeda. Adapun pada bulan lalu, rata-rata hanya satu atau dua orang yang minta dicatkan sepedanya dalam satu bulan.
Sepeda bekas
Hal yang sama ia alami dengan penjualan sepeda bekasnya. Setelah Lebaran hingga Jumat (29/5/2020), sudah lima sepedanya laku terjual. Dibandingkan dengan bulan lalu, rata-rata hanya dua sepeda bekas yang laku terjual dalam seminggu.
Rendy mengamati, sepeda lipat banyak dibeli oleh kalangan pekerja karena bentuknya yang ringkas. Adapun sepeda BMX biasanya dibeli oleh orangtua untuk anak-anak mereka. ”Sepeda yang laku biasanya BMX dan sepeda lipat. Pokoknya, orang mulai ramai beli pas sebelum Lebaran-lah,” katanya.
BMX bekas dengan kondisi yang relatif bagus ditawarkannya Rp 600.000. Randy masih membuka peluang untuk tawar-menawar.
Antrean panjang
Masih di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, tepatnya mendekati kampus Bina Nusantara, bengkel sepeda bernama Bude Bike juga tak pernah sepi pengunjung. Bengkel dan toko yang memanjang ini juga dipenuhi aneka aksesori sepeda. Beberapa sepeda baru juga ikut menyesaki toko ini.
Kendati tidak terlampau besar, pelanggan datang-pergi. Lima montir yang bertugas di sini seakan tidak pernah mengaso saking banyaknya pengunjung yang hendak memperbaiki sepeda mereka. Jumat itu, montir sedang memperbaiki tiga sepeda lipat dan dua sepeda roadbike.
Di meja kasir, 10 pelanggan mengantre untuk membeli suku cadang. Karyawan sampai menyarankan agar pelanggan tidak berkerumun. ”Jangan berkumpul di depan semua, kan kita masih PSBB,” ujar petugas kasir itu.
Salah seorang pelanggan, Yossia (29), membawa sepeda roadbike ke bengkel itu. Ia sedang memperbaiki gigi sepeda yang dibeli seharga Rp 7 juta tersebut.
Menurut Yossia, banyak orang bersepeda selama PSBB. Ia pun kerap gowes bersama komunitas setiap akhir pekan. Dia bersepeda dari rumahnya di Kemandoran, Jakarta Selatan, hingga ke Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.
”Sekarang banyak yang gowes, Mas, mungkin karena jalan relatif lancar dibandingkan di hari biasa,” ujarnya.
Sejak setahun lalu, Yossia rutin bersepeda ke tempat kerja yang berada di Rawa Belong, Jakarta Barat. Yossia awalnya diajak teman untuk gowes bersama. ”Eh, ternyata jadi nagih,” katanya.