Kasus Covid-19 Sumsel Didominasi Penularan oleh Kerabat Dekat
›
Kasus Covid-19 Sumsel...
Iklan
Kasus Covid-19 Sumsel Didominasi Penularan oleh Kerabat Dekat
Penelusuran riwayat kontak pasien sangat krusial untuk menekan penularan Covid-19 di Sumatera Selatan. Terlebih penularan di Sumsel didominasi dari keluarga, rekan kerja, atau sahabat dekat pasien positif.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
Penelusuran riwayat kontak pasien sangat krusial untuk menekan penularan Covid-19 di Sumatera Selatan. Terlebih penularan di Sumsel didominasi dari keluarga, rekan kerja, atau sahabat dekat pasien positif.Hingga Jumat (29/5/2020), tercatat ada 953 kasus positif Covid-19 di Sumsel. Sekitar 70 persen merupakan penularan dari keluarga pasien. Penularan dalam anggota keluarga inti sangat rentan karena mereka berinteraksi satu sama lain.Salah satunya terlihat dalam kasus ER (38), seorang jurnalis di Palembang yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada Selasa (26/5). Ia diduga tertular ketika sedang merawat ibunya yang mengalami stroke. Pada 5 Mei 2020, ibunya terjatuh dan mengalami kejang-kejang sehingga dibawa ke RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang.
Pemeriksaan hasil uji usap di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang terbilang lambat karena butuh waktu hingga 12 hari.
Dalam uji usap yang hasilnya keluar pada 12 Mei, ibunya terkonfirmasi positif Covid-19. ER lantas menjalani isolasi mandiri dan mengikuti uji usap. Pemeriksaan hasil uji usap di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang terbilang lambat karena butuh waktu hingga 12 hari.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumsel Yusri mengakui, kapasitas BBLK Palembang saat ini sekitar 400 spesimen per hari. Padahal, jumlah spesimen yang masuk bisa mencapai 1.000 spesimen per hari. Hal itu karena BBLK Palembang tidak hanya menangani Sumsel, tetapi juga lima provinsi di Pulau Sumatera.
Dengan kapasitas yang terbatas, dibutuhkan waktu 7-9 hari untuk memeriksa satu spesimen. Selain penularan dari keluarga terdekat, perlindungan bagi tenaga kesehatan di Sumsel juga perlu mendapat perhatian serius. Data kasus Covid-19 di Sumsel juga memperlihatkan sekitar 20 persen menjangkiti tenaga kesehatan.
Salah satu yang mengemuka adalah 28 tenaga kesehatan di RS Muhammadiyah Palembang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka terjangkit ketika menangani seorang pasien yang belakangan baru diketahui telah terjangkit lebih dulu. Juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumsel, Yuwono, menyatakan, penularan di jajaran tenaga kesehatan tergolong rentan.
Selain karena mobilitas mereka yang sangat tinggi, tingkat penularan Covid-19 juga sangat masif. Bahkan, berdasarkan data, enam rumah sakit di Sumsel yang menjadi rujukan penanganan Covid-19 yang ditunjuk Kementerian Kesehatan sudah memiliki kasus tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.Dalam situasi seperti ini, rumah sakit wajib melakukan pelacakan secara menyeluruh terhadap tenaga kesehatan. Bagi tenaga kesehatan yang dinyatakan positif, tidak boleh melayani pasien dan harus diisolasi sampai dinyatakan sembuh. ”Kalau semua terbukti positif, ya, lebih baik rumah sakit ditutup untuk sementara. Sebab, jika dipaksakan akan sangat berisiko,” ucapnya.
Permasalahan tidak terlindunginya tenaga kesehatan diungkapkan MA (25), salah satu tenaga kesehatan yang pernah bekerja di RSUD Kabupaten Ogan Ilir. Dia adalah satu dari 109 tenaga kesehatan yang dipecat karena dianggap lalai dalam menjalankan tugas. Mereka melakukan mogok karena fasilitas untuk penanganan Covid-19 yang kurang memadai.
MA mengatakan, penanganan Covid-19 berjalan dengan fasilitas yang terbatas. Mulai dari alat pelindung diri (APD) yang kurang memadai, tidak ada bantuan vitamin bagi tenaga kesehatan, informasi terkait rumah singgah yang tidak optimal, dan tidak ada insentif. ”Kami bekerja di tengah keterbatasan,” ucapnya.
Menanggapi hal ini, Direktur RSUD Ogan llir Roretta Arta Guna Riama menyatakan, tidak ada alasan bagi tenaga kesehatan untuk lalai menjalankan tugas. Hal ini karena jumlah APD sudah cukup, rumah singgah sudah ada di kantor DPRD Ogan Ilir. ”Intinya mereka hanya takut untuk menangani pasien Covid-19,” ujarnya.
Berbenah
Dari 953 kasus Covid-19 di Sumsel, sejumlah 169 pasien dinyatakan sembuh. Adapun jumlah pasien yang meninggal mencapai 30 orang. Gubernur Sumsel Herman Deru menyatakan semua pihak harus berbenah. Apalagi, dalam waktu dekat harus beradaptasi dengan normal baru. Hal yang utama adalah mengikuti protokol kesehatan dalam melakukan sejumlah kegiatan, terutama di area publik.
”Sumsel juga harus berbenah untuk menyambut normal baru,” kata Herman seusai rapat bersama Wali Kota Palembang Harnojoyo, Rabu (27/5). Protokol kesehatan tengah dikaji untuk bisa diterapkan di sejumlah area publik, seperti pasar, restoran, dan tempat kegiatan keagamaan. ”Semua harus diatur sehingga skema jaga jarak dapat diterapkan di area publik itu,” kata Herman.
Ia berharap normal baru dapat menggairahkan kembali perekonomian masyarakat yang menurun karena adanya pandemi Covid-19. ”Jangan sampai karena pandemi, semua masyarakat merasa terhukum. Sebaliknya, momen ini bisa menjadi ajang edukasi bagi masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan dan mengikuti protokol kesehatan,” katanya.
Dengan tingginya kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, bisa dikatakan masyarakat Palembang sudah siap menyambut normal baru.
Sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di Palembang pada 20 Mei, kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dinilai semakin tinggi. ”Sekarang sudah jarang kita melihat orang yang tidak mengenakan masker. Dengan tingginya kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, bisa dikatakan masyarakat Palembang sudah siap menyambut normal baru” ujar Harnojoyo.
Persiapan menuju normal baru mulai diterapkan di sejumlah pasar di Palembang. Direktur PD Pasar Palembang Jaya Abdul Rizal mengungkapkan, pedagang dan pembeli di pasar wajib mengenakan masker. Jarak antarlapak di pasar diatur dan disediakan juga tempat untuk mencuci tangan. Kondisi itu sudah terlihat di Pasar Lemabang dan Pasar KM 5. Pedagang dan pembeli sebagian besar sudah mengenakan masker. Jarak mereka berjualan juga telah diatur.
”Memang butuh waktu untuk mensosialisasikan hal ini. Kami harap semua pihak menyadari pentingnya menaati protokol kesehatan,” katanya. Potensi penularan di pasar memang cukup besar. Di Palembang ada dua pasar yang ditutup karena ada pedagang yang positif Covid-19 dan meninggal saat berstatus pasien dalam pengawasan. Kedua pasar itu adalah Pasar Kebun Semai dan Kebun Bunga.
Sumsel memang perlu terus berbenah, terutama terkait pemeriksaan spesimen Covid-19 di BBLK Palembang yang masih jauh dari ideal. Saat ini BBLK Palembang masih memeriksa 2.069 sampel. Jika sebagian besar sudah diketahui hasilnya, maka bisa diprediksi apakah penularan Covid-19 di Sumsel sudah terkendali atau belum.