Penjaga Sulfur Ditemukan Tewas Sekitar 150 Meter dari Dapur Sulfatara Danau Kawah Gunung Ijen
›
Penjaga Sulfur Ditemukan Tewas...
Iklan
Penjaga Sulfur Ditemukan Tewas Sekitar 150 Meter dari Dapur Sulfatara Danau Kawah Gunung Ijen
Suwandi (50), penjaga sulfur, yang sempat hilang setelah letupan atau bualan di Danau Kawah Gunung Ijen akhirnya ditemukan 150 meter dari lokasi kerjanya. Bualan gas di danau itu biasanya terjadi saat musim hujan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Suwandi (50), penjaga sulfur, yang sempat hilang setelah letupan atau bualan di Danau Kawah Gunung Ijen akhirnya ditemukan 150 meter dari lokasi kerjanya. Bualan gas di danau itu biasa terjadi saat musim hujan seperti saat ini dengan intensitas kecil hingga sedang.
Akan tetapi, bualan yang terjadi pada Jumat (29/5/2020) itu tergolong besar. Bualan dengan intensitas serupa pernah terjadi pada tahun 1991 dan 2012.
Jenazah Suwandi ditemukan tim evakuasi Badan SAR Nasional Pos Banyuwangi, TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi, dan sejumlah penjaga sulfur pada Sabtu (30/5/2020) pukul 08.00. Koordinator Pos SAR Banyuwangi Risky Buana Putra, yang memimpin proses evakuasi, mengatakan, evakuasi dapat segera dilakukan karena dari bibir kawah, korban sudah terlihat mengapung di tengah danau.
”Sejak subuh, operasi pencarian sudah dibuka. Namun, evakuasi dilakukan setelah matahari terbit untuk mencegah potensi ancaman gas beracun dari kawah,” ujarnya.
Sejak subuh, operasi pencarian sudah dibuka. Namun, evakuasi dilakukan setelah matahari terbit untuk mencegah potensi ancaman gas beracun dari kawah.
Risky menambahkan, korban ditemukan tewas dengan sejumlah luka lecet di sekujur tubuh. Korban mengapung sekitar 150 meter dari dapur sulfatara yang menjadi tempat kerjanya sebagai penjaga sulfur.
Saat tim hendak bekerja, lanjut Risky, Ahmad Arifin (51), salah satu rekan korban, memilih mengevakuasi korban sendirian. Arifin tetap nekat melakukannya meski SAR sebenarnya sudah mencegah.
”Kami terus memantaunya sambil bersiap jika Arifin butuh pertolongan. Beruntung Arifin berhasil mendapatkan korban dan segera membawa ke tepi danau. Dari tepi danau, tim evakuasi langsung membawa korban ke bibir kawah dan membawa jenazah korban kembali ke Pos Paltuding untuk diserahkan ke keluarga,” tuturnya.
Ditemui Kompas, Arifin mengatakan, ia tetap berenang kendati tahu kondisi danau dan ancaman bahayanya. Menurut dia, saat proses evakuasi, air danau lebih hangat dari biasanya. ”Pertama kali menceburkan ke danau, airnya memang panas, tetapi lama-kelamaan jadi hangat. Saya tahu air itu sangat asam. Rasanya perih dan gatal. Saya ingin teman saya cepat dievakuasi,” ujarnya.
Setelah berhasil menggapai tubuh korban, Arifin lantas mengikat tubuh rekannya dan segera berenang ke tepi danau. Setelah menyerahkan korban ke tim evakuasi, Arifin diminta membasuh tubuh dengan air tawar untuk menghilangkan efek terpapar air asam danau.
Musim hujan
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Ijen Suparjan mengatakan, bualan yang terjadi di Danau Kawah Gunung Ijen merupakan hal biasa. Hanya saja bualan yang terjadi pada Jumat (29/5/2020) tergolong cukup besar hingga tampak seperti ombak di permukaan air.
”Setiap musim hujan memang biasa muncul bualan. Ini terjadi karena ada akumulasi gas dan air panas mendesak air di permukaan yang cenderung lebih dingin. Gas dari dasar kawah mencari celah untuk mendorong ke permukaan hingga menimbulkan bualan,” ungkapnya.
Setiap musim hujan memang biasa muncul bualan. Ini terjadi karena ada akumulasi gas dan air panas mendesak air di permukaan yang cenderung lebih dingin. Gas dari dasar kawah mencari celah untuk mendorong ke permukaan hingga menimbulkan bualan.
Menurut Suparjan, sebelum terjadi bualan, beberapa kali terekam gempa tremor. Namun, gempa tremor tersebut masih berskala kecil dan terjadi dalam waktu singkat.
”Saat kejadian, gempa tremor yang tercatat lebih dari 46 milimeter. Kondisi ini tergolong gempa overscale karena melebihi kapasitas seismograf. Durasi gempa juga cukup panjang hingga 520 detik,” tuturnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan agar siapa pun, termasuk petambang dan penjaga sulfur, tidak mendekati kawah dalam radius 1 kilometer. Saat ini, PT Candi Ngrimbi selaku pengumpul belerang juga tidak mempekerjakan petambang. Para petambang sudah diliburkan sejak Jumat (22/5/2020) hingga batas waktu yang belum ditentukan.
”Kami memang masih mempekerjakan para penjaga sulfur karena mereka bertugas menjaga dapur sulfatara agar tidak terjadi penumpukan belerang yang dapat memicu kebakaran di kawah,” kata unsur pimpinan Unit 1 Candi Ngrimbi Banyuwangi, Cung Lianto.