Penelusuran zat doping dalam sampel sejumlah pebalap peserta Tour de France 2017 mulai diperiksa ulang oleh Yayasan Antidoping Balap Sepeda. Zat doping itu sebelumnya tidak terdeteksi karena metode tes belum berkembang.
Oleh
Agusng Setyahadi
·3 menit baca
AIGLE, SABTU — Sampel antidoping balap sepeda Tour de France 2017 mulai dites ulang untuk mengetahui kandungan zat doping yang sebelumnya tidak terdeteksi. Pengujian ulang ini dilakukan setelah Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI) mendapat informasi dari penegak hukum di Austria yang menjalankan Operasi Anderlass.
Operasi Andeslass adalah penyelidikan yang dilakukan oleh penegak hukum di Austria dan Jerman pada praktik doping dengan transfusi darah yang dilakukan oleh ahli fisik Mark Schmidt yang berbasis di Erfurt, Jerman. Sejumlah atlet dari berbagai cabang olahraga dicurigai menjadi klien Schmidt dan menerima transfusi darah ilegal untuk meningkatkan performa. Sejumlah atlet juga sudah mengakui melakukan doping itu.
”Berdasarkan adanya informasi tambahan, kami telah mengidentifikasi sampel-sampel yang relevan dan menjalankan analisis tahap pertama. Kami dilarang memberikan komentar lebih lanjut,” ujar juru bicara Yayasan Antidoping Balap Sepeda (CADF) yang berkantor di Aigle, Swiss, seperti diberitakan surat kabar Belgia, Het Nieuwsblad, Sabtu (30/5/2020).
UCI pada November lalu sudah mengumumkan bahwa mereka meminta CADF untuk memeriksa ulang sampel dari musim 2016 dan 2017 setelah menerima informasi dari hasil Operasi Anderlass. Pengujian ulang difokuskan pada pencarian zat terlarang dalam produk doping yang berasal dari Amerika Serikat dengan penekanan pada sampel 2017. Tes dilakukan di laboratorium di Seibersdorf, Austria, dan Cologne, Jerman.
”Pada saat itu ada sejumlah zat terlarang yang tidak ada di pasaran umum obat-obatan dan tidak ada metode deteksi yang optimal di dalam lab. Seiring dengan waktu, metode-metode itu telah ditingkatkan,” kata Peter Van Eenoo, Direktur Laboratorium Universitas Ghent, Belgia, kepada Het Nieuwsblad, seperti dikutip oleh Cyclingnews.
Sepanjang proses Operasi Anderlass sudah ada delapan pebalap sepeda yang tersangkut. Operasi ini terbuka ke publik setelah polisi Austria melakukan penggerebekan dalam Kejuaraan Dunia Ski Nordic di Seefeld, Tirol, pada Februari 2019. Adapun polisi Jerman mengerebek klinik milik Mark Schmidt dan menangkap mantan dokter tim balap sepeda pro tour, Gerolsteiner dan Milram. Schmidt masih berada di dalam penjara tahun ini. Hingga saat ini, para pebalap dari enam negara, yaitu Austria, Jerman, Swiss, Kroasia, Slovenia, dan Italia, terlibat dalam jaringan doping ini.
Pebalap sepeda Stefan Denifl, Georg Preidler, Pirmin Lang, dan Danilo Hondo, semuanya telah mengaku melakukan doping. Sementara itu, Alessandro Petacchi, Kristijan Durasek, Kristijan Koren, dan Borut Bozic juga menerima sanksi karena menggunakan metode terlarang atau zat doping sebagai hasil dari penyelidikan Operasi Anderlass.
Denilf, yang terakhir kali membalap untuk tim Aqua Blue Sport, dan Preidler saat membela Groupama-FDJ, keduanya dihukum sementara oleh UCI, tetapi mereka mendapat larangan berlomba empat tahun dari Badan Antidoping Austria. Hondo mengaku, saat masih membela Lampre-ISD, dirinya melakukan doping di klinik Schmidt pada 2011. Dia kemudian dipecat dari posisinya sebagai pelatih balap sepeda Swiss.
Petacchi yang dicurigai bekerja dengan Schmidt pada 2012 dan 2013 membantah tuduhan keterlibatan dirinya. Namun, sprinter asal Italia itu kemudian dijatuhi hukuman dua tahun tidak terlibat dalam balap sepeda.