Longsor terjadi di jalan Tol Semarang-Solo Km 426+600, Kabupaten Semarang, Sabtu (30/5/2020) malam, dipicu hujan deras dalam durasi lama. Pengendara diminta tetap waspada. Pada Minggu pagi, satu lajur sudah dibuka.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah titik di ruas jalan Tol Semarang-Solo, Jawa Tengah, rawan longsor, terutama karena beberapa hari terakhir wilayah tersebut kerap dilanda hujan berintensitas tinggi. Pelandaian tebing dilakukan operator tol. Para pengendara dan warga diminta waspada dan berhati-hati.
Longsor terjadi di Jalan Tol Semarang-Solo Kilometer 426+600, Kabupaten Semarang, Sabtu, (30/5/2020) pukul 22.48. Kejadian itu mengakibatkan satu jalur, yakni arah Jakarta, tertutup total. Pembersihan dilakukan sejak malam. Tak ada korban dalam peristiwa itu.
Pada Sabtu sore hingga dini hari, hujan lebat berintensitas cukup tinggi terjadi di daerah Semarang dan sekitarnya. Hal itu menyebabkan tanah tebing di samping jalan tol longsor ke ruas jalan.
Berdasarkan pantauan Minggu (31/5/2020), satu dari dua lajur arah Jakarta dibuka pada pukul 10.30. Beberapa alat berat masih tampak membersihkan sisa-sisa longsor di bahu jalan tol. Sejumlah kendaraan melaju pelan, 40-50 kilometer per jam.
Direktur Utama PT Trans Marga Jateng (TMJ) David Wijayatno mengatakan, lajur kiri jalan belum akan dibuka hingga tak ada lagi sisa longsor dan semua tebing yang longsor tertangani. Saat ini, pengkajian terkait penyebab dan kondisi tebing sedang dilakukan pihak konsultan.
Lajur kiri jalan belum akan dibuka hingga tak ada lagi sisa longsor dan semua tebing yang longsor tertangani. Saat ini, pengkajian terkait penyebab dan kondisi tebing sedang dilakukan pihak konsultan.
”Dalam penanganan sejak semalam, kami dibantu BPBD Kabupaten Semarang, Polres Semarang, dan pemadam kebakaran. Sementara ini kami buka satu lajur dulu. Ini cukup karena lalu lintas lengang,” kata David kepada Kompas di lokasi, Minggu.
David menambahkan, pihaknya beserta kontraktor terus memantau dan melakukan pemeliharaan rutin, termasuk pada lereng-lereng rawan longsor. Apalagi, belakangan ini intensitas hujan di wilayah tersebut cukup tinggi sehingga menjadi lebih rawan.
”Kami sudah berencana mengepras buki-bukit yang terjal. Ada tiga titik (di Tol Semarang-Solo), salah satunya di Bawen. Kami akan buat agar lebih landai. Ini menjadi perhatian kami,” ucap David.
Pengendara pun diminta tetap berhati-hati. Meski demikian, pada masa pandemi Covid-19 ini, jumlah kendaraan di ruas tersebut hanya 10 persen dari tahun lalu. ”Pada 2019, saat puncak bisa 90.000 kendaraan per hari. Tahun ini, saat puncak hanya 9.000 kendaraan per hari,” ujarnya.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, jumlah kendaraan di ruas tersebut hanya 10 persen dari tahun lalu.
Warga di tebing
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Semarang Heru Subroto mengatakan, terdapat sejumlah kecamatan dengan titik-titik rawan longsor. Beberapa di antaranya Kecamatan Ungaran Timur, Banyubiru, Jambu, Sumowono, dan Getasan.
”Saat ini masih berpotensi turun hujan. Saat menghadapi perubahan musim, hujan biasanya disertai angin. Bagi warga yang tinggal di tebing-tebing agar mengungsi ke tempat saudara (lokasi aman) jika hujan terjadi lebih dari dua jam,” ujarnya.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Yoga Sambodo mengatakan, saat ini Jateng berada pada masa peralihan musim. Dengan demikian, cuaca bersifat ekstrem, seperti hujan lebat, puting beliung, dan hujan es, masih mungkin terjadi.
”Dari analisis suhu muka laut, terutama di perairan selatan Jawa, masih terpantau hangat. Artinya, masih banyak potensi penguapan. Apalagi ditambah pola angin dari Benua Australia, menyebabkan masih banyak terjadi hujan,” kata Yoga.
Dari peta pola angin, juga terlihat daerah tekanan rendah di sekitar barat daya Sumatera. Hal itu mengakibatkan pumpunan angin (hambatan massa udara) sehingga menambah potensi terbentuknya awan-awan hujan di Jawa, khususnya Jateng. Pengaruh lain yakni terkait labilitas udara lokal yang cukup tinggi.
”Dengan semakin bergesernya posisi semu matahari ke belahan bumi utara, secara alami, suhu muka laut di sekitar Jawa akan menurun. Potensi penguapan pun akan berkurang, Secara umum, Juni sudah masuk kemarau, tetapi bukan berarti tak ada hujan sama sekali,” kata Yoga.