Jadon Sancho tidak hanya membantu timnya melawan tim-tim lain di Bundesliga. Pemain muda asal Inggris ini juga ikut membantu melawan rasisme dan diskriminasi.
Oleh
Dominicus Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
PADERBORN, SENIN — Borussia Dortmund kini sudah kehilangan momentum untuk memperbesar peluang menjuarai Liga Jerman musim ini. Namun, penyerang sayap muda mereka, Jadon Sancho (20), kembali menghidupkan perlawanan tim dengan mencetak tiga gol saat mengalahkan tim papan bawah Paderborn, 6-1, di Stadion Benteler Arena, Senin (1/6/2020) dini hari WIB.
Sancho tetap membuat Dortmund kokoh di peringkat kedua klasemen sementara dengan 60 poin. Kemenangan atas Paderborn ini memperlebar jarak Dortmund dengan dua tim yang masing-masing memiliki 56 poin dan berpeluang menggusur posisi Dortmund, yaitu Borussia Moenchengladbach dan Bayer Leverkusen.
Meski demikian, Dortmund masih tertinggal tujuh poin di bawah pemuncak klasemen Bayern Muenchen yang sudah hampir memastikan gelar juara kedelapan beruntun musim ini. Peluang Dortmund untuk membuat keajaiban dengan menggulingkan Bayern dari puncak klasemen sangat kecil karena kedua tim tinggal menyisakan lima laga lagi. Pada laga sebelumnya, Dortmund kehilangan momentum untuk merebut gelar juara saat bertemu Bayern dan kalah, 0-1.
Sancho pada laga kontra Paderborn kemudian ingin mengatakan bahwa keajaiban itu masih ada dan perlu diperjuangkan. Ia kemudian mencetak tiga gol pertamanya di Bundesliga pada babak kedua. Tiga gol Dortmund lainnya dicetak oleh Thorgan Hazard, Achraf Hakimi, dan Marcel Schmelzer. Sementara Paderborn hanya bisa membobol gawang Dortmund melalui tendangan penalti yang dilakukan Uwe Huenemeier pada menit ke-72 dan tetap berada di dasar klasemen dengan 19 poin.
Dengan ketiga gol itu, Sancho pun menjadi pemain termuda di Bundesliga yang sudah mampu mencetak 30 gol yang ia kumpulkan sejak bergabung dengan Dortmund pada pertengahan 2017. Sancho mematahkan rekor yang pernah dipegang penyerang muda Bayer Leverkusen, Kai Havertz.
Sancho juga unggul atas Havertz dalam pencapaian total gol di Bundesliga musim ini. Kokoh di peringkat ketiga daftar pencetak gol terbanyak, Sancho kini mengumpulkan 17 gol, sedangkan Havertz berada di peringkat ketujuh dengan 11 gol.
Namun, dalam pencapaian total gol selama berkarier di Bundesliga, Havertz masih unggul atas Sancho. Pada akhir pekan lalu, Havertz menjadi pemain pertama di Bundesliga yang mampu mencetak 35 gol sebelum berusia 21 tahun.
Duel Sancho dan Havertz dalam hal statistik permainan ini sekali lagi membuktikan Bundesliga sebagai panggung para bintang muda. Laga Dortmund melawan Paderborn ini juga menunjukkan dua bintang muda yang dimiliki Dortmund, Sancho dan Erling Haaland, sama-sama berperan penting bagi klub.
Di Benteler Arena, Haaland tidak bisa ikut berlaga karena masih memulihkan cedera ringan yang ia derita saat melawan Bayern. Haaland telah menjadi tumpuan tim dalam hal membobol gawang lawan sejak bergabung pada Januari lalu. Tanpa Haaland, Sancho kemudian mengemban tanggung jawab yang lebih besar.
Melawan tim lemah seperti Paderborn, Sancho berhasil memenuhi tanggung jawab tersebut. ”Saya rasa ia (Sancho) adalah pemain terbaik pada generasinya. Dia masih punya banyak ruang untuk berkembang karena masih sangat muda,” kata gelandang serang Dortmund, Axel Witsel, dikutip laman Bundesliga.
Melawan diskriminasi
Sancho tidak hanya menghidupkan perlawanan tim dari sisi permainan, tetapi juga menunjukkan perlawanan terhadap rasisme dan diskriminasi. Seusai mencetak gol pertamanya ke gawang Paderborn pada laga itu, Sancho kemudian membuka jerseinya untuk menunjukkan tulisan yang tertera pada kaus dalamnya.
Tulisan itu berbunyi, ”keadilan untuk George Floyd”. Sancho ikut memprotes terbunuhnya Floyd, pria kulit hitam di Amerika Serikat, yang tewas saat ditangkap polisi. Floyd tewas setelah seorang polisi, Derek Chauvin, menindih leher Floyd dengan lutut selama sekitar 8 menit.
Dalam akun Instragram setelah laga tersebut, Sancho juga memberi penjelasan lebih lanjut mengenai aksinya. ”Saya senang meraih hatrick pertama. Senang sekaligus sedih karena masih banyak hal penting di dunia saat ini yang perlu kita perhatikan dan bantu agar berubah,” tulis Sancho.
Aksi serupa dilakukan pemain Borussia Moenchengladbach, Marcus Thuram, saat mengalahkan Union Berlin, 4-1, pada laga sebelumnya. Putra dari eks pemain tim nasional Perancis, Lilian Thuram, itu melakukan protes dengan berlutut di lapangan. ”Marcus telah memberi contoh melawan rasisme yang kami dukung sepenuhnya,” kata Pelatih Moenchengladbach Marco Rose. (AFP/REUTERS)