Mengatasi Jenuh dengan Perlombaan Daring hingga PUBG
Berbaga cara dilakukan sejumlah pengurus cabang olahraga nasional dan atlet untuk menjaga mentalnya dan melawan kejenuhan. Bertanding daring, "bertempur" lewat gim PUBG, hingga jasa layanan hipnoterapi, menjadi pilihan.
JAKARTA, KOMPAS – Pandemi Covid-19 telah berdampak besar bagi dunia olahraga Indonesia maupun internasional. Wabah yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, itu telah membuat semua kompetisi, kejuaraan, ataupun perlombaan olahraga ditunda hingga dibatalkan.
Kejenuhan pun menghantui atlet karena hanya berlatih tanpa ada kesempatan berkompetisi. Untuk mengatasi kebosanan, segenap cara dilakukan pengurus cabang olaharaga maupun atlet. Perlombaan daring hingga gim bergenre perang pun menjadi pilihan untuk membunuh rasa bosan tersebut.
Hal itulah yang dilakukan di lingkungan pelatnas Pengurus Besar Persatuan Menembak Seluruh Indonesia (PB Perbakin). Mereka sudah melakukan pelatnas terpusat di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta sejak awal 2020. Ketika wabah Covid-19 terkonfirmasi ada di Indonesia pada Maret, pengurus memilih untuk tetap menggelar pelatnas tertutup dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.
Selama wabah Covid-19, tidak ada lagi kejuaraan yang bisa diikuti oleh para atlet. Praktis, perlombaan terakhir yang diikuti adalah Kejuaraan Asia Menembak 2019 di Doha, Qatar, 5-13 November, lalu yang mengantarkan penembak 10 meter dan 50 meter air rifle putri Indonesia, Vidya Raika Rahmatan Toyyiba, lolos ke Olimpiade Tokyo.
Tak pelak, kebosanan pun menghantui lima atlet putra dan lima atlet putri menembak pelatnas. Selama masa pandemi, aktivitas mereka hanya diisi latihan pagi dan sore dari Senin-Sabtu. Sisanya, mereka mengisolasi diri di penginapan. Mereka dilarang untuk keluar penginapan ataupun berkumpul dengan orang banyak.
Menanggapi situasi itu, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Perbakin Sarozawato Zai, pihaknya mencari cara mengatasi kejenuhan para atlet. Salah satu caranya yakni mengadakan perlombaan menembak secara daring pada April dan Mei lalu. Perlombaan yang mempertandingkan kelas 10 meter air rifle dan 10 meter air pistol itu diikuti hingga 70 penembak dari sejumlah kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Pekanbaru.
Caranya, setiap atlet berlomba dari tempat masing-masing dengan ditayangkan secara daring melalui layanan percakapan Zoom. Semua hasil tembakan harus diperlihatkan secara visual sehingga langsung dicatat oleh panitia yang ada di Jakarta.
”Walaupun masih mengalami keterbatasan jaringan internet dan rekaman visual yang belum memadai, serta tidak memberikan hadiah bernilai besar, cara itu cukup dinikmati para atlet,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta, pekan lalu.
Kejuaraan virtual
Belakangan, perlombaan seperti itu coba untuk dikembangkan agar memiliki standar lebih baik. Tak menutup kemungkinan, itu akan menjadi kejuaraan rutin selama wabah Covid-19 terjadi. Bahkan, Federasi Menembak India pun sudah berniat menggelar kejuaraan menembak virtual internasional dalam waktu dekat.
”Sejatinya, atlet tetap punya semangat tinggi dalam berlatih. Tapi, kami tidak menutupi bahwa atlet pasti mengalami kejenuhan. Sebab, mereka hanya berlatih tanpa pernah mengikuti perlombaan untuk memacu adrenalin dan mengevaluasi hasil latihan,” kata Sarozawato yang berasal dari Pulau Nias, Sumatera Utara.
Selain itu, lanjut Sarozawato, pengurus menyerahkan sepenuhnya pengelolaan atlet kepada pelatih kepala menembak Indonesia asal Iran, Ali Reza, agar tidak mudah jenuh. Salah satu cara yang dilakukan Reza adalah dengan mengatur intensitas latihan. Sejak wabah Covid-19 muncul di Indonesia, dia tidak terlalu menekan atlet dalam latihan.
Proses latihan cenderung berlangsung santai. Tujuannya, agar atlet tidak terlalu cepat mencapai puncak performa. Kalau itu terjadi, atlet bisa stres karena tidak bisa berlomba saat sudah mencapai puncak performanya.
”Reza juga punya karakter bersahabat tetapi tegas. Dia bisa mendekati atlet secara personal sehingga atlet tidak canggung selama latihan,” tutur Sarozawato kemudian.
Mengelola emosi
Vidya mengakui, terus berlatih tanpa melakukan kegiatan lain, terutama ikut kejuaraan, merupakan tantangan berat bagi para atlet selama masa pandemi Covid-19. Untuk mengelola emosinya agar tidak stress karena jenuh, penembak kelahiran Depok, Jawa Barat, 27 Mei 2001, itu coba mengelola emosinya dengan melakukan kegiatan yang disenangi atau hobi.
Salah satu aktivitas yang paling digemari Vidya selama pandemi adalah bermain gim perang berbasis daring, PUBG. Biasanya, dia bermain bersama teman-teman atlet yang juga sangat menggemari gim menembak yang sangat populer itu.
”Saat ini, intensitas latihan kan berkurang 50 persen. Dari biasanya latihan dari jam 9 pagi sampai 5 sore sehari, sekarang cuma latihan dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang per hari. Sisanya, kami cuma di penginapan dan gak boleh ke mana-mana. Kalau gak ada kegiatan, pasti jadi jenuh banget. Makanya, saya dan teman-teman main PUBG,” ujar peraih emas 10 meter air rifle putri di SEA Games 2019 itu.
Jika tak bermain games, lanjut Vidya, dirinya biasanya berselancar di sosial media. Salah satu kegemaran lainnya adalah swafoto dengan mengunggah foto-foto dirinya di Instagram. ”Kalau bosen main gim, biasanya selfie dan posting ke Instagram,” kata penembak yang duduk di peringkat ke-14 Asia dalam Kejuaraan Asia Menembak 2019 tersebut.
Lain lagi dengan pelatnas angkat besi Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI). Selama wabah Covid-19, pelatnas angkat besi di Mess Marinir Kwini, Jakarta Pusat pun tidak berhenti sejak awal 2020. Tujuh lifter putri dan enam lifter putra tetap berlatih seperti kondisi normal.
Guna mengatasi kejenuhan latihan, pelatih kepala pelatnas angkat besi Dirdja Wihardja mengungkapkan, pengurus PB PABBSI coba menyediakan layanan hiburan berupa jaringan tv kabel di setiap kamar atlet. Dengan begitu, atlet punya banyak pilihan tayangan untuk membunuh kejenuhan, terutama lewat tayangan film-film internasional.
Ruang karaoke
Selain itu, sejak lama, Mess Marinir Kwini pun ada ruang karoke. Di masa pandemi ini, para atlet dan pelatih sering bernyanyi bersama agar tidak bosan terus menerus berada di penginapan.
”Atlet sudah tiga bulan tidak berlomba. Ini waktu kevakuman bertanding yang lumayan lama. Apalagi, mereka tidak boleh keluar mes dan menerima orang luar. Jadi, untuk menyiasati kejenuhan, pengurus coba menyediakan layanan hiburan itu,” tutur Dirdja.
Di masa pandemi ini, para atlet dan pelatih sering bernyanyi bersama agar tidak bosan terus menerus berada di penginapan.
Tak hanya itu, belakangan PB PABBSI juga berencana untuk menyediakan layanan hipnoterapi untuk para atlet. Saat ini, ada tiga lifter senior dari 13 lifter yang ada di pelatnas angkat besi, yakni Eko Yuli Irawan (30), Triyatno (32), dan Nurul Akmal (27). Secara mental, mereka sudah bisa mengendalikan emosi ataupun kejenuhan karena wabah.
Tapi, untuk para lifter lain yang masih belia, situasi saat ini merupakan pengalaman baru. Apalagi, mereka sedang semangat-semangatnya untuk berlomba. Tak ayal, para lifter muda seperti mereka rentan jenuh. Atas dasar itu, pengurus cabang coba mendatangkan jasa hipnoterapi untuk mengembalikan semangat para atlet.
Manajer pelatnas angkat besi, Alamsyah Wijaya, menyampaikan, pihaknya sudah mengusulkan mendatangkan jasa hipnoterapi itu kepada Kemenpora. Dalam waktu dekat, akan ada pertemuan daring antara PB PABBSI dan Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora untuk membahas rencana tersebut.
”Kami sudah pernah mencoba ini (jasa hipnoterapi) sebelumnya, terutama sebelum atlet ikut kejuaraan. Tujuannya, untuk menenangkan pikiran para atlet. Sejauh ini, kondisi mental atlet masih wajar. Akan tetapi, kami coba antisipasi agar mereka tidak jenuh karena tidak ada kejuaraan sampai dengan akhir tahun ini,” pungkas Alamsyah.