Semua Kawasan Wisata di Karawang Masih Ditutup untuk Cegah Penularan Covid-19
›
Semua Kawasan Wisata di...
Iklan
Semua Kawasan Wisata di Karawang Masih Ditutup untuk Cegah Penularan Covid-19
Hingga Selasa (6/2/2020), seluruh tempat wisata di Karawang, Jawa Barat, masih ditutup seiring pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar secara parsial.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS-Hingga Selasa (6/2/2020), seluruh tempat wisata di Karawang, Jawa Barat, masih ditutup seiring pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar secara parsial. Kenekatan sebagian warga mengunjungi tempat wisata berpotensi membentuk kluster baru penyebaran Covid-19.
Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Karawang Fitra Hergyana mengatakan, seluruh fasilitas umum dan tempat wisata di Karawang masih ditutup. Artinya, tidak ada pengelola wisata yang diperbolehkan membuka sektor ini sampai batas waktu tertentu. Lokasi wisata rentan memicu penyebaran virus karena adanya kerumunan warga.
Sektor wisata di Karawang belum bisa berjalan normal karena masih masuk ke dalam zona kuning. Dalam zona itu, potensi kerumunan diminimalkan. Peraturan pembatasan kegiatan sosial budaya dengan menutup sementara tempat wisata hiburan dan pelarangan kegiatan latihan serta pertunjukan seni budaya tertuang dalam Peraturan Bupati Karawang Nomor 33 Tahun 2020.
Akhir pekan lalu, beredar di media sosial terkait foto sebagian warga menyerbu Pantai Tanjung Pakis di pesisir utara Karawang. Mereka tampak berkerumun dan memadati area wisata berjarak 65 kilometer dari pusat kota Karawang itu.
Mengetahui hal tersebut, Fitra telah berkoordinasi dengan pihak pengelola untuk memperketat penjagaan agar warga tidak nekat masuk ke dalam. “Kunci keberhasilan penanganan Covid-19 bukan hanya dari pemerintah tapi juga kesadaran masyarakat,” ucap dia.
Dinas Kesehatan Karawang mencatat, belum ada kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Total penyebaran di Karawang ada 20 kasus positif Covid-19, sebanyak 12 orang di antaranya adalah hasil pelacakan dari klaster musyawarah daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jabar. Delapan kasus lainnya muncul diduga karena memiliki riwayat perjalanan ke zona merah lainnya, rutin berobat ke faskes, dan penularan lokal.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinkes Karawang Yayuk Sri Rahayu menambahkan, tes cepat tetap dilakukan selama penerapan PSBB parsial untuk memutus mata rantai, terutama di tempat kerumunan. Alat tes yang digunakan sebanyak 9.431 alat. Masih ada 1.300 alat tes cepat yang siap digunakan.
Menahan diri
Meski tidak ada penambahan, sebaiknya mereka mengurangi aktivitas di luar ruangan, khususnya menahan diri untuk berwisata. “Masyarakat Karawang wajib mematuhi protokol kesehatan, dikhawatirkan apabila mereka tidak disiplin akan terjadi peningkatan Covid,” kata Fitra.
Upaya penutupan tidak akan berjalan maksimal tanpa peran masyarakat. Alih-alih berdiam diri di rumah, beberapa merayakan liburan dengan euforia ke tempat wisata. Namun tak sedikit pula yang menahan diri untuk tidak berwisata demi kebaikan semua.
Meli A (21), salah satu mahasiswa universitas negeri di Karawang, berniat rekreasi ke tempat wisata saat situasi sudah membaik. Untuk sekarang, ia memilih untuk berdiam diri di rumah. “Ada keinginan (wisata) karena sudah jenuh. Di sisi lain khawatir juga kalau mau wisata ke tempat tertentu. Wisata saat normal baru nanti harus dijalani dengan hati-hati,” kata Meli.
Hal senada juga dikatakan Bella Saraswati T (24), perantau asal Semarang yang bekerja di Karawang, Jawa Barat, memilih untuk berdiam diri di rumah selama akhir pekan. Biasanya, ia rutin mengagendakan perjalanan ke luar kota setidaknya dua kali dalam sebulan. Namun, kali ini ia mencoba berwisata secara virtual ke beberapa tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tindakan yang dilakukan oleh sejumlah wisatawan yang viral di media sosial itu, dinilainya, egois dan tidak peduli pada keadaan sekitar. “Banyak tenaga medis dan petugas di lapangan berkorban mempertaruhkan nyawa. Beberapa orang berkorban dengan tidak keluar rumah demi memutus rantai penyebaran. Aduh gak habis pikir, kok ya, masih pada bandel dan tidak mengerti arti perngorbanan ini,” kata dia.