Tuhan Sudah Menyiapkan Semua untuk NTT, Mengapa Miskin?
Pembangunan sektor pertanian menjadi salah satu strategi untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan di Nusa Tenggara Timur.
Hamparan lahan datar nan gersang merana, tanpa tanaman, terlihat di Desa Manusak, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Salah satunya tanah seluas 20 hektar yang baru saja dibajak. Di sisi lahan itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berseru memberi motivasi kepada petani, ”Tuhan menyiapkan semua untuk NTT, mengapa miskin?”
Tidak ada tarian khas Timor, Likurai atau Tebe-tebe, menjemput rombongan Mentan Syahrul Yasin Limpo dan Gubernur NTT Viktor Laiskodat. Maklum, Mentan hadir di tengah pandemi Covid-19. Penari cantik yang sudah berdandan, mengenakan masker di mulut, tidak menarik dipandang.
Kehadiran Mentan, Jumat (29/5/2020), itu mengundang tanya sebagian warga NTT. ”Kok, Menteri datang ke Kupang di tengah pandemi Covid-19. Ada apa dengan NTT,” kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Damianus Adar di Kupang, Selasa (2/6/2020).
Syahrul punya alasan kuat datang ke NTT. ”Yang menarik saya harus datang ke NTT di tengah pandemi Covid-19 ini adalah keinginan kuat masyarakat dan gubernurnya yang selalu memilih diksi yang seksi, yakni NTT tidak mau miskin lagi. Ini yang membuat saya datang. Saya suka tantangan seperti itu,” katanya.
Mentan didampingi Dirjen Hortikultura Kementan Priharso Setyanto, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementan Dedi Nursyamsi, Bupati Kupang Korinus Masneno, serta Kepala Dinas Pertanian NTT Yohanes Oktovianus.
Mentan dan Gubernur NTT hadir di Manusak, 45 kilometer dari Kota Kupang, untuk meresmikan pengiriman 45 ton jagung lemuru ke Surabaya, serta menguji coba bantuan 20 unit traktor dari Kementan bagi petani Manusak. Di sana dilakukan penanaman jagung lamuru secara simbolis di areal seluas 20 hektar, serta memantau sapi limosin dengan bobot 1.000 kilogram lebih. Lahan itu masuk program Tanam jagung panen sapi.
Manusak adalah salah satu dari 3.269 desa di NTT yang masuk kategori desa miskin dan tertinggal. Penyebab utama kemiskinan itu, yakni kekeringan. Meski di ketinggian Bukit Manusak, Presiden Joko Widodo telah membangun Bendungan Raknamo senilai Rp 870 miliar, tetapi air bendungan belum penuh tertampung sehingga belum dimanfaatkan petani. Bendungan ini memiliki kapasitas air 14,7 juta meter kubik yang diresmikan Presiden Jokowi pada 9 Januari 2018.
Syahrul menuturkan, kondisi dengan NTT sama dengan kondisi Kabupaten Jeneponto di Sulawesi Selatan, yang pernah ia pimpin, yakni kering dan gersang, penuh bebatuan, serta curah hujan terbatas. Namun, saat ini, Jeneponto hijau dengan pertanian, para petani maju dan sukses.
Saat awal menjabat Gubernur Sulsel, Syahrul menyatakan, pendapatan per kapita penduduk Sulawesi Selatan hanya Rp 8 juta per bulan. Namun, pada akhir masa jabatannya, pendapatan per kapita penduduk menjadi Rp 48,6 juta per tahun. Keberhasilan itu diklaim berkat kerja keras dan dedikasi dari semua orang, serta pemimpin benar-benar mau bekerja dan berkorban demi rakyat.
Untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan, menurut dia, jawabannya membangun pertanian karena pangan tidak bisa diabaikan begitu saja. Semua pihak, antara lain kepala desa, camat, dan para petani, serta tokoh masyarakat NTT, diajak bekerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas.
”Tuhan telah menyiapkan segalanya di depan mata; tanah, air, angin, dan sumber daya alam lain, untuk hidup. Tidak sekadar hidup, tetapi hidup yang sukses. Mengapa jadi miskin, ini perlu dicari jalan keluar,” katanya.
Tuhan telah menyiapkan segalanya di depan mata; tanah, air, angin, dan sumber daya alam lain, untuk hidup. Tidak sekadar hidup, tetapi hidup yang sukses. Mengapa jadi miskin, ini perlu dicari jalan keluar.
Data warga miskin yang diterbitkan BPS NTT sebanyak 1,2 juta jiwa. Namun, data ini diragukan keakuratan karena bantuan sosial pemerintah diperuntukkan bagi 3.269 desa di NTT. Semua petani, peternak, dan nelayan mendapatkan bantuan itu. Pantauan di lapangan, jumlah warga miskin terus meningkat. NTT menempati urutan tiga nasional kemiskinan setelah Papua dan Papua Barat.
Menurut Syahrul, kunci sukses suatu daerah kalau kepala daerah dan masyarakat mau membangun. ”Apa yang kurang di negeri ini. Ada litbang, BPPT, badan perencanaan pembangunan, manajemen daerah, dan system kelembagaan yang lengkap. Tinggal bagaimana pemimpin menggerakkan semua itu,” katanya.
Agenda kerja pemerintah daerah, menurut dia, perlu mengikuti kebijakan-kebijakan pemerintah, di antaranya mengadakan penyuluh lapangan, koperasi pertanian, bank perkreditan rakyat, serta agenda aksi lapangan. Ada perencanaan, yakni kapan mulai siapkan lahan, kapan tanam, siapkan pupuk, dan kapan panen.
”Kalau selesai panen, jangan tunggu tanah kosong, langsung tanam lagi, memanfaatkan air yang masih ada. Di NTT ada daerah dua kali tanam, tetapi sebagian besar wilayah hanya satu kali tanam. Saya saat jadi gubernur empat kali tanam, yakni dua kali padi, satu kali tanam jagung, dan satu kali kacang-kacangan,” kata Syahrul.
Terkait kondisi krisis akibat pandemi Covid-19, menurut dia, sektor pertanian menjadi salah satu yang bisa bangkit. Untuk itu diperlukan dukungan dari perbankan dalam penyaluran kredit bagi petani. Kementan menjamin kredit itu selama dua tahun ke depan.
Di samping itu, Presiden Jokowi memberi insentif bagi petani miskin, yakni petani penggarap dan buruh tani di NTT sekitar 2,7 juta orang. Jumlah ini sesuai nama dan alamat yang dihimpun oleh kelompok tani. Penyaluran melalui desa, tidak melalui provinsi, kabupaten, atau kecamatan. Setiap petani miskin mendapat Rp 300.000 per bulan untuk belanja bibit, pupuk, dan obat tanaman.
Lumbung pangan
Mengantisipasi ancaman rawan pangan akibat dampak Covid-19 ke depan, pemerintah mencanangkan pembangunan lumbung pangan sampai tingkat desa. Pandemi Covid-19 yang diperkirakan bakal berlangsung dua tahun ke depan bisa mengganggu seluruh proses pembangunan yang ada.
Untuk mengatasi ini, menurut Syahrul, setiap kabupaten/kota harus punya strategi membangun lumbung pangan. Implementasinya diharapkan sampai ke tingkat petani. Lumbung pangan menampung hasil pertanian masyarakat, juga pangan milik Bulog, yang akan diatur kemudian bersama pemda setempat.
Lumbung pangan menampung hasil pertanian masyarakat, juga pangan milik Bulog, yang akan diatur kemudian bersama pemda setempat.
Sejauh ini persediaan beras nasional mencapai 20 juta ton. Ini diperoleh dari musim tanam pertama dengan luasan 7,6 juta hektar lahan sawah yang digarap, yang panenannya sekitar 15 juta ton beras. Musim tanam II sedang dalam proses panen di areal seluas 5,6 juta hektar dengan hasil sekitar 12, 5 juta ton beras. Sampai Desember, stok beras nasional diprediksi 20 juta ton.
Adapun kebutuhan makan nasi masyarakat Indonesia 7,5 juta ton beras per tahun sehingga masih ada sisa cadangan beras lebih dari 7,5 juta ton. Meski demikian, petani pun diajak mengonsumsi makanan substitusi seperti pisang, jagung, keladi, dan singkong.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat mengapresiasi bantuan pertanian yang diberikan pemerintah pusat bagi NTT. ”Atas nama masyarakat NTT saya ucapkan terima kasih atas kehadiran sekaligus bantuan traktor dan benih jagung. Kami di NTT, hanya Flores, bisa dua kali tanam jagung dalam setahun. Timor dan Sumba hanya satu kali tanam karena itu kita dorong agar bisa tanam dua kali juga,” kata Laiskodat.
Penyuluh pertanian lapangan Kabupaten Kupang, Sofia Ndun, mengaku mendampingi 50 kelompok tani di Desa Manusak. Ia mengatakan, bantuan 20 unit traktor sangat baik, tetapi alangkah lebih bagus lagi kalau ditambah dengan bantuan sumur bor.
Ia mengatakan, masalah utama adalah ketersediaan air. Lahan jagung 20 hektar itu harusnya memiliki 10 unit sumur bor. Jika hanya satu sumur bor untuk 20 hektar lahan, tidak cukup.
Agustinus Tiran (49), petani Manusak, penerima bantuan traktor, mengatakan, ia sangat bangga dan berterima kasih kepada Kementan atas bantuan itu. Ia berjanji lebih bekerja keras lagi berama anggota kelompok Cinta Tanah setelah mendapatkan bantuan itu.