Jutaan Warga Wuhan Jalani Tes Massal, Hanya 300 Orang Positif Tanpa Gejala
›
Jutaan Warga Wuhan Jalani Tes ...
Iklan
Jutaan Warga Wuhan Jalani Tes Massal, Hanya 300 Orang Positif Tanpa Gejala
Pemeriksaan yang luas menjadi salah satu langkah penting mengendalikan pandemi Covid-19. Negara yang melonggarkan karantina wilayah pun tidak boleh kendur melakukan tes, isolasi pasien, dan menelusuri kontak kasus.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
WUHAN, SELASA – China telah mendeteksi penyakit Covid-19 dengan memeriksa hampir 10 juta dari total 11 juta jiwa penduduk Wuhan, Provinsi Hubei, tempat pertama Covid-19 ditemukan. Dalam pemeriksaan masalah selama periode 14 Mei-1 Juni 2020 itu, hanya ada 300 orang yang ditemukan positif tanpa gejala.
Otoritas China mengklaim, hasil itu menunjukkan pandemi Covid-19 berhasil dikendalikan. Namun, otoritas kesehatan di Wuhan tetap khawatir munculnya pandemi gelombang kedua.
”Jumlah itu memperlihatkan Wuhan sekarang kota yang paling aman,” kata Wakil Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China Feng Zijian, Selasa (2/6/2020).
Warga Wuhan mengantre di seluruh tempat layanan pemeriksaan Covid-19 yang disiapkan di tempat-tempat parkir, taman, dan kawasan pemukiman penduduk untuk diambil dan diperiksa sampelnya. Selama periode dua minggu itu, otoritas kesehatan bisa menyelesaikan sekitar 500.000 tes sehari.
Pemeriksaan yang luas juga direncanakan digelar Pemerintah Kota Mudanjiang di Provinsi Hellojiang menyusul ditemukannya puluhan pasien positif dengan tanpa gejala. Selama ini, China tidak memasukkan data pasien positif tanpa gejala pada laporan resminya.
Menurut pakar kesehatan masyarakat dari Huazhong University of Science and Technology di Wuhan, Lu Zuxun, tidak ditemukan adanya pasien positif tanpa gejala yang menularkan kepada orang lain. Masker, sikat gigi, telepon, pegangan pintu, dan tombol lift yang disentuh oleh pasien positif tanpa gejala tidak meninggalkan jejak virus korona.
China sampai sekarang melaporkan 84.160 kasus Covid-19 dengan kasus meninggal sebanyak 4.638 kasus yang mayoritas berasal dari Wuhan. Kota Wuhan ditutup sejak 23 Januari 2020 hingga 8 April 2020 untuk menghentikan penyebaran Covid-19.
Namun, banyak negara, terutama Amerika Serikat, yang meragukan data resmi kasus Covid-19 yang dilaporkan pemerintah China. AS menyebut China tidak transparan termasuk dalam membuka sumber virus korona dan memberikan peringatan akan datangnya pandemi kepada dunia.
Di tengah banyak negara yang mulai melonggarkan kebijakan karantina wilayahnya, Covid-19 terus menyebar hingga ke kelompok masyarakat yang rentan. Otoritas di Bangladesh telah mengonfirmasi kasus meninggal pertama pengungsi Rohingya akibat Covid-19.
Pengungsi pria yang meninggal Sabtu (30/5/2020) itu berusia 71 tahun dan tinggal di Ukhiya di Cox\'s Bazar. Menurut Koordinator Kesehatan di Kantor Komisi Pengungsi, Bantuan, dan Repatriasi, Abu Toha MR Bhuiyan, sampel yang diambil dari orang tersebut dinyatakan positif pada Senin (1/6/2020).
Pria tersebut meninggal saat dirawat di pusat isolasi yang didirikan oleh pemerintah bersama dengan lembaga bantuan kemanusiaan. Louise Donovan, jurubicara badan dunia untuk pengusngsi UNHCR, mengatakan, setidaknya 29 warga Rohingya positif Covid-19.
Dengan kepadatan sekitar 40.000 orang per kilometer persegi, 34 kamp pengungsi di Cox\'s Bazar 40 kali lebih padat dari rata-rata kepadatan penduduk Bangladesh. Setiap satu gubuk berukuran 10 meter persegi umumnya dihuni 12 orang pengungsi.
UNHCR dan sejumlah lembaga bantuan kemanusiaan menyatakan bahwa akan menjadi persoalan besar jika Covid-19 merebak di tempat pengungsian.
Akan tetapi, episentrum pandemi Covid-19 saat ini bukanlah di Asia, Afrika, atau Eropa melainkan Amerika Latin. Empat dari 10 negara dengan jumlah kasus baru Covid-19 terbanyak pada Senin (1/6/2020) berada di kawasan Amerika latin, yakni Brasil (total 526.447 kasus), Peru (total 170.039 kasus), Chile (total 105.158 kasus), dan Meksiko (total 93.435 kasus).
Sebanyak lebih dari 1 juta kasus Covid-19 dan lebih dari 50.000 kasus meninggal akibat Covid-19 telah dilaporkan negara-negara di Kawasan Amerika Latin. Mayoritas kasus dan sekitar 60 persen kasus meninggal berasal dari Brasil.
Akan tetapi, Walikota Rio de Janeiro, Senin (1/6/2020), mengatakan, kebijakan karantina wilayah di kota itu akan mulai dibuka Selasa (2/6/2020). Di tahap awal rumah ibadah dan olahraga air akan dibuka.
Hal yang sama juga dilakukan Meksiko yang mulai Senin kemarin meangaktifkan kembali industri otomotif, pertambangan, dan konstruksi. Sejauh ini, kasus meninggal akibat Covid-19 di Meksiko mencapai lebih dari 10.000 kasus.
Direktur Program Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan, memperingatkan bahwa kawasan Amerika Latin bakal menghadapi pekan yang berat. “Saya tidak yakin kita sudah mencapai puncak penyebaran, dan dengan kondisi sekarang, saya tidak bisa memperkirakan kapan puncak pandemi akan datang,” ujarnya.(AFP/REUTERS)