Keluarga Floyd Mengajak Massa Tempuh Jalan Damai
Terrence Floyd mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat AS kepada keluarganya dan mengajak untuk melakukan perjuangan dengan jalan damai tanpa penjarahan, perusakan, atau kekerasan lain.
MINNEAPOLIS, SELASA — Unjuk rasa yang diikuti perusakan dan penjarahan sebagai protes atas kematian George Floyd, pria kulit hitam di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, telah berlangsung sepekan dan belum ada tanda-tanda mereda.
Jam malam, pengerahan tentara cadangan, hingga ancaman pengerahan tentara aktif oleh Presiden AS Donald Trump tak juga mengurangi kerusuhan di puluhan kota di negara itu.
Warga marah karena menilai kekerasan oleh aparat terhadap warga kulit hitam masih terjadi. Floyd, warga kulit hitam asal Houston, Texas, yang tinggal di Minneapolis itu menjadi korban terbaru atas kekerasan tersebut.
Saudaranya, Terrence Floyd, Senin (1/6/2020) waktu Minneapolis atau Selasa WIB, mengatakan tidak mengerti mengapa hanya satu dari empat polisi penangkap Floyd yang didakwa.
Baca juga : Kericuhan Rasial Kembali Terjadi di AS
Meski sedih dan kecewa, Terrence mewakili keluarganya tetap meminta kematian saudaranya tak dijadikan alasan melanjutkan kerusuhan. Dia mengajak mereka yang bersimpati untuk melakukan perjuangan dengan jalan damai tanpa penjarahan, perusakan, atau kekerasan lain.
”Dia (George Floyd) tidak mau Anda semua melakukan ini (kerusuhan),” ujar Terrence saat mengunjungi lokasi penangkapan Floyd yang berujung kematiannya, Senin sore.
Terrence mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat AS kepada keluarganya. Ia juga setuju harus ada protes atas kekerasan oleh aparat AS. Walakin, ia meminta agar kekerasan dan kerusuhan dihentikan.
Alasannya, semua itu tidak akan menghidupkan lagi saudaranya. Ia mengajak warga memilih jalan damai untuk mengubah kondisi sekarang, yakni dengan menggunakan hak suara dalam pemilu dan memilih politisi yang berkomitmen pada perubahan.
Ajakan serupa disampaikan mantan Presiden AS Barack Obama. Ia mendukung unjuk rasa sebagai salah satu cara untuk membangun kesadaran atas sebuah isu. Agar memberi makna, unjuk rasa harus dilanjutkan dengan memilih politisi yang berkomitmen pada perubahan.
”Jika kita menyalurkan kemarahan pada tindakan damai, berkelanjutan, dan mangkus, inilah saatnya perubahan,” tulis Obama dalam akun media sosialnya.
Baca juga : Dakwaan Pembunuhan bagi Polisi Minneapolis
Keluarga Breonna Taylor, perempuan kulit hitam yang tewas ditembak polisi di rumahnya di Kentucky, AS, Maret lalu, juga menyerukan penghentian kekerasan.
Meski kecewa atas lambannya penyelidikan atas kematian perempuan itu, keluarga meminta kematian Taylor tidak dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan.
Solidaritas polisi
Upaya menolak kekerasan juga ditunjukkan polisi di sejumlah kota. Para petugas kepolisian di St Paul, Minnesota, berpelukan dengan para pengunjuk rasa. Pekan lalu, seperti polisi di banyak kota dan negara bagian lain, kepolisian St Paul juga bentrok dengan pengunjuk rasa. Kini, mereka berpelukan.
Baca juga : Trump Ancam Kerahkan Tentara
Kepala Kepolisian New York Terence Monahan juga terlihat berpelukan dengan pengunjuk rasa. Kepolisian New York bolak-balik disorot karena kekerasan anggotanya terhadap warga kulit hitam.
Bahkan, ”Black Lives Matter” menjadi gerakan nasional setelah seorang polisi New York menewaskan Eric Garner pada 2014. Garner tewas tercekik kala akan ditangkap para polisi New York. Protes pecah setelah pengadilan tidak mendakwa pelaku.
Selain di St Paul dan New York, solidaritas ditunjukkan polisi di Denver. Kepala Kepolisian Denver Paul Pazen ikut bergandeng tangan dengan barisan pengunjuk rasa pada Senin siang. Ia bergabung dengan mereka setelah mengungkap bahwa sejumlah bawahannya cedera selama pengendalian unjuk rasa yang pecah selepas kematian Floyd.
Sementara itu, polisi di sejumlah kota lain berlutut sebagai wujud dukungan kepada pengunjuk rasa. Sejak 2016, berlutut menjadi simbol protes atas kekerasan aparat terhadap warga kulit hitam. Hal itu dipopulerkan Collin Kaepernick, atlet bola AS, yang tetap berlutut kala lagu kebangsaan AS diputar sebelum pertandingan.
Ajakan menghindari kekerasan meningkat, antara lain, karena serangkaian kerusuhan telah menewaskan sedikitnya sembilan orang. Mereka umumnya tewas ditembak, tetapi belum diketahui siapa yang menembak.
Sampai sekarang, 25 negara bagian telah mengerahkan sedikitnya 20.000 personel Garda Nasional alias tentara cadangan ke puluhan kota. ”Kami siap ditugaskan kapan saja. Namun, saya berdoa, jangan pernah ada tugas ini lagi,” kata Kepala Staf Garda Nasional Georgia Mayor Jenderal Thomas Carden.
Baca juga : Trump Diungsikan ke Bungker
Presiden Donald Trump menilai upaya itu belum cukup. Ia mengancam untuk menggunakan otoritas yang diatur undang-undang buatan 1807 dan 1878, yang memberi Presiden AS kewenangan mengerahkan tentara demi penegakan keamanan domestik.
”Jika kota dan negara bagian menolak mengambil langkah yang dibutuhkan untuk menjaga kehidupan dan harta warga, saya akan mengerahkan tentara serta secepatnya menyelesaikan masalah untuk mereka,” kata Trump yang pernah mengerahkan tentara untuk alasan keamanan domestik, berjaga di perbatasan AS-Meksiko, 2018.
Trump juga bukan Presiden AS pertama yang menggunakan tentara untuk mengatasi kerusuhan. Sepanjang abad ke-20, kewenangan berdasarkan UU 1807 digunakan Herbert Hoover, Dwight D Eisenhower, Lyndon B Johson, dan George HW Bush. Kecuali Hoover, para presiden itu harus mengerahkan tentara untuk memadamkan kerusuhan rasial.
Baca juga : AS Diejek Berstandar Ganda
Sejumlah pejabat di Departemen Kehakiman dan Gedung Putih menyebut, Jaksa Agung AS William Barr telah diminta mengoordinasikan pengerahan aparat federal untuk menangani kerusuhan.
”Mulai malam ini, Departemen Kehakiman akan mengerahkan semua komponen penegakan hukumnya—FBI, ATF, DEA, US Marshall, dan BOP—dan terus berkoordinasi dengan Departemen Pertahanan dan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk memaksimumkan keberadaan pengamanan federal di semua distrik,” demikian pernyataan tertulis juru bicara Departemen Kehakiman AS, Kerri Kupec. (AP/REUTERS)