Pemkot Banda Aceh dan Universitas Syiah Kuala melakukan uji usap pada 1.300 warga secara acak untuk mendeteksi penyebaran virus korona baru. Itu juga untuk mempercepat Banda Aceh memenuhi syarat penerapan normal baru.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS - Pemerintah Kota Banda Aceh dan Universitas Syiah Kuala melakukan uji swab pada 1.300 warga secara acak untuk mendeteksi penyebaran virus korona baru. Uji swab massal juga untuk mempercepat Banda Aceh memenuhi syarat penerapan normal baru.
Uji swab atau usap tenggorokan massal dimulai pada Kamis (4/6/2020) di Balai Kota Banda Aceh. Pada hari pertama sebanyak 25 orang dari berbagai latar belakang seperti pegawai pemerintah, swasta, dan jurnalis diuji usap. Sampel uji kemudian diperiksa di laboratorium polymerase chain reaction (PCR) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman saat membuka secara resmi kegiatan itu mengatakan warga yang akan diuji dipilih secara acak adalah pedagang di pasar, supir angkutan umum, pekerja kantor, mahasiswa, jurnalis, dan lansia.
Angka 1.300 merupakan 0,5 persen dari jumlah penduduk Kota Banda Aceh yang berjumlah 260.000 jiwa. Tes massal 0,5 persen dari jumlah penduduk menjadi syarat untuk memperoleh gambaran utuh penyebaran virus korona yang menyebabkan Covid-19 di suatau daerah.
Aminullah mengatakan Banda Aceh belum mendapatkan persetujuan penerapan normal baru karena sebelumnya memiliki kasus 3 warga positif Covid-19. Meski saat ini semuanya telah sembuh, namun Banda Aceh masih dianggap daerah rawan penyebaran. “Padahal Banda Aceh sudah sangat siap menerapkan normal baru,” kata Aminullah.
Adapun jumlah kasus positif Covid-19 di Provinsi Aceh berjumlah 20 orang. Sebanyak 1 orang meninggal dunia, 17 orang sembuh, dan satu masih dalam perawatan. Semua pasien Covid-19 di Aceh memiliki riwayat perjalanan ke daerah pandemi. Kasus positif paling banyak adalah santri dari Pesantren Alfatah Temboro, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, yakni 8 orang. Tidak terjadi transmisi lokal di provinsi paling barat Nusantara itu.
Banda Aceh sudah sangat siap menerapkan normal baru. (Aminullah Usman)
Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Nasional telah memberikan izin kepada 14 kabupaten/kota di Aceh yang merupakan daerah zona hijau untuk menerapkan normal baru. Normal baru menjadi model kehidupan warga di tengah pandemi korona dengan menerapkan protokol kesehatan.
Aminullah mengatakan walaupun belum menerapkan normal baru, warga dibolehkan beraktivitas di ruang publik namun dengan menerapkan protokol kesehatan. Warung kopi, pasar, rumah ibadah telah ramai didatangi warga.
Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Samsul Rizal mengatakan pihaknya membantu pemerintah daerah untuk mendeteksi penyebaran virus korona agar pemerintah mudah menentukan kebijakan pencegahan. Pengambilan spesimen dan pemeriksaan di laboratorium semuanya dilakukan oleh tenaga kesehatan dari kampus tersebut. Sejauh ini Laboratorium PCR Universitas Syiah Kuala mampu memeriksa 400 sampel per hari.
Kehadiran laboratorium itu merupakan bentuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdikan kampus terhadap masyarakat. Samsul juga mendorong dosen di Unsyiah untuk melakukan riset-riset terhadap virus korona.
Zubaidah (23) seorang jurnalis di Banda Aceh yang mengikuti tes swab menuturkan meski tidak ada gejala dia memilih untuk diuji, sebab selama ini banyak pasien Covid-19 tanpa ada gejala. “Mudah-mudahan hasilnya negatif,” kata Zubaidah.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman mengatakan tes massal harus dilakukan lebih banyak di kabupaten kota lain. Menurut Safrizal 80 persen pasien Covid-19 tidak menunjukkan gejala.