Bencana tanah longsor melanda empat rumah di permukiman dekat Danau Singkarak, Tanah Datar, Sumatera Barat. Tidak ada korban jiwa, tetapi 14 orang mengungsi akibat kejadian yang dipicu curah hujan tinggi ini.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Bencana tanah longsor melanda empat rumah di permukiman dekat Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tidak ada korban jiwa, tetapi 14 orang mengungsi akibat kejadian yang dipicu curah hujan tinggi ini.
”Empat rumah, satu surau, dan satu mobil tertimbun material lumpur dan batu. Satu rumah itu hancur dan tidak layak dihuni. Tidak ada korban jiwa ataupun luka-luka,” kata Kasmir (66), anggota Kelompok Siaga Bencana Tanah Datar, Kamis (4/6/2020) pagi.
Permukiman yang dilanda tanah longsor itu berada di Jorong Kubu Gadang, Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, sekitar 300 meter dari bibir Danau Singkarak. Longsor melanda permukiman pada Rabu (3/6/2020) sekitar pukul 20.30.
Selain menimpa rumah, kata Kasmir, jalan lingkar Danau Singkarak juga tertutup material lumpur dan batu sepanjang sekitar 25 meter dengan ketebalan 1 meter. Menurut dia, tanah longsor dipicu curah hujan tinggi dalam dua hari terakhir. Kasmir, yang juga petugas pencatat curah hujan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, memperkirakan curah hujan saat kejadian sekitar 75 milimeter atau mendekati ekstrem.
Kondisi itu diperparah dengan tersumbatnya saluran air menuju Danau Singkarak. Dampaknya, tanah di perbukitan sekitar danau semakin labil, sehingga akhirnya longsor dan melanda permukiman. ”Sekarang, cuaca di lokasi cerah. Namun, langit di sekelilingnya masih mendung,” ujar Kasmir.
Wali Nagari Sumpur Ade Hendriko mengatakan, ada lima keluarga dengan jumlah 14 orang terdampak kejadian ini. Mereka mengungsi ke rumah sanak saudara sekitar 100 meter dari lokasi.
”Keluarga terdampak sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman. Sekarang, warga sekitar membersihkan material secara manual sembari menunggu alat berat,” kata Ade.
Sebelumnya, banjir bandang atau galodo juga melanda permukiman warga di sekitar Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Rabu sekitar pukul 18.00. Sebanyak lima rumah rusak di Jorong Pantas, Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya.
Maizon (53), warga sekitar, mengatakan, tanda-tanda galodo sebenarnya mulai tampak pada hari ketiga Idul Fitri atau 26 Mei 2020. Material banjir bandang, seperti batu, kayu, dan lumpur, tertahan di hulu Bandar (Parit) Sungai Rangek yang bermuara ke Danau Maninjau.
”Curah hujan tinggi sejak sore membawa material yang tertumpuk di bandar dekat kaki bukit ke permukiman,” kata Maizon, yang juga mantan Wali Nagari Tanjung Sani, ketika dihubungi dari Padang, Rabu malam.
Berdasarkan data BPBD Agam, sebanyak dua rumah rusak parah, sedangkan tiga lainnya rusak sedang. Sebanyak 17 orang mengungsi. Material galodo menutupi jalan lingkar danau sepanjang 100 meter dengan ketebalan 40-70 sentimeter.