Generasi muda diajak untuk lebih peduli pada masyarakat sekitarnya sejak usia remaja. Banyak hal yang bisa dilakukan anak muda untuk membantu orang lain yang kurang beruntung.
Oleh
SUSIE BERINDRA
·5 menit baca
Gerakan Kepedulian (GK) Indonesia mengajak anak-anak muda untuk lebih peduli pada masyarakat sekitarnya. Di tengah pandemi Covid-19, mereka menggandeng anak-anak di Jakarta Intercultural School deengan program "Share Your Care". Melalui GK Club, para siswa diajak untuk membantu desain dan pemasaran masker yang dibuat oleh warga yang didampingi GK Indonesia.
“Di masa pandemi ini, para remaja dapat mengajak teman-teman mereka untuk menjadi contoh bagi pemuda lainnya. Mereka terlibat dalam kegiatan sosial meski dari rumah dan harus melakukan tugas-tugas pembelajaran jarak jauh. Idealisme dapat diterapkan dengan cara komunikasi mereka,” kata Cel Salta, GK Indonesia Honorary Board Member, saat diawancara melalui daring, Jumat (29/5/2020).
Menurut Cel, selama ini GK Club di JIS belajar bersama dengan komunitas GK Indonesia untuk nilai-nilai penerimaan, kepercayaan diri, rasa hormat, kerja sama tim, dan kepercayaan. “Para siswa di JIS, meskipun dari tingkat ekonomi yang berbeda, pada saat bercengkrama dengan remaja dan anak-anak GK, menggunakan bahasa generasi mereka dalam hal kesenian, olahraga, dan kreativitas. Mereka setiap minggu mempunyai kegiatan bersama-sama,” ujar Cel.
Dalam program Share Your Care ini, tujuh siswa JIS menggagas pembuatan masker dan kaos yang dijual secara daring. Masker kain yang dijual secara online adalah hasil jahitan dari keluarga-keluarga asuhan GK Indonesia di Mustikasari. Saat ini sudah lebih dari 3000 masker terjual. GK Indonesia juga turut menggandeng DOKU sebagai mitra pembayaran online.
“Saat pandemi, menciptakan peluang usaha sangat sulit. Pada situasi serba keterbatasan ini kami berhasil memberikan peluang dan menciptakan usaha sebagai sumber penghasilan. Membangun semangat hidup untuk disiplin menghindari Covid-19 bagi seluruh komunitas binaan GK Indonesia melalui sosialisasi dan penyebaran poster. Kami berusaha melakukan pendampingan dan edukasi melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dengan memanfaatkan media sosial,” ujar Cel.
Salah satu siswa JIS, Matthew Sennelius menceritakan bagaimana keterlibatannya dia dalam kegiatan sosial tersebut. “Saya berinisiatif berpartisipasi dalam program GK untuk membantu keluarga kurang mampu yang kehilangan penghasilan harian, yaitu dengan membuat masker dan memasarkan hasilnya. Sebentar lagi akan dilanjutkan dengan pembuatan kaos,” kata Matthew, siswa kelas 8 JIS. Dalam kegiatan ini, Amtthew juga mengajak adiknya Anna Sennelius.
Dalam kegiatan itu, Matthew berperan sebagai koordinator desain dan pemasaran masker dan kaos. Kegiatan ini juga melibatkan siswa dari sekolah lainnya. Mereka bahu membahu membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi.
Bagi Matthew mengikuti kegiatan sosial bukan hal yang asing. Sebelumnya, dia sudah terlibat dengan GK Indonesia sejak kelas 6 SD. “Tahun 2017, saya ikut konser amal dengan bermain biola bersama Yayasan Musik Amadeus Indonesia (YMAI). Lalu, saya rutin ikut konser amal tahunan itu. Saya bersyukur dan bangga bisa terus menyumbangkan talenta saya untuk beramal. Dana yang terkumpul disumbangkan ke suatu yayasan di bidang pendidikan di Papua,” cerita Matthew.
Hal senada disampaikan Amara Rahmat, teman satu angkatan Matthew di JIS. Amara sudah mengikuti banyak kegiatan di GK Indonesia, salah satunya membantu anak-anak belajar.
“Ketika saya bergabung dengan GK, saya punya kesempatan membantu anak-anak berpartisipasi dalam proyek memproduksi t-shirt. Saya bersama Matthew, Anna, Solaia, Chloe, Annika, dan Katie mendorong kaum muda lebih kreatif selama penjarakan sosial, dan menyediakan kegiatan seperti kompetisi desain t-shirt,” katanya.
Amara mengatakan, dengan mengikuti banyak kegiatan GK Indonesia, dirinya bisa membantu meningkatkan kehidupan banyak orang dan membuat orang lain lebih bahagia dan lebih percaya diri. “Saya mendapat banyak pelajaran berharga. Saya belajar menjadi lebih tangguh karena melihat anak-anak yang tidak mudah saat ingin mendapatkan sesuatu, mereka harus bekerja keras” ujar Amara yang dikenalkan GK Indonesia oleh orang tuanya.
Program sosial
GK Indonesia merupakan yayasan sosial yang berdiri sejak tahun 2011. Lembaga itu menggandeng lebih dari 60 komunitas di sekitar Jakarta dan menaungi sekitar 5.600 keluarga di 10 rusunawa, keluarga tidak mampu yang bermukim di sekitar bantaran sungai dan sepanjang rel kereta api. Selama ini, yayasan bergerak di lima program, yaitu pendidikan, kesehatan, produktivitas, dan pembentukan nilai-nilai sosial di komunitas.
GK Indonesia Board Member sekaligus Finance Director Tin Rachmat mengatakan, sebelum tahun 2011, yayasan telah membantu sebuah komunitas di Dumpit, Tangerang. “Kami menggelar lokakarya kreatif dan tutorial untuk anak-anak di komunitas pemulung serta mengirim mereka ke sekolah melalui beasiswa," kata Tin.
Salah satu program di GK Indonesia adalah terkait dengan produktivitas yaitu dengan mendorong masyarakat untuk produktif. Masyarakat diajak dari sesuatu yang kecil, seperti berkebun. Salah satunya dilakukan oleh masyarakat di Mustikasari, Bekasi.
“Kami ingin mengubah pola pikir. Mereka yang terpinggirkan dianggap tidak dapat melakukan apa pun hanya karena tidak memiliki pendidikan. Padahal, mereka bisa lebih produktif. Produktif berarti bekerja bersama baik untuk proyek kegiatan yang menguntungkan atau untuk pekerjaan sosial kemasyarakatan. Kami mengajarkan kepada mereka agar berpikir tidak hanya dirinya sendiri tetapi untuk orang lain di komunitasnya,” kata Tin.
Beberapa program yang sudah dilakukan GK Indonesia adalah trauma healing anak dan remaja, sanggar kreativitas anak, penguatan usaha ekonomi produktif, pendampingan layanan sekolah, peningkatan keseharan warga dan bank sampah. Selain itu, mereka juga mempunyai program peduli pendidikan anak dengan pengadaan alat tulis sekolah, dan pengobatan gratis.
“Kami ingin mengubah pola pikir. Mereka yang terpinggirkan dianggap tidak dapat melakukan apa pun hanya karena tidak memiliki pendidikan. Padahal, mereka bisa lebih produktif. Produktif berarti bekerja bersama baik untuk proyek kegiatan yang menguntungkan atau untuk pekerjaan sosial kemasyarakatan. Kami mengajarkan kepada mereka agar berpikir tidak hanya dirinya sendiri tetapi untuk orang lain di komunitasnya,” kata Tin.
“Kami percaya bahwa setiap anak muda harus memiliki kesempatan sekolah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan masa depan. Untuk itulah, kami melakukan dua cara yaitu secara formal dengan mereka pergi ke sekolah dan informal melalui tutorial kepada mereka yang mendukung sekolah anak-anak, dengan pembentukan nilai-nilai,” kata Tin.
Tin mengatakan, GK Indonesia pernah diminta bantuan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta saat pemindahan warga ke rusunawa. “Kami membantu anak-anak untuk masuk sekolah. Untuk remaja yang telah berhenti selama beberapa tahun, kami mendaftarkan mereka pertama kali dalam Paket C. Sedangkan, anak muda yang tidak cocok untuk Paket C dan gelar sarjana, kami membantu menemukan sekolah pelatihan teknis atau kejuruan bagi mereka,” ujarnya.