Mencermati Cara Negara-negara Lain Beradaptasi dengan Pandemi
›
Mencermati Cara Negara-negara ...
Iklan
Mencermati Cara Negara-negara Lain Beradaptasi dengan Pandemi
Melonggarkan pembatasan sosial di sebuah wilayah bukanlah perkara gampang. Kebijakan ini harus diambil secara bertahap sambil mengamati situasi kasus Covid-19 setiap saat dan memperkuat kapasitas layanan kesehatan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Membuka kembali aktivitas sehari-hari setelah penerapan kebijakan pembatasan sosial berbulan-bulan untuk mencegah penyebaran Covid-19 bukan perkara mudah. Dibuka terlalu bebas, risiko lonjakan kasus baru menanti di depan mata. Namun, jika pembatasan sosial diterapkan terlalu lama, sektor ekonomi kian merana.
Setiap negara harus mencari jalan tengah agar roda ekonomi bisa kembali berputar, tetapi dengan risiko penyebaran Covid-19 seminimal mungkin. Inilah saatnya sistem kesehatan, kepatuhan dan disiplin masyarakat, serta kecepatan dan ketepatan pemerintah bertindak mendapat ujian yang sangat besar.
Di samping itu, melonggarkan pembatasan sosial pun bukan berarti kembali ke kehidupan normal sebelum pandemi. Pelonggaran menuntut perilaku yang adaptif, menyesuaikan dengan sifat Covid-19 saat orang kembali menjalani kehidupan. Situasi yang dijalani pada saat pelonggaran tidaklah normal karena kita hidup di tengah pandemi. Kondisi normal yang baru akan tercapai ketika semua pihak terbiasa mempraktikkan perilaku yang diperlukan untuk mencegah penularan Covid-19.
Secara umum ada beberapa perilaku baru yang—mau tidak mau—mesti dilakukan agar orang terhindar dari infeksi Covid-19. Perilaku itu, antara lain, menggunakan masker, sering mencuci tangan, menjaga jarak fisik, menerapkan etika bersin dan batuk, membatasi kerumunan, serta mengukur suhu badan sebelum sebelum masuk tempat-tempat publik.
Sederhananya, hanya orang sehat yang boleh beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mereka yang sakit dan memiliki faktor risiko, seperti anak-anak dan lansia, aktivitasnya masih dibatasi. Inilah yang diterapkan oleh banyak negara.
Di Amerika Serikat, misalnya, Gubernur New York Andrew Cuomo mengeluarkan perintah eksekutif yang menyatakan bahwa tempat usaha berhak menolak konsumen yang datang tidak mengenakan masker. Ini memperkuat kebijakan sebelumnya yang mengharuskan warga berusia dua tahun ke atas memakai masker di tempat publik.
The Guardian melaporkan, di Filipina, pemerintah mengizinkan kerumunan hingga 10 orang dan mobilitas yang bebas antarkota sepanjang masyarakat menggunakan masker dan menjaga jarak. Tempat kerja, toko, dan sejumlah transportasi publik akan kembali beroperasi.
Melonggarkan pembatasan sosial pun bukan berarti kembali ke kehidupan normal sebelum pandemi. Pelonggaran menuntut perilaku yang adaptif, menyesuaikan dengan sifat Covid-19 saat orang kembali menjalani kehidupan.
Sebuah studi di China mengonfirmasi efektivitas penggunaan masker, pembatasan jarak fisik dan sosial, serta penggunaan disinfektan. Studi ini dilakukan kepada 335 orang dari 124 keluarga yang salah satu anggota keluarga positif Covid-19. Efektivitas penggunaan masker untuk mencegah penularan dari anggota keluarga positif sebelum memperlihatkan gejala sebesar 79 persen. Sementara efektivitas penggunaan disinfektan setiap hari sebesar 77 persen.
Di Timur Tengah, Arab Saudi menetapkan tiga hari waktu transisi sebelum kembali membuka aktivitas ekonomi. Mal dan pantai kembali dibuka, sementara 90.000 masjid siap dibuka lagi setelah ditutup selama dua bulan. Pantai, taman-taman, museum di Dubai, Uni Emirat Arab, juga mulai dibuka untuk umum.
Tempat yang terkategori zona hijau di Perancis, seperti kafe, bar, dan restoran, paling awal beroperasi kembali. Adapun di Paris yang digolongkan zona oranye, tiga tempat usaha itu dapat dibuka, tetapi hanya boleh melayani di teras.
Bertahap
Namun, patut diingat bahwa pelonggaran pembatasan sosial untuk semua aspek kehidupan tidak dilakukan secara bersamaan. Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pelonggaran harus dilakukan secara bertahap untuk mencegah melonjak kembalinya kasus Covid-19.
Beberapa negara yang menerapkan pentahapan itu, antara lain, Singapura, Australia, dan Inggris. Negara tetangga Singapura menetapkan tiga tahap pembukaan kembali aktivitas sehari-hari.
Pada fase pertama, warga boleh menerima dua tamu dari keluarga besar atau famili per hari. Beberapa tempat usaha juga diperbolehkan buka dengan menerapkan protokol kesehatan. Anak-anak bisa kembali bersekolah.
Di fase kedua, kerumunan kecil, makan di restoran, tempat olahraga, dan fasilitas rekreasi dibuka kembali. Adapun pada fase ketiga, kerumunan dalam jumlah sedang dibolehkan. Selain itu, tempat spa dan pijat, bioskop, bar, serta kelab malam juga mulai dibuka kembali.
Lamanya waktu setiap fase sangat ditentukan oleh perkembangan kasus. Perpindahan antarfase pun tidak ditentukan oleh tanggal, tetapi berdasarkan situasi yang berkembang. Setelah pada fase pertama kasus Covid-19 sudah lebih terkendali, tahapan bisa berlanjut ke fase kedua. Namun, sebaliknya jika terjadi lonjakan kasus di fase pertama, pemerintah tidak akan melanjutkan ke fase kedua atau, bahkan, bisa jadi kebijakan pembatasan sosial kembali diberlakukan.
Hal serupa juga dilakukan di Australia. Pada fase pertama, restoran dan kafe diizinkan beroperasi, tetapi hanya melayani layanan pesan antar dengan maksimal 10 konsumen dalam satu waktu. ”Fase pertama ini tentatif, langkah awal menuju normalisasi,” ujar Kepala Medis Australia Brendan Murphy, seperti dikutip Al Jazeera.
Jika tidak ada lonjakan infeksi, negara bagian akan masuk ke fase kedua. Pada fase ini, tempat olahraga dan bioskop akan dibuka kembali dengan maksimal konsumen 20 orang dalam satu waktu pelayanan. Mobilitas antarnegara bagian juga akan dibuka kembali.
Pada fase terakhir, kerumunan maksimal 100 orang akan diizinkan, karyawan akan diperbolehkan bekerja ke kantor dan kelab malam mulai dibuka. Penerbangan internasional yang terbatas dengan Selandia Baru juga bisa mulai beroperasi.
Berbeda lagi dengan Inggris. Negara ini menekankan pentingnya tempat kerja untuk menjamin keamanan dan keselamatan pegawainya. Protokol kesehatan harus diterapkan betul-betul. Selain itu, pekerja juga dianjurkan pergi ke kantor menggunakan sepeda, berjalan, atau kendaraan pribadi. Tujuannya, untuk menghindari penggunaan transportasi publik yang mungkin padat.
Melihat kebijakan yang diambil negara-negara lain itu, tidak ada negara yang melonggarkan sekaligus seluruh kebijakannya dalam satu tahapan. Tempat usaha kecil dan esensial paling awal dibuka. Jika selama itu perkembangan kasus Covid-19 stabil, tempat usaha yang lebih besar boleh aktif kembali.