KONI Pusat meminta fase normal baru dimaksimalkan untuk mengembalikan kondisi terbaik atlet nasional. Mereka akan membuat petujuk umum untuk mempermudah induk cabang menggelar pemusatan latihan dan pertandingan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tiga bulan terkurung pandemi Covid-19 membuat kondisi atlet-atlet nasional turun drastis karena tidak bisa berlatih normal. Kondisi atlet perlu dikembalikan segera untuk menghadapi kompetisi. Hadirnya masa normal baru yang akan diterapkan dunia olahraga dalam waktu dekat bisa menjadi momentum.
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Marciano Norman mengatakan, pandemi yang diikuti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat latihan atlet kurang efektif. Hal itu tidak dimungkiri membuat kondisi mayoritas atlet melorot sangat jauh dari ideal.
Namun, fase sulit itu akan segera berakhir dengan kehadiran normal baru di Indonesia. Setelah PSBB berakhir, atlet bisa mulai berlatih dan berkompetisi dengan tahapan yang masih dirancang pemerintah.
Oleh karena itu, KONI meminta kondisi normal baru dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mengembalikan kemampuan para atlet. ”Saya ingin hasilnya maksimal. Tujuan akhirnya meningkatnya prestasi Indonesia di ajang tunggal maupun multiajang,” kata Marciano dalam telekonferensi bersama atlet-atlet nasional, Rabu (6/3/2020).
Fokus utama adalah menyiapkan atlet untuk mencapai kondisi puncak dalam ajang paling bergengsi, Olimpiade, di Tokyo, Jepang, pada Juli 2021. KONI juga menginstruksikan cabang olahraga untuk mulai menyiapkan atlet-atlet yang akan dikirim ke SEA Games Hanoi pada akhir 2021.
Menurut Marciano, KONI sedang membuat petunjuk umum untuk pedoman dalam normal baru yang akan diserahkan kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga. Oleh karena itu, dia meminta masukan yang dibutuhkan atlet dan induk cabang untuk memudahkan program latihan dan pertandingan.
Perumusan petunjuk itu bisa mempertimbangkan keputusan induk organisasi internasional setiap cabang. Beberapa cabang, seperti sepak bola dan bulu tangkis, sangat terikat dengan keputusan organisasi internasional.
”Komunikasi dengan cabang menjadi yang utama. KONI akan menyelaraskan aturan itu. Prinsipnya, program latihan atlet pada masa normal baru tidak boleh terganggu karena mereka punya target dalam ajang tertentu. Sebab, kami minta (prestasi) maksimal untuk ajang selanjutnya,” ujar mantan Ketua Umum PB Taekwondo Indonesia tersebut.
Berlatih mandiri
Para atlet nasional yang turut serta dalam telekonferensi berharap fase normal baru bisa segera dimulai. Mereka mengaku kesulitan menjaga kondisi di masa PSBB karena mayoritas harus berlatih mandiri di rumah masing-masing.
Atlet wushu nasional Edgar Xavier Manelo mengatakan sulit berlatih wushu dengan maksimal di rumah. ”Kendala agak banyak. Butuh tempat latihan yang besar, jadi tidak bisa latihan maksimal. Selama ini hanya latihan dasar saja,” ujar peraih emas SEA Games Manila tersebut.
Taekwondoin Defia Rosmaniar kesulitan berlatih setelah pelatnas dibubarkan. Selama ini dia hanya berlatih sendiri dengan materi yang pernah diberikan pelatih karena pelatda Jawa Barat belum dimulai.
”Di sini tidak ada lawan tanding, hanya latihan sendiri. Jadinya agak bosan. Atlet poomsae yang satu kota ada, tetapi (karena PSBB) takut keluar dari Kota Bogor,” sebut peraih emas Asian Games 2018 itu.
Di lain sisi, atlet pencak silat Iqbal Candra tidak mengalami kesulitan berlatih karena memiliki fasilitas latihan yang mendukung di rumah. Keluarganya pun banyak yang merupakan atlet pencak silat sehingga bisa berlatih bersama.
Namun, kekhawatirannya adalah masa pandemi membuat dia tidak bisa bertanding. Sejauh ini belum ada ajang yang bisa diikuti, selain Pekan Olahraga Nasional Papua pada 2021. ”Masalahnya tidak ada pertandingan. Ini jadi agak terkendala untuk uji coba,” kata Iqbal.
Secara terpisah, pengamat olahraga dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, Djoko Pekik, menyampaikan, fase normal baru idealnya dibuat tiga tahap. Pada tahap pertama, atlet hanya boleh berlatih di rumah dengan pantauan pelatih dari jauh.
Tahap selanjutnya, atlet diperbolehkan berlatih bersama di sasana dengan syarat menjalankan protokol kesehatan. ”Jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan. Saat memakai masker ketika berlatih, atlet harus tepat memilih masker yang bisa untuk bernapas dan secara berkala dibuka agar asupan oksigen tercukupi,” terangnya.
Untuk cabang olahraga beregu dan penuh dengan kontak fisik harus dikawal ketat oleh para pelatih. Pada tahap ini atlet belum boleh bertanding di level apa pun, termasuk melakukan pemusatan latihan.
Baru pada fase terakhir, atlet diperbolehkan latihan bersama dengan normal. ”Tidak perlu jaga jarak, memakai masker, tetapi tetap disiplin cuci tangan. Pada tahap ini atlet boleh masuk pemusatan latihan, pertandingan tingkat daerah, nasional, dan internasional,” jelas Djoko yang juga Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori).