Banjir rob akibat pasang air laut menyebabkan ratusan rumah terendam dan puluhan warga di Kota Pekalongan, Jawa Tengah terpaksa mengungsi. Pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat banjir rob.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS -- Banjir rob akibat aktivitas pasang air laut menyebabkan ratusan rumah terendam dan puluhan warga di Kota Pekalongan, Jawa Tengah terpaksa mengungsi. Pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat banjir rob di wilayahnya selama 14 hari.
Sejak Senin (1/6/2020), sejumlah permukiman warga di pesisir utara Kota Pekalongan seperti, Kelurahan Krapyak, Panjang Wetan, Degdayu, dan Pabean terendam banjir dengan ketinggian mencapai 70 sentimeter. Sebanyak 7.700 keluarga di empat kelurahan tersebut terdampak dan puluhan orang di antaranya terpaksa mengungsi. Pemkot Pekalongan menyiapkan beberapa tempat pengungsian seperti, mushala Al-Aqsa Krapyak dan Rusunawa Slamaran.
Setelah mengevakuasi warga yang rumahnya terendam banjir, pemerintah menyalurkan bantuan bagi warga terdampak. Bantuan yang diberikan antara lain, makanan, biskuit, beras, mi instan, ikan kemasan kaleng, dan tikar untuk alas tidur. Bantuan tersebut berasal dari pemerintah kota, pemerintah provinsi, TNI, serta Polri.
Pemerintah setempat juga menetapkan status tanggap darurat bencana rob. Status tanggap darurat banjir rob berlaku mulai 4 - 17 Juni. "Kami menetapkan status tanggap darurat bencana banjir rob selama 14 hari ke depan. Status ini bisa diperpanjang karena gelombang tinggi diperkirakan masih akan terjadi hingga akhir Juni," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Saminta, Kamis (4/6/2020) di Pekalongan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, pasang air laut akibat fase bulan purnama akan terjadi di wilayah pesisir utara Jawa. Embusan angin dengan kecepatan hingga 25 knot atau 46 kilometer per jam berpotensi memicu gelombang setinggi 2,5-4 meter. Sejumlah wilayah berelevasi rendah seperti pesisir utara Jakarta, Pekalongan, Cirebon, dan Semarang diminta mewaspadai banjir rob.
Sejumlah wilayah berelevasi rendah seperti pesisir utara Jakarta, Pekalongan, Cirebon, dan Semarang diminta mewaspadai banjir rob.
Dalam enam bulan terakhir, Kota Pekalongan sudah beberapa kali terendam banjir rob. Penetapan status tanggap darurat banjir rob ini juga merupakan yang ketiga. Sebelumnya, pemerintah setempat sudah dua kali menetapkan status tanggap darurat banjir rob yakni pada Februari dan Maret.
Selain Kota Pekalongan, sejumlah daerah seperti Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Pekalongan, Pemalang, dan Kabupaten Brebes juga dilanda rob. Sejumlah warga di lima daerah pesisir itu juga sempat mengungsi karena air merendam rumah mereka.
Di Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal misalnya, sedikitnya 50 orang mengungsi di Masjid Al-Ikhlas Dampyak akibat air setinggi 80 sentimeter (cm) merendam rumah mereka. Menurut warga setempat, banjir rob yang terjadi beberapa hari bekalangan merupakan yang terparah selama 13 tahun terakhir.
"Biasanya, ketinggian air cuma 30 cm, tetapi semalam mencapai 80 cm. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah mengungsi, baru tahun ini mengungsi karena airnya sampai masuk ke dalam rumah," ujar Awi (38) warga Kelurahan Dampyak.
Setelah mendapatkan laporan warga terkait banjir rob, Bupati Tegal Umi Azizah meninjau lokasi banjir, Kamis siang. Ia ingin memastikan kondisi kesehatan masyarakat dan melihat penyebab pasang air laut limpas.
"Tadi saya mendapat usulan dari warga. Menurut mereka, perlu adanya semacam tanggul untuk menghalau limpasan pasang air laut. Karena itu masuk dalam proyek berbiaya tinggi, kami akan berupaya meminta bantuan pemerintah provinsi," ucap Umi.
Protokol kesehatan ketat pencegahan Covid-19 harus tetap diterapkan di pengungsian. (Ganjar Pranowo-Gubernur Jateng)
Protokol kesehatan
Secara terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para bupati dan wali kota yang daerahnya terdampak banjir rob untuk segera menyelamatkan masyarakat. Ganjar berpesan protokol kesehatan ketat pencegahan Covid-19 harus tetap diterapkan di pengungsian.
"Saya meminta penerapan protokol kesehatan melekat dalam penanganan para pengungsi. Semua yang mengungsi harus diatur. Terkait hal itu, saya sudah sampaikan khususnya kepada kepala BPBD di wilayah-wilayah itu," kata Ganjar.
Saminta menambahkan, pihak BPBD Kota Pekalongan sudah menyosialisasikan kepada warga yang mengungsi untuk tetap memakai masker dan menjaga jarak fisik. BPBD Kota Pekalongan juga membagikan masker kain kepada para pengungsi yang tidak membawa masker.
BPBD Kota Pekalongan juga menyiapkan strategi untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan. Jika tempat pengungsian di masing-masing kelurahan sudah lebih dari setengah kapasitas, sebagian akan dipindahkan ke Stadion Hoegeng yang bisa menampung ribuan orang.