Trabzonspor Dilarang Mengikuti Kompetisi UEFA Satu Musim
›
Trabzonspor Dilarang Mengikuti...
Iklan
Trabzonspor Dilarang Mengikuti Kompetisi UEFA Satu Musim
Aturan Financial Fair Play UEFA berpotensi memupus impian Trabzonspor ke Liga Champions Eropa musim depan. Larangan satu tahun di kompetisi Eropa dijatuhkan karena neraca klub Turki itu tak stabil pada 2016-2018.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
BERN, KAMIS – Klub Liga Turki, Trabzonspor, menjadi “korban” terbaru dari aturan financial fair play yang diterapkan Asosiasi Sepak Bola Uni Eropa (UEFA). Akibat melanggar aturan pembatasan finansial pada tahun 2016, UEFA melarang Trabzonspor mengikuti kompetisi antarklub Eropa selama satu musim.
Keputusan itu merupakan hasil investigasi Badan Kontrol Keuangan Klub (CFCB) UEFA setelah memulai penilaian terhadap neraca keuangan Trabzonspor pada periode 2016 hingga 2018. Penyelidikan mulai dilakukan pada Juli 2019.
“Kamar ajudikasi CFCB menentukan bahwa Trabzonspor gagal memenuhi target keuangan yang ditetapkan untuk tahun finansial 2019. Hal itu membuat klub dilarang berpartisipasi di kompetisi antarklub UEFA selama satu tahun,” bunyi pernyataan UEFA di situs resmi, Rabu (3/6/2020).
Adapun aturan Financial Fair Play (FFP) melakukan penilaian terhadap laporan keuangan klub Eropa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Setiap akhir musim, seluruh klub di bawah naungan UEFA melakukan penandatanganan komitmen untuk mematuhi FFP selama tiga tahun ke depan. Apabila ada indikasi neraca keuangan yang negatif selama tiga tahun itu, maka CFCB berwenangan untuk melakukan penyelidikan dan menjatuhi hukuman kepada klub tersebut.
Sebelum melakukan penyelidikan pada Juli 2019, CFCB, tulis pernyataan resmi UEFA, telah memberi peringatan kepada Trabzonspor bahwa klub itu terancam dijatuhi larangan bermain di kompetisi UEFA andai gagal menjaga neraca keuangan seimbang pada akhir musim lalu.
Berdasarkan data Transfermarkt, Trabzonspor memiliki catatan merah dalam daftar jual-beli pemain musim 2015/2016 hingga 2018/2019. Klub berjuluk “Karadeniz Firtinasi” atau Badai Laut Hitam mencatat pengeluaran untuk membeli pemain sebesar 47,49 juta Euro (Rp 755 miliar), sedangkan pendapatan dari hasil jual pemain sebesar 38,93 juta Euro (618,9 miliar).
Hasil jual beli pemain adalah salah satu indikator penilaian kondisi finansial yang dilakukan UEFA melalui aturan FFP. Selain itu, UEFA juga mengamati sumber pemasukan klub, seperti tiket pertandingan, kerja sama sponsor, dan hak siar TV, untuk dibandingkan dengan pengeluaran operasional klub yang mayoritas dihabiskan untuk membayar gaji pemain dan staf pelatih.
Dalam satu tahun terakhir, ada dua tim Eropa lain yang dijatuhi hukuman larangan berlaga di kompetisi UEFA akibat melanggar aturan FFP. Mereka ialah AC Milan dan Manchester City. Milan harus merelakan tiket berlaga di Liga Europa musim ini sirna. Sementara itu, City masih berjuang dengan mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga agar bisa berlaga di Liga Champions musim depan. Persidangan banding “The Citizens” akan dimulai pekan kedua Juni ini.
Pukulan telak
Bagi Trabzonspor, hukuman UEFA itu bak petir di siang bolong. Anak asuhan pelatih Huseyin Cimsir tengah menjaga mimpi untuk bisa kembali berlaga di Liga Champions Eropa musim depan. Hingga pekan ke-26 Liga Turki, Daniel Sturridge dan rekan-rekannya berada di puncak klasemen dengan koleksi 53 poin. Terakhir kali, Trabzonspor bermain di kompetisi paling bergengsi di “Benua Biru” itu pada musim 2011/2012.
Trabzonspor memiliki poin yang sama dengan peringkat kedua, Istanbul Basaksehir. Keduanya dibuntuti juara bertahan Liga Turki, Galatasaray, yang memiliki 50 poin. Adapun Liga Turki akan kembali bergulir pada 12 Juni dengan menyisakan 8 pertandingan.
“Kami mengumumkan kepada publik bahwa Trabzonspor akan mengajukan banding kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga di Swiss dalam waktu 10 hari setelah keputusan itu diumumkan,” bunyi pernyataan klub di laman resmi.
Mantan pemain Trabzonspor, Erman Ozgur, menilai, keputusan itu akan menjadi pukulan telak bagi klub. Pasalnya, hukuman itu hadir ketika klub kembali berpeluang merajai Liga Turki setelah terakhir kali dilakukan pada musim 2010/2011.
“Hukuman FFP menjadi salah satu pukulan terberat bagi sejarah Trabzonspor. Larangan bermain di kompetisi Eropa akan menghilangkan hasrat klub untuk menyusun skuad terbaik di musim depan,” ucap Ozgur, yang pernah membela Trabzonspor pada periode 1999-2003, kepada Fanatik. (AFP/SAN)