India dan Australia sepakat menjalin kerja sama pertahanan, khususnya dalam hal logistik hingga kerja sama maritim. Keduanya kini tengah berkonflik dengan China.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
NEW DELHI, JUMAT – Di tengah meningkatnya ketegangan dengan Pemerincah China, New Delhi dan Canberra sepakat memperkuat kerja sama pertahanan antara India dan Australia. Kerja sama itu diwujudkan dalam hal dukungan logistik hingga kerja sama maritim,
Kerja sama kedua negara yang juga tergabung dalam Negara Persemakmuran (Commonwealth) itu menyepakati Pengaturan dan Dukungan Logistik Bersama dalam sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) virtual, Kamis (4/6/2020). Pandemi Covid-19 memaksa para pejabat penting kedua negara mengalihkan KTT menjadi pertemuan daring.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, kerja sama pertahanan adalah bagian dari keinginan India untuk lebih mengintensifkan kerja sama kedua negara. "Kerja sama ini penting. Tidak hanya untuk kedua negara kita, tetapi juga diperlukan untuk kawasan Indo-Pasifik serta dunia,” kata Modi.
Hal senada juga disampaikan Perdana Menteri Australia Scott Morrison. “Di saat seperti ini, kami ingin banyak berhubungan dengan teman dan mitra terpercaya,” kata Morrison.
Kedua negara tengah bersitegang dengan China. Australia berkonflik dengan China terkait usulan penyelidikan atas asal usul virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19 yang kemudian menjadi pandemi global, serta sikap agresif China di Laut China Selatan.
Morrison meminta Beijing memberikan akses seluas-luasnya kepada penyelidik independen untuk menelusuri asal muasal virus yang telah menyebabkan munculnya Covid-19 pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Tindakan itu kemudian dibalas dengan pembatalan sejumlah agenda ekspor impor kedua negara, termasuk pembatalan impor daging sapi Australia ke China.
Sedangkan hubungan India dan China bergolak karena masalah perbatasan di kawasan perbukitan Ladakh Galwan, yang merupakan perbatasan beberapa negara, yaitu India, China, Bhutan dan Nepal. Menurut analis militer Chris Biggers, ratusan tentara penjaga perbatasan India dan China beberapa kali terlibat baku pukul dan aksi saling lempar batu yang mengakibatkan sejumlah tentara dari kedua pihak terluka, Mei lalu.
India juga keberatan dengan aksi sepihak China yang membangun beberapa fasilitas militer di daerah yang disengketakan, wilayah seluas 90 ribu kilometer persegi di Arunachal Pradesh. Pemerintah AS mencoba menawarkan diri menjadi mediator dalam masalah ini, namun pemerintah India menolaknya.
Seorang pejabat senior kementerian luar negeri India mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan Modi-Morrison sama sekali tidak membahas persoalan yang dihadapi masing-masing negara dengan Beijing.
Namun, para analis menilai, ketegangan AS-China serta masalah India dan Australia dengan Beijing mendorong kedekatan kedua negara untuk mengurangi risiko.
"Saya tidak berharap kedua orang ini akan menyebut abjad \'C\', China. Tapi, jauh di pikiran mereka, persoalan China menjadi salah satu fokus mereka,” kata Profesor Purnendra Jain, analis Studi Asia di Universitas Adelaide.
Dia menambahkan, kedua pimpinan pemerintahan menyadari bahwa keduanya tengah menghadapi gejolak yang sama dalam hubungan mereka dengan China. “Dan untuk menghadapinya, kita perlu melakukan sesuatu bersama. Ini tentang virus korona baru dan perdagangan bebas, tetapi ini juga sangat banyak tentang berurusan dengan China,” kata dia.
Akses dan pertemuan lanjutan
Kerja sama pertahanan itu membuat kedua negara membuka akses ke pangkalan militer masing-masing. India dan Australia melihat sektor pertahanan sebagai pilar utama dari kerja sama bilateral yang lebih erat. Kedua negara juga baru-baru ini melaksanakan latihan militer bersama.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam sebuah pernyataan mengatakan deklarasi maritim dengan India menandai langkah besar ke depan dalam hubungan keamanan dan pertahanan sebagai bagian dari Kemitraan Strategis Komprehensif antara kedua negara.
Menteri pertahanan kedua negara juga dijadwalkan akan melakukan dua kali pertemuan dalam setahun untuk membahas isu-isu strategis yang melibatkan kedua negara.
Selain kesepakatan pertahanan, kedua negara juga menyepakati hal lain di bidang pendidikan, pertambangan, hingga bidang teknologi informasi, termasuk di dalamnya adalah pertahanan siber. (AP/AFP/Reuters)