Merujuk Surat kepada Redaksi dari Bapak Ruchiyat (Kompas, 7/5/2020), saya setuju bahwa RT dan RW adalah ujung tombak yang membantu pemerintah menyosialisasikan pesan pemerintah kepada warga. Lebih dari itu, ketua RT sebenarnya adalah wakil rakyat yang benar-benar tahu kondisi di lapangan.
Namun, saya kurang sependapat jika alasan fokus kepada ketua RT-RW semata karena mereka mendapat gaji. Siapa pun warga yang ditunjuk secara musyawarah mufakat, asal telah dewasa, bisa menjadi ketua RT. Bisa pengusaha, profesor, karyawan, bahkan tukang bangunan, yang penting ikhlas dan dipercaya warganya.
Ini sungguh fenomena yang unik karena kenyataannya para ketua RT-RW ini harus membagi waktunya untuk bekerja, keluarga, dan melayani warga. Berbeda dengan pegawai kelurahan atau desa dan instansi lain yang memang mendapat gaji sebagai aparatur sipil negara (ASN).
RT-RW tidak masuk dalam struktur pemerintahan formal, tetapi menurut Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2018 mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu siapa pun, warga sekitar, dan instansi apa pun yang membutuhkan. Mereka menjadi kepanjangan tangan struktur pemerintahan formal terendah, yaitu kelurahan atau desa untuk mengadministrasi, mendata, atau menyampaikan bantuan langsung kepada warga.
Menurut pengalaman pribadi, periode 2010-2013 di tingkat RT dan 2013-2018 di tingkat RW—serta dari pengamatan sekitar akhir 1990-an karena orangtua menjadi pengurus RT—RT dan RW tidak digaji pemerintah. Mereka hanya mendapat dana bantuan operasional sesuai kemampuan pemerintah lokal.
Bantuan tersebut bisa digunakan untuk memfotokopi undangan rapat RT-RW, konsumsi, pengadaan alat tulis, dan biaya operasional lain, seperti biaya petugas penarik iuran. Sejatinya, para pengurus RT dan RW adalah sukarelawan yang menjadi mitra pemerintah sehingga tidak sepantasnya hanya menerima instruksi.
Saya yakin pengurus RT dan RW adalah orang-orang yang ikhlas bekerja dengan hati. Jika diperluas, kader posyandu, pekerja sosial masyarakat (PSM), PKK, dan sebagainya termasuk golongan ini.
Swasta Priambada
RT 005 RW 010 Simpang Ijen, Malang
Selamat ”Kompas”
Sebagai pembaca setia, saya mengucapkan selamat kepada Kompas yang menempati peringkat kelima surat kabar dunia. Penilaian berdasarkan popularitas dari 7.000 surat kabar di 200 negara.
Saya yakin, Kompas makin terpacu memberikan yang terbaik bagi pembacanya.
Vita Priyambada
Kompleks Perhubungan, Jatiwaringin, Jakarta 13620