Peluang Membangun Usaha Rintisan Baru di Normal Baru
›
Peluang Membangun Usaha...
Iklan
Peluang Membangun Usaha Rintisan Baru di Normal Baru
Pandemi Covid-19 tidak sedikit merugikan perusahaan rintisan karena adanya pergeseran perilaku masyarakat. Usaha rintisan harus mencari celah peluang baru untuk bisa bertahan.
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 tidak sedikit merugikan perusahaan rintisan atau start up karena adanya pergeseran perilaku masyarakat. Perusahaan rintisan di sektor terdampak, seperti pariwisata dan transportasi, kini seret.
Penyedia layanan sewa penginapan global, Airbnb, dan pionir transportasi daring, Uber Technologies, harus merumahkan dan memutus hubungan kerja ribuan karyawan mereka. Perusahaan jaringan hotel berbasis digital di Indonesia, Airy Room, bahkan menutup operasional mereka secara permanen mulai 31 Mei 2020.
Kesulitan ekonomi akibat pandemi yang merambah industri keuangan juga menyulitkan usaha rintisan seperti PrivyID. Pasalnya, usaha rintisan di bidang tanda tangan digital di Indonesia itu mayoritas menjalin kerja sama dengan perusahaan jasa keuangan dan perbankan.
Meski demikian, masih ada peluang usaha yang bisa diisi perusahaan rintisan seiring adanya pergeseran perilaku masyarakat. Pembatasan mobilitas dan interaksi fisik kini banyak meningkatkan ketergantungan pada teknologi digital.
CEO PrivyID Marshall Pribadi, dalam diskusi media terbatas yang diselenggarakan, Rabu (3/6/2020), mengatakan, perusahaan mereka kini justru mendapat banyak permintaan penyediaan tanda tangan digital dari perusahaan-perusahaan baru.
”Sekarang banyak permintaan produk tanda tangan digital, seperti untuk surat kuasa, kuitansi, dan tagihan yang tadinya hanya di atas kertas dan harus bertemu fisik. Akibat dari ini, selama Februari ke Maret 2020, ada kenaikan 350 persen secara jumlah perusahaan,” katanya.
Permintaan lain yang, menurut dia, meningkat saat ini adalah solusi terkait teknologi, seperti di bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, Andrew Prasetya selaku Marketing Head iPrice menilai, perkembangan tren penjualan daring juga jadi peluang untuk memulai bisnis usaha rintisan.
Pandemi banyak memaksa pedagang yang biasanya berjualan secara konvensional beralih ke dalam jaringan (online). Ia juga mencatat, perubahan tren pencarian di e-dagang. Jika dahulu e-dagang banyak digunakan untuk mencari barang elektronik dan fashion, sekarang tren pencarian lebih variatif.
”Kita melihat ini bisa jadi kesempatan selama kita cepat memahami cara orang mencari barang dan adaptasi mereka,” ujarnya.
Bisnis berkelanjutan
Dalam mengembangkan usaha rintisan, pendiri perusahaan juga harus mengubah model bisnis agar dapat berkelanjutan. Head of Investment Mandiri Capital Indonesia Rabbi Amrita Givatama mengatakan, hal ini berkaca dari fenomena yang terjadi di banyak perusahaan rintisan.
”Ada satu hal fundamental yang berubah, pendiri perusahaan rintisan lebih perhatian pada arus kas. Kalau dulu mereka banyak mengeluarkan uang besar-besaran, sekarang model bisnis yang menguntungkan juga dilihat,” katanya pada kesempatan sama.
Agar bisnis dapat berkelanjutan, Rabbi berpendapat, perusahaan rintisan harus memiliki fondasi yang kuat. Fondasi tersebut harus berasal dari produk yang dibentuk sebagai solusi atas masalah yang ada.
Kekuatan produk usaha rintisan dengan bisnis berkelanjutan, menurut dia, akan lebih menarik investor yang kini lebih selektif memilih perusahaan yang didanai. Baru-baru ini, perusahaan rintisan transportasi daring Gojek dilaporkan mendapat suntikan modal dari perusahaan media sosial Facebook dan perusahaan pembayaran PayPal.
Mengutip TechCrunch belum lama ini, Facebook mengatakan, penanaman modal tersebut bertujuan untuk mengembangkan bisnis lokal di Indonesia lewat platform Gojek dan Whatsapp.
Melihat fakta tersebut, tidak dimungkiri bahwa investor masih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan dengan produk yang diminati di tengah perubahan perilaku masyarakat dan berkelanjutan.