Amerika Serikat dan Iran, yang telah lama berseteru, mengambil langkah yang tidak biasa dengan saling membebaskan tawanan rival masing-masing itu. Angin segar ini diharapkan menjadi awal membaiknya hubungan kedua negara.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT – Hubungan Amerika Serikat dengan Iran terlihat membaik setelah kedua negara saling membebaskan tawanan dari masing-masing negara. Baik AS maupun Iran berharap pembebasan kali ini dilanjutkan dengan pembebasan para tawanan lainnya.
Presiden AS Donald Trump mengapresiasi pemerintah Iran dan berharap hubungan kedua negara bisa membaik. “Terima kasih Iran, ini menunjukkan kesepakatan bisa saja dicapai!” tulis Trump melalui akun Twitter-nya.
Hal ini menjadi titik terang yang langka bagi kedua negara yang semakin mengeras dalam permusuhan sejak Trump berkuasa pada tahun 2017. Ditanya apakah pembebasan tahanan ini akan menjadi awal dibukanya kembali hubungan AS-Iran, juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley mengatakan kepada Fox News Channel, ”Harapannya demikian.”
Selama ini kedua negara berselisih dalam banyak hal, antara lain yaitu soal sanksi ekonomi, keluarnya AS dari kesepakatan nuklir Iran, serta pembunuhan Qassem Soleimani, jenderal pasukan Garda Revolusi Iran, oleh serangan pesawat nirawak AS pada awal tahun ini.
Pertukaran tawanan yang dimaksud bahwa Iran telah membebaskan veteran Angkatan Laut (AL) AS Michael White, sementara AS membebaskan dua warga Iran. “Saya bersyukur mengumumkan bahwa mimpi buruk ini telah berakhir, dan anak saya dalam perjalanan pulang dengan selamat,” kata Joanne White, ibu dari Michael White.
Joanne White juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah AS dan Pemerintah Swiss.
Bill Richardson, mantan duta besar AS yang berasal dari kalangan Partai Demokrat, menyebutkan bahwa dirinya telah bertemu dengan sejumlah pejabat senior, termasuk Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, untuk mempersiapkan pembebasan White.
Berkat hubungan personal
Menurut Richardson, keberhasilan pembebasan White bergantung pada “hubungan personal dan rasa hormat.” Langkah itu tidak mudah mengingat tensi yang tinggi antarkedua negara dalam beberapa bulan terakhir.
White, yang selama di Iran dinyatakan positif Covid-19, diterbangkan dengan pesawat militer Swiss ke Zurich. Di kota ini sejumlah pejabat AS telah menantinya. Ketika White dalam perjalanan pulang, hakim federal di AS mengeluarkan perintah untuk membebaskan Majid Taheri, seorang dokter Iran-Amerika.
Sehari sebelumnya, ilmuwan terkemuka Iran yang ditangkap tahun 2016 bersamaan dengan kunjungan ilmiahnya, Cyrus Asgari, juga dibebaskan dan kembali ke Iran. "Ini bisa terjadi pada semua tahanan. Tidak pilih-pilih,” kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Twitter. “Para sandera Iran ditahan–dan atas nama–AS harus kembali pulang,” kata Zarif.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, otoritas Iran telah bersikap “konstruktif” dengan membebaskan White. Tetapi, Pompeo tetap mendesak pembebasan tiga warga AS keturunan Iran lainnya yang masih ditahan.
White, yang bergabung dengan AL AS selama 13 tahun, ditangkap aparat Iran pada Juli 2018 di Kota Mashhad di Iran timur laut setelah mengunjungi perempuan yang dikenalnya secara daring. Setahun kemudian ia dijatuhi hukuman minimal 10 tahun penjara dengan tuduhan menghina Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan menulis komentar anti-rezim Iran di media sosial dengan nama samaran.
Pada Maret 2020 ketika Iran dihantam pandemi Covid-19, White diserahkan ke tahanan Swiss di Iran. Swiss mewakili kepentingan AS di Iran karena AS dan Iran tidak memiliki hubungan diplomatik sejak Revolusi Iran tahun 1979.
Sementara itu, Asgari adalah ilmuwan dari Sharif University of Technology di Teheran. Ia ditahan AS sejak empat tahun lalu ketika berkunjung untuk kepentingan akademik ke Ohio dan dituduh mencuri rahasia perdagangan.
Ia kemudian dibebaskan, tetapi diserahkan ke Departemen Imigrasi dan Bea Cukai AS yang--menurut Asgari--menolak membebaskannya dan menahannya di penjara di Louisiana tanpa sanitasi dasar.
Sedangkan Taheri, seorang dokter di Tampa, Florida, AS, dituduh melanggar sanksi AS dengan mengirimkan sejumlah barang ke Iran. Taheri mengatakan, barang-barang yang dikirim ke Iran itu untuk kepentingan penelitian vaksin. Tetapi, otoritas AS menyatakan barang itu harus membutuhkan lisensi karena bisa digunakan untuk mengembangkan senjata kimia dan biologi.
Taheri juga dituduh mengatur sejumlah deposito bank untuk menghindari kewajiban pelaporan yang disyaratkan oleh hukum federal.
Para pengamat melihat bahwa pembebasan tahanan merupakan cara yang jarang dilakukan untuk memulai sebuah dialog antara dua negara. Meski begitu, ada bebarapa pakar yang sangat menanti ada kemajuan dalam hubungan antara Iran dan AS sebelum pemilihan presiden AS, November 2020.