Perlombaan sejumlah negara mengembangkan vaksin Covid-19 diharapkan bisa mempercepat hadirnya vaksin yang dinanti. Tapi, setelah vaksin ada dunia harus menyepakati prioritas pemberiannya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, Kamis (4/6/2020), mengatakan, vaksin Covid-19 harus tersedia untuk semua orang di seluruh dunia. Kesetaraan akses menjadi penentu keberhasilan bersama masyarakat dunia mengakhiri pandemi global Covid-19.
Dalam pesannya yang disampaikan melalui video, Guterres mengatakan, “vaksin harus diperlakukan sebagai barang publik global, sebuah vaksin rakyat yang semakin banyak diminta oleh para pemimpin dunia.”
Ia menegaskan, diperlukan adanya solidaritas global untuk memastikan bahwa setiap orang, di mana pun, memiliki akses.
Sebelumnya, PBB bersama dengan Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) mengingatkan negara maju dan industri farmasi untuk tidak mengamankan vaksin Covid-19 untuk sekelompok masyarakat tertentu atau beberapa negara tertentu saja.
Peringatan itu dikeluarkan IFRC dan PBB karena ada indikasi beberapa negara maju dan industri farmasi ingin mengkooptasi akses vaksin Covid-19.
Pemerintah AS, misalnya, telah menggelontorkan dana senilai 1,2 miliar dollar AS kepada perusahaan farmasi AstraZeneca. Nilai itu setara dengan 300 juta dosis vaksin dari rencana 1 miliar vaksin yang akan diproduksi.
Tidak hanya AstraZeneca, AS juga mendekati perusahan farmasi Perancis, Sanofi, untuk akses yang sama. Lobi-lobi itu membuat berang Pemerintah Perancis.
Hal itu sejalan dengan laporan New York Time yang menyebutkan bahwa pemerintah AS telah memilih lima perusahaan farmasi untuk memproduksi vaksin Covid-19. Kelima perusahaan farmasi itu adalah Moderna Inc, AstraZeneca Plc, Pfizer Inc, Johnson & Johnson, dan Merck & Co Inc. Pengumuman ini rencananya akan disampaikan secara resmi dalam beberapa minggu ke depan.
Kelima perusahaan tersebut akan mendapatkan akses terhadap dana tambahan pemerintah untuk membantunya melakukan uji klinis dan dukungan logistik juga keuangan.
Laporan itu tidak menyebutkan potensi vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Perancis Sanofi, Novavax Inc, dan Inovio Pharmaceuticals Inc.
Gedung Putih tidak memberikan tanggapan atas laporan ini. Tapi Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS menyebutkan bahwa mereka tidak bisa memberikan komentar atas informasi yang menggerakkan pasar.
Dalam sebuah tulisan di laman gatesfoundation, CEO Gavi Alliance Seth Barkley, mengakui bahwa penentuan prioritas distribusi vaksin Covid-19 akan jadi tantangan. Dalam distribusi vaksin Covid-19 bukan cuma memastikan kesetaraan akses negara kaya dan miskin tapi juga harus mempertimbangkan aspek signifikansi kesehatan masyarakat.
“Jika penyakit ini masih menewaskan banyak petugas medis barangkali prioritas pertama adalah memberikan vaksin pada semua petugas medis di dunia,” ujar Seth.
Sementara itu, menjelang pertemuan tingkat tinggi soal vaksin, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyerukan sebuah era baru kerja sama kesehatan global untuk menyatukan manusia dalam pertarungan melawan penyakit, terutama yang terjadi di negara-negara miskin.
Pertemuan yang akan digelar secara daring oleh Inggris itu bertujuan mengumpulkan 7,4 miliar dollar AS untuk program imunisasi yang terhambat akiabt pandemi Covid-19 serta menggalang dana untuk mendukung pengembangan vaksin Covid-19.
Ada lebih dari 50 negara yang akan bergabung dalam pertemuan itu termasuk filantrofi Bill Gates. Mereka mencoba menggalag dana untuk Gavi Alliance yang akan memperkuat program imunisasi dan menyediakan vaksin yang terjangkau bagi sekitar 300 juta anak di seluruh dunia.
“Dukungan untuk imunisasi rutin ini akan memperkuat sistem kesehatan negara miskin dalam melawan Covid-19 – sekaligus membantu global mengendalikan pandemi,” kata Boris.
“Virus ini telah menunjukkan betapa terhubungnya kita semua. Kita melawan musuh tak kasat mata dan jujur tidak ada yang aman sampai kita semua aman.”(AFP/REUTERS/MHD)