Aktivitas perkantoran kembali diperbolehkan dalam masa PSBB transisi yang mulai berlaku akhir pekan ini. Terjadinya kerumunan di area kantor yang tidak memungkinkan jaga jarak membuat cemas karyawan.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Aktivitas perkantoran di Jakarta dapat dimulai secara sebagian memasuki masa pembatasan sosial berskala besar transisi. Namun, karyawan perkantoran tetap merasa khawatir bakal terpapar virus penyebab Covid-19.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 51 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB Transisi telah mengatur 15 poin tata laksana penyesuaian kegiatan aktivitas masyarakat di tempat kerja.
Rangkaian 15 butir kewajiban yang tertulis pada Pasal 13 tersebut mengatur banyak hal, dari pembetukan tim penanganan Covid-19 di tempat kerja, pembatasan kapasitas 50 persen, pengenaan masker, penyediaan hand sanitizer, hingga jaga jarak bekerja minimal satu meter.
Bahkan ada sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakan sejumlah kewajiban tersebut, denda administratif sebesar Rp 25 juta.
Meski demikian, bagi Ari (28) karyawan swasta di kawasan Pondok Indah, Jakarta, kekhawatiran tetap muncul akan potensi penularan di tempat kerja.
Dalam situasi perkantoran gedung tinggi di Jakarta, ada sejumlah titik di mana masyarakat tidak bisa menjaga jarak secara optimal. Menurut Ari, salah satu titik utama tersebut adalah antrean lift atau elevator. Lift yang relatif sempit pun membuat upaya menjaga jarak menjadi tidak mudah dilakukan.
Pembatasan kapasitas lift akan membuat antrean panjang di lobi. Menurutnya, di kondisi saat itu lah potensi terpapar virus menjadi tinggi. “Liftnya terbatas, jadi kalau berdesak-berdesakan di lobi, ya sama saja,” kata Ari pada Sabtu (6/6/2020) di Jakarta.
Kantor Ari telah menetapkan bahwa karyawan mulai masuk kantor lagi per 15 Juni, namun ia berencana mengambil cuti sepekan untuk melihat apakah terjadi lonjakan pasca PSBB transisi diterapkan mulai akhir pekan ini. “Rencananya mau melihat satu dua pekan setelah relaksasi ini apakah kasus Covid-19 naik atau tidak,” kata Ari.
Hingga kini, penyebaran Covid-19 di Jakarta belum sepenuhnya berhenti. Jumlah penambahan kasus positif harian masih fluktuatif.
Selama sebulan terakhir, berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta di corona.jakarta.go.id, jumlah orang positif harian berkisar antara 43–182 kasus per harinya. Pada hari ini, Sabtu (6/6/2020), jumlah kasus bertambah 102 orang, di mana hari sebelumnya hanya terdapat 83 kasus baru.
Kami meminta perhatian khusus pada sistem ventilasi dan sterilisasi toilet sebagai pusat penyebaran virus, upaya perlindungan diri menggunakan masker dan menghindari kerumunan harus dilakukan oleh masyarakat umum
Seperti yang diketahui, sejumlah akademisi dan penelitian dari berbagai negara menyatakan bahwa pelonggaran pemberlakuan PSBB berkemungkinan untuk mengakibatkan lonjakan kasus Covid-19.
Kekhawatiran yang sama juga disampaikan Mayang (27), karyawan swasta yang bekerja di kawasan Setiabudi, Jakarta. Kantornya yang terletak di lantai 17 membuat ia khawatir untuk berada di dalam lift berlama-lama.
Melayang di ruangan sempit
Sebuah penelitan yang dipublikasikan pada jurnal ternama Nature menyatakan bahwa virus bisa melayang di udara, terlebih lagi di ruangan yang penuh dan memiliki ventilasi yang buruk. Studi ini meneliti karakteristik aerodinamika virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2 di dua rumah sakit di Wuhan, China.
Penting bagi karyawan yang mulai masuk ke kantor dalam beberapa hari ke depan untuk sebisa mungkin menggunakan lift sendirian. Masyarakat diminta untuk terus mengenakan masker meski berada di lift sendirian
Penelitian yang dipimpin oleh Ke Lan dari Wuhan University tersebut meminta perhatian lebih kepada otoritas untuk melakukan sterilisasi di permukaan yang rentan terkena paparan virus serta pencegahan terjadinya kerumunan untuk mengurangi risiko penularan.
“Kami meminta perhatian khusus pada sistem ventilasi dan sterilisasi toilet sebagai pusat penyebaran virus, upaya perlindungan diri menggunakan masker dan menghindari kerumunan harus dilakukan oleh masyarakat umum,” tulis Ke Lan dalam artikel tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh ahli kualitas udara dalam ruangan Richard Corsi dari Portland State University, mengatakan ada kemungkinan 25 persen bagi seorang pengguna lift terpapar partikel virus yang berada di dalam lift kosong yang baru mengantarkan seseorang yang terinfeksi Covid-19.
“Dari penelitian ini saya ingin menunjukkan bahwa sebagian partikel pembawa virus masih bisa melayang di udara setelah seorang dengan infeksi Covid-19 menggunakannya,” kata Corsi kepada New York Times.
Untuk itu, penting bagi karyawan yang mulai masuk ke kantor dalam beberapa hari ke depan untuk sebisa mungkin menggunakan lift sendirian. Masyarakat diminta untuk terus mengenakan masker meski berada di lift sendirian; untuk mencegah penularan dari orang yang sebelumnya menggunakan lift. Masyarakat juga diharapkan untuk cuci tangan setelah menekan tombol lift.