Nanas Pemalang Tembus Pasar Arab Saudi, Oase di Tengah Pandemi
›
Nanas Pemalang Tembus Pasar...
Iklan
Nanas Pemalang Tembus Pasar Arab Saudi, Oase di Tengah Pandemi
Sebanyak 12 ton nanas segar produksi Desa Beluk, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, diekspor dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menuju Jeddah, Arab Saudi, dengan nilai Rp 176 juta.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEMALANG, KOMPAS - Nanas asal Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah untuk pertama kalinya menjangkau pasar ekspor, yakni ke Arab Saudi. Hal itu menjadi oase di saat pemasaran lokal merosot hingga 75 persen akibat terdampak pandemi Covid-19.
Pada Kamis (4/6/2020), di Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang melepas 12 ton nanas segar yang berasal dari Desa Beluk, Kecamatan Belik, Pemalang. Nanas dengan total nilai Rp 176 juta itu dikirim ke Jeddah, Arab Saudi.
Namun, karena Covid-19 ini jaringannya tertutup, karena ada pembatasan seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Bahkan menurun hingga 75 persen. Dari ekspor, semoga ekonomi terangkat (Imam Faizi)
Salah satu petani nanas di Desa Beluk, Imam Faizi (40), dihubungi dari Kota Tegal, Jumat (5/6/2020), mengatakan, di daerahnya, sekali panen bisa menghasilkan sekitar 20.000 buah per hektar, dengan berat 3,5-4 ons. Dari masa berbunga hingga panen, diperlukan waktu sekitar 7 bulan.
Selama ini, pemasaran lokal atau dalam negeri sudah ada, hingga Semarang, Jakarta, bahkan Bali. "Namun, karena Covid-19 ini jaringannya tertutup, karena ada pembatasan seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Bahkan menurun hingga 75 persen. Dari ekspor, semoga ekonomi terangkat," ujarnya.
Meningkatkan wawasan
Ekspor juga menjadi hal baru bagi mereka, sehingga diharapkan meningkatkan wawasan petani, baik dalam menjaga kualitas produksi maupun pemasaran. Selain nanas segar, produk industri rumahan seperti untuk koktail buah, keripik, dan selai juga dikembangkan.
Imam menjelaskan, Kecamatan Belik, di kaki Gunung Slamet, memang menjadi salah satu sentra nanas. "Kultur tanahnya cocok dengan bibit nanas Pemalang. Rasanya buahnya lebih manis, kandungan air tak terlalu banyak, dan teksturnya tak terlalu banyak serat," katanya.
Koordinator Fungsional Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang Heri Widarta, mengatakan, selama ini, komoditas buah memang belum banyak terserap untuk ekspor yang dikirim melalui Tanjung Emas. Kalaupun ada buah ekspor, lebih banyak dikirim lewat Jakarta.
Padahal, kata Heri, Jateng kaya akan buah-buahan dan sayur-sayuran yang potensial untuk diekspor. "Salah satu kekurangannya yakni masih sedikit pengusaha rumah pengemasan atau fasilitas yang mendukung produuk hortikultura itu untuk diekspor," ucap Heri. Sementara dari sisi petani, keterbatasan informasi menjadi kendala
Apabila telah menembus ekspor, pada akhirnya, kesejahteraan petani akan terangkat karena nilainya tak akan sama dengan pasar lokal. Ke depan, petani pun akan menjadi lebih siap menghadapi pasar ekspor, baik dalam menjaga kualitas produksi maupun penyimpanan yang berkelanjutan.
Menurut data Balai Karantina Pertanian Semarang, saat ini tercatat ada 1.529 hektar lahan yang dimiliki oleh para petani di Desa Beluk, Pemalang. Kondisi lingkungan dengan topografis yang cocok untuk pertumbuhan menjadikan nanas tersebut selama ini telah digemari pasar lokal.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang Parlin Robert Sitanggang menuturkan, ekspor itu dapat terwujud karena sinergi direktorat teknis, instansi pertanian daerah, pelaku usaha, dan petani. Ekspor ini menjadi kontribusi positif di tengah masa pandemi Covid-19.