Warga Nekat untuk Melawan China, Bawa Spanduk Kemerdekaan Hong Kong
›
Warga Nekat untuk Melawan...
Iklan
Warga Nekat untuk Melawan China, Bawa Spanduk Kemerdekaan Hong Kong
Pascaperingatan 31 tahun Tragedi Lapangan Tiananmen di Hong Kong, kelompok prodemokrasi Hong Kong tetap turun ke jalan menggemakan demokrasi dan kebebasan Hong Kong dari China.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
HONG KONG, JUMAT – Puluhan warga Hong Kong dari segala usia bergerak menuju sebuah mal untuk berunjuk rasa, Jumat (5/6/2020), sambil meneriakkan slogan-slogan prodemokrasi. Aksi ini terjadi sehari setelah ribuan warga lainnya melanggar larangan polisi untuk menggelar peringatan peristiwa Tiananmen, Beijing, China, 1989.
Beberapa pemrotes nekat membawa spanduk bertuliskan ”Kemerdekaan Hong Kong” dan ”Bebaskan Hong Kong, revolusi zaman kita” termasuk bendera Inggris. Ada yang menyerukan ”Kejayaan Hong Kong”. Setelah 1 jam, unjuk rasa pun berakhir damai. Aksi ini merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap China.
Peringatan tragedi Tiananmen, saat aparat menembak para demonstran, tahun ini menjadi sensitif karena Beijing telah menyusun Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional yang akan berlaku bagi Hong Kong dan Makau.
Pada Kamis (4/6/2020) siang pun, legislatif Hong Kong mengesahkan pemberlakuan UU Penghinaan terhadap Lagu Kebangsaan dan Bendera China. Kelompok prodemokrasi Hong Kong memandang hal ini sebagai ancaman kebebasan Hong Kong.
Akibatnya, untuk pertama kalinya dalam 31 tahun protes massal menentang penerapan UU Keamanan mengganggu peringatan Tiananmen yang biasanya diperingati besar-besaran di Hong Kong.
Pada Kamis malam, ribuan warga Hong Kong memadati Taman Victoria untuk memperingati 31 tahun Tragedi Lapangan Tiananmen. Polisi memasang barikade untuk menghalangi ribuan warga berkumpul di Taman Victoria. Polisi juga memutar rekaman yang berisi peringatan agar tidak berpartisipasi dalam pertemuan yang dicap ilegal itu. Namun, warga tidak mematuhinya.
Warga menerobos barikade yang dibuat polisi, memilih melanggar larangan otoritas Hong Kong untuk tidak berkumpul dalam jumlah besar demi mencegah penularan Covid-19. Kenekatan pengunjuk rasa itu diduga ditujukan untuk tetap menggelorakan semangat perlawanan mereka terhadap Pemerintah China.
Polisi menyebutkan di Twitter bahwa andai saja para pemrotes tidak memblokade jalanan di Distrik Mong Kok polisi tidak akan intervensi. Selama ini permohonan peringatan Tragedi Lapangan Tiananmen ditolak oleh otoritas Hong Kong dengan alasan khawatir terjadi penyebaran Covid-19.
Ribuan warga berduyun-duyun memadati Taman Victoria. Mereka menyalakan lilin dan melakukan laku hening selama satu menit tepat pada pukul 20.09 waktu setempat. Setelah itu, satu per satu warga meneriakkan yel-yel untuk membakar semangat.
“Demokrasi sekarang juga!,” teriak salah satu warga, yang disambut gemuruh suara warga lainnya. “Pantang mundur untuk kebebasan kita. Tetaplah bersama Hong Kong!,” teriak warga lain yang mendapat sambutan meriah dari warga lainnya yang hadir.
"Jika kita tidak keluar hari ini, kita bahkan tidak tahu apakah kita masih bisa keluar tahun depan," kata salah satu peserta, Serena Cheung.
Gejolak di Hong Kong pun tak luput perhatian Amerika Serikat. Negara adidaya itu menugaskan kapal perangnya, USS Russel, untuk mengamati situasi di Hong Kong dari kejauhan.
AS merespon keinginan langkah China memperkuat cengkeramannya di Hong Kong melalui UU keamanan dengan mencabut hak perdagangan khusus yang diberikan kepada Hong Kong.
Penghapusan status khusus akan memengaruhi perjanjian ekstradisi bilateral, hubungan komersial, dan kontrol ekspor antara AS dan Hong Kong yang masih menyandang status sebagai pusat keuangan Asia.
Langkah ini menambah gesekan antara AS dan China - dua negara dengan perekonomian terbesar dunia - di tengah krisis Covid-19 serta kemelut perang dagang yang belum sepenuhnya diselesaikan.
Pemerintah China menilai keputusan Washington melepaskan status perdagangan khususnya atas Hong Kong telah melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Beijing menegaskan status yang melekat pada Hong Kong itu diakui oleh seluruh anggota WTO dan tidak semata tergantung pada AS.(REUTERS/MHD)