Memasuki Kemarau, Kebakaran Hutan dan Lahan Masih Berpotensi di Kala Pandemi
›
Memasuki Kemarau, Kebakaran...
Iklan
Memasuki Kemarau, Kebakaran Hutan dan Lahan Masih Berpotensi di Kala Pandemi
Kian mendekati musim kemarau, daerah agar mulai meningkatkan kesiapsiagaan guna mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah daerah mulai memasuki musim kemarau dan kebakaran hutan serta lahan mulai terjadi. Diperlukan antisipasi sejak dini agar kebakaran tidak meluas sehingga memperparah dampak kesehatan warga yang tengah menghadapi pandemi Covid-19.
Kepala Subbidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhammad Fadli, dalam pertemuan dengan media secara daring, Selasa (30/6/2020), mengatakan, sebanyak 86,6 persen wilayah Indonesia sudah masuk awal musim kemarau sejak Juni 2020.
Yang perlu diwaspadai, sebagian daerah bisa mengalami musim kemarau lebih kering dari normal.
Akan ada tambahan 8,2 persen lagi wilayah yang masuk kemarau di bulan Juli dengan puncaknya pada Agustus 2020. ”Yang perlu diwaspadai, sebagian daerah bisa mengalami musim kemarau lebih kering dari normal,” kata Fadli.
Hasil monitoring BMKG terhadap indikator anomali iklim Samudera Pasifik, yaitu suhu muka laut wilayah indikator ENSO, sampai dengan pertengahan Juni dalam kondisi netral. Sebagian besar lembaga meteorologi dunia memprediksi anomali suhu muka laut sampai akhir tahun berkisar antara netral dan La Nina lemah.
Apabila kondisi La Nina terjadi, hal tersebut dapat menambah peluang hujan di sebagian Indonesia sehingga musim kemarau lebih basah. Dari berbagai kondisi tersebut, musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia diperkirakan akan cenderung basah. Namun, ada potensi kekeringan lebih tinggi dari rata-rata di 30 persen wilayah zona musim.
Dalam Prakiraan Musim Kemarau 2020 yang dirilis BMKG disebutkan, sejumlah wilayah yang lebih kering dari normal tersebut berada di sebagian Aceh, sebagian pesisir timur Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung bagian timur, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian tengah dan utara, sebagian Jawa Timur, Bali bagian timur, NTB bagian timur, sebagian kecil NTT, Kalimantan Timur bagian tenggara, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, dan Maluku bagian barat dan tenggara.
Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jarak Jauh LAPAN, Jalu Tejo Nugroho, mengatakan, berdasarkan kondisi global, walaupun terdeteksi peningkatan El Nino hingga Desember 2020 dengan persentase 20 persen, peluang La Nina juga meningkat. ”Jadi, kemungkinan kemarau, tetapi peluang turun hujan juga masih ada. Dari data satelit, secara umum potensi kekeringan normal, tetapi bisa naik,” katanya.
Siaga
Radian Bagiyono dari Subbidang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan, pantauan titik panas di wilayah Indonesia, dari 1 Januari sampai 29 Juni terjadi penurunan sekiar 40 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
”Terdapat 892 titik panas dengan level kepercayaan 80 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, yakni sebesar 1.493 titik panas. Luas kebakaran yang teridentifikasi sampai saat ini 38.773 hektar (ha), menurun 15 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu,” tuturnya.
Menurut Radian, wilayah Riau dan Kalimantan Barat yang rentan mengalami kebakaran hutan telah melalui periode pertama musim kemaraunya, yaitu Februari-April, tetapi sekarang mulai kembali memasuki kemarau.
”Saat ini, kembali mulai kemarau dan memasuki periode krisis karhutla. Biasanya puncak kemarau di bulan-bulan depan sehingga harus siap siaga. Selain Sumatera dan Kalimantan, daerah dataran tinggi di Jawa juga harus waspada,” ujarnya.
Radian mengatakan, sejauh ini baru dua provinsi yang menaikkan level siaga, yaitu Riau dan Sumsel. ”Untuk antisipasi puncak kemarau yang akan mulai ke depan, operasi modifikasi cuaca untuk membasahi lahan-lahan gambut dan mengisi kanal atau embung akan mulai dilakukan,” ucapnya.
Teguh Harjio dari Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, antisipasi kebakaran hutan dan lahan harus dilakukan lebih optimal di tahun ini. Dengan demikian, masyarakat tidak mengalami risiko ganda dengan masih bersirkulasinya wabah Covid-19. Berdasarkan data BNPB, kebakaran lahan telah terjadi di Riau dan Sumatera Selatan.
Di Riau, kebakaran lahan seluas 3 ha terjadi di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Dumai, Senin (29/6). Pemadaman dilakukan tim dari Kota Dumai. Adapun untuk kebakaran di Muara Enim Ogan Komering dan Ogan Ilir, Sumatera Selatan, BNPB telah memberikan dukungan pengeboman air menggunakan helikopter.