Setelah Pencabutan PSBB, Kasus Positif Covid-19 di Palembang Meningkat
›
Setelah Pencabutan PSBB, Kasus...
Iklan
Setelah Pencabutan PSBB, Kasus Positif Covid-19 di Palembang Meningkat
Jumlah kasus positif Covid-19 di Sumatera Selatan meningkat signifikan setelah pembatasan sosial berskala besar di Kota Palembang dicabut. Peningkatan ini ditengarai terjadi karena masyarakat lepas kontrol.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Jumlah orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Sumatera Selatan meningkat signifikan setelah pembatasan sosial berskala besar di Kota Palembang dicabut. Peningkatan ditengarai karena masyarakat lepas kontrol dan tidak menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
Berdasarkan data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumsel, pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) 3 Juni-16 Juni, angka konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 420 kasus. Sementara saat PSBB dicabut pada 17 Juni, hingga Selasa (30/6/2020) kasus positif Covid-19 bertambah 551 kasus.
Adapun per Selasa (30/6/2020), jumlah kasus positif di Sumsel mencapai 2.049 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.360 orang merupakan warga Palembang.
Ahli Epidemiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, Selasa, mengatakan, angka reproduksi efektif (Rt), indeks yang menunjukkan tingkat penularan virus SAR-CoV-2 penyebab wabah Covid-19, kembali meningkat setelah Pemerintah Kota Palembang mencabut PSBB. Saat PSBB, angka Rt di Palembang mencapai 0,99, tetapi saat PSBB dicabut angkanya meningkat menjadi 1,02.
Iche menuturkan, memang keputusan untuk mencabut PSBB bertujuan untuk menggerakkan perekonomian, tetapi akibatnya masih banyak masyarakat yang melakukan pelanggaran terutama di sejumlah tempat keramaian, salah satunya pasar. Saat ini sudah ada dua pasar di Palembang yang menjadi kluster, yaitu Pasar Kebun Semai dan Kebun Bunga.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Palembang mencatat, di Pasar Kebun Semai terkonfirmasi 33 pedagang dan pengelola positif Covid-19, sedangkan untuk Pasar Kebun Bunga tercatat ada enam orang yang terkonfirmasi positif. ”Itulah sebabnya sampai saat ini Palembang pun masih ditetapkan sebagai zona merah,” ucap Iche.
Dirinya berharap agar situasi ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk menerapkan PSBB kembali terutama di Palembang. Apalagi saat ini sudah memasuki tahun ajaran baru. ”Jangan sampai sekolah menjadi kluster baru,” ucap Iche. Sebelum membuka sekolah, banyak hal yang perlu diperhatikan, mulai dari kesiapan protokol kesehatan hingga mempertimbangkan masukan dari sejumlah pakar.
Agar situasi ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk menerapkan PSBB kembali terutama di Palembang.
Menanggapi permasalahan ini, Juru Bicara Dinas Kesehatan Kota Palembang, Yudhi Setiawan, mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan peningkatan kasus di Kota Palembang, selain masih ada yang tidak taat dengan protokol kesehatan. Peningkatan kasus ini juga disebabkan oleh masifnya pelacakan yang dilakukan oleh gugus tugas terhadap orang yang berinteraksi erat dengan warga yang positif. ”Dalam satu hari, kami bisa memeriksa 70-80 orang,” ucapnya.
Terkait kebijakan pencabutan status PSBB, ungkap Yudhi, ini merupakan kesepakatan dari gugus tugas secara keseluruhan. ”Sampai saat ini pun status Palembang masih orange,” katanya. Hal ini didasari dari perhitungan ke-14 indikator, mulai dari sisi fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan, epidemiologi, hingga jumlah kasus positif.
Senada dengan pernyataan Iche, dalam situs covid-19.go.id, Selasa, (30/6/2020) pukul 21.00, Kota Palembang masih masuk kategori zona merah.
Terkait adanya perbedaan penetapan status zona Kota Palembang, Yudhi mengatakan, kemungkinan ada perbedaan waktu pengambilan perhitungan sehingga terjadi perbedaan. ”Akan kami koordinasikan dengan gugus tugas Provinsi Sumsel,” ucap Yudhi.
Yudhi mengakui, setelah PSBB dicabut, memang ada sejumlah pelanggaran yang ditemukan. Oleh karena itu, pihaknya meminta masyarakat agar tetap waspada karena pandemi ini masih tetap ada di sekitar warga. Selain itu, dirinya berharap agar pihak berwajib lebih ketat dalam melakukan pengawasan. ”Jangan segan untuk menegur jika ada yang melanggar protokol,” ujarnya.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumsel, Yusri, mengatakan, walau jumlah konfirmasi positif Covid-19 di Sumsel meningkat, jumlah warga yang sembuh juga meningkat. Bahkan jumlahnya melebihi dari kasus yang masih aktif.
Saat ini, ujar Yusri, kasus sembuh di Sumsel mencapai 1.032 orang, sedangkan orang yang masih dirawat dan menunggu hasil uji usap sebanyak 927 orang. ”Adapun orang yang meninggal dunia di Sumsel mencapai 90 orang,” katanya.
Yusri mengatakan, meningkatnya warga Sumsel yang sembuh disebabkan oleh penanganan yang cepat setelah kapasitas laboratorium ditingkatkan. Saat ini, proses pemeriksaan di laboratorium hanya membutuhkan waktu dua hari, jauh lebih cepat dibandingkan waktu pemeriksaan sebelum Juni yang membutuhkan waktu lebih dari satu minggu.