Seandainya berhasil mewujudkan skema bantuan sehingga anggota UE yang tumbuh minus dapat tertolong dan perekonomian Eropa tak terjerembap, hal itu akan menjadi warisan penting Kanselir Jerman Angela Merkel .
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Jerman mendapat giliran sebagai Ketua Uni Eropa. Kepemimpinan Kanselir Jerman Angela Merkel pun diharapkan membawa Eropa bisa mengatasi dampak pandemi.
Saat wabah Covid-19 mulai merebak beberapa bulan silam, pemimpin dan pejabat di sejumlah negara menganggap remeh situasi itu. Mereka tak segera menerapkan pembatasan sosial atau karantina. Beberapa laporan menyebutkan, keterlambatan menghentikan rangkaian pertandingan liga sepak bola dan membatalkan festival keagamaan pada awal pandemi menjadi salah satu penyebab meluasnya penularan.
Jerman dinilai cukup berhasil mengelola Covid-19. Layanan kesehatan yang tersebar merata, tes Covid-19 yang masif, serta pelacakan yang sangat luas di Jerman menyebabkan wabah terkendali. Faktor kepemimpinan Kanselir Angela Merkel berpengaruh besar terhadap hasil positif itu. Ia tidak menyepelekan Covid-19, mau menerapkan pembatasan sosial, dan mengambil keputusan berdasarkan data ilmiah.
Ketika Jerman memulai masa kepemimpinannya sebagai Ketua Uni Eropa, keberhasilan negara itu menangani wabah memberi harapan besar. Kepemimpinan Merkel diharapkan mampu membawa UE mengatasi dampak pandemi dengan baik. Tantangan nyata yang harus diatasi Merkel kini ialah mendorong perekonomian negara-negara anggota UE.
Ekonomi yang terpukul akibat pembatasan sosial dan tekanan di bidang kesehatan menyebabkan banyak negara di dunia, termasuk di Eropa, nyaris tak berdaya. Bagi negara seperti Jerman, kekuatan finansial mereka rasanya masih mampu memberi stimulus ke dunia usaha. Situasi berbeda dihadapi Spanyol, Yunani, dan Italia. Mereka memerlukan bantuan asing untuk membuat dunia usaha bergairah.
Di titik inilah kepemimpinan Jerman, atau lebih tepatnya Merkel, ditantang. Bagaimana ia membuat skema bantuan 750 miliar euro (hampir Rp 12.000 triliun) yang disiapkan UE bagi anggotanya yang sangat terpukul pandemi dapat berjalan lancar. Dalam pertemuan dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Senin silam, Merkel mengungkap visi tegasnya bahwa solidaritas diperlukan untuk mengatasi dampak pandemi. Artinya, kerja sama di antara 27 anggota UE, termasuk negara beraliran ketat dalam hal penganggaran dan berposisi berseberangan terhadap skema bantuan, yakni Belanda, Denmark, Austria, dan Swedia, harus terwujud.
Ekonomi yang terpukul akibat pembatasan sosial dan tekanan di bidang kesehatan menyebabkan banyak negara di dunia, termasuk di Eropa, nyaris tak berdaya.
Pertemuan UE untuk menyetujui skema bantuan berlangsung bulan depan. Negosiasi sudah berlangsung. Ada keinginan dari pengkritik skema bantuan agar negara penerima manfaat, seperti Italia, harus dipastikan mau bersikap hemat dalam penggunaan anggaran.
UE menghadapi situasi krusial. Di tengah krisis ekonomi yang mungkin terparah setelah Perang Dunia II, kepemimpinan Merkel diuji. Keberhasilannya mewujudkan skema bantuan sehingga anggota UE yang diperkirakan tumbuh minus dapat tertolong dan perekonomian Eropa tak terjerembap akan menjadi warisan Merkel.