Data yang dirilis oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dan sempat viral beberapa waktu lalu menyebutkan jumlah kasus Covid-19 pada anak meningkat tajam.
Hingga Selasa (23/6/2020), kasus positif Covid-19 pada anak usia 0-5 tahun mencapai 2,2 persen dan usia 6-17 tahun mencapai 5,7 persen. Jika total kasus positif 46.845 hari itu, kasus anak usia balita sekitar 1.000 kasus dan total pada usia 0-17 tahun sekitar 3.700 kasus.
Oleh karena itu, sebagaimana disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam Rakornas virtual Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Kamis (11/6), pemerintah tidak akan terburu-buru membuka kegiatan sekolah sebelum pandemi benar-benar bisa diatasi.
Saat ini Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur menduduki peringkat atas dalam jumlah kasus anak positif Covid-19. Situasi dan kondisi di luar rumah yang tidak kondusif, terabaikan. Masih banyak orangtua beranggapan, anak tak perlu memakai masker di luar rumah.
Asumsi yang salah besar karena terbukti jumlah korban terinfeksi virus korona di kalangan anak-anak saat ini cukup besar. Pada banyak kasus, kelalaian orangtua yang tidak menggunakan masker dan cuci tangan menjadi awal petaka karena berpotensi menulari keluarga.
Lima protokol kesehatan baku, yakni selalu menggunakan masker, rajin mencuci tangan, jaga jarak dan hindari kerumunan, serta menjaga ketahanan tubuh, harus senantiasa diedukasikan, dilatihkan, dan dibiasakan pada anak. Lebih penting lagi, dicontohkan.
Ketika orangtua abai dan tidak disiplin, maka ini sama halnya dengan tidak memberi teladan baik kepada anak. Pedoman dan acuan anak adalah orangtua. Upaya pencegahan penularan Covid-19 di kalangan anak harus dimulai dari contoh dan kebiasaan orangtua.
Masa pandemi adalah saat rawan bagi semua orang. Peningkatan jumlah kasus pada anak adalah akibat kekurangpedulian, ketidakhati-hatian, dan kurangnya pengawasan para orangtua terhadap kegiatan anak di luar rumah. Ingat, menyelamatkan anak adalah menyelamatkan aset bangsa. Merekalah generasi penerus masa depan Indonesia.
Budi Sartono Soetiardjo
Pemerhati Publik, Tinggal di Cilame, Ngamprah,
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Terima Kasih ”Kompas”
”Koran itu salah satu media yang tingkat akurasinya tinggi, baik substansi maupun mekanismenya,” kata dosen penulisan saya ketika membahas kegiatan membaca.
Ia menyinggung perubahan perilaku anak muda sekarang yang meninggalkan media bacaan lama, yaitu koran.
Maka, saya yang di jurusan penerbitan tertantang membaca koran secara rutin, terutama Kompas. Sejak SD saya sudah mengenal Kompas meski hanya sekilas.
Sebagai mahasiswa, saya harus lumayan merogoh kocek untuk bisa membaca koran. Ditambah dengan masa pandemi, uang saku menjadi ”seret” dan harus berhitung untuk setiap pengeluaran.
Maka ketika ada informasi program gratis Kompas.ID dalam siaran berita Kompas TV, saya pun langsung mendaftar. Berkat solusi itu, saya bisa membaca koran versi digital (e-paper) dan mengisi waktu untuk tetap ”di rumah saja”.
Cara Kompas menyikapi permasalahan di negeri ini sesuai ”amanat hati nurani rakyat”. Saya, sebagai mahasiswa dan rakyat, mengucapkan terima kasih kepada Kompas dan berharap tetap mendapat akses gratis Kompas.ID untuk pelajar dan mahasiswa.
Saya kira hal itu baik untuk tetap mengenalkan salah satu media massa terakurat dan tertua kepada anak muda.
Saya juga mengucapkan selamat kepada Kompas yang mendapatkan peringkat kelima surat kabar berdasarkan popularitas di 200 negara.
Maju terus Kompas.
Nixon Yosafat
Papan Mas, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat