Pengembangan koridor timur Jakarta dinilai akan segera bangkit pascapanemi Covid-19. Namun, pengembang diminta tetap menjaga kualitas lingkungan agar konversi lahan tidak berujung berkurangnya daya dukung.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kawasan timur Jakarta terus dibidik untuk pengembangan kawasan industri, residensial, ataupun komersial. Proyek-proyek infrastruktur di kawasan timur Jakarta dinilai akan mempercepat kebangkitan kawasan timur Jakarta pascapandemi Covid-19. Namun, sejumlah persoalan mengintai pengembangan kawasan, di antaranya defisit air baku dan sampah.
Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bidang Tata Ruang, Kawasan, dan Properti Ramah Lingkungan Hari Ganie mengemukakan, upaya membangkitkan ekonomi pascapandemi Covid-19 memerlukan langkah luar biasa. Saat ini, kondisi sektor properti masih tergerus.
Per Juni 2020, sektor perhotelan, mal, perkantoran, dan rumah komersil masih belum bisa bangkit. Tingkat okupansi hotel turun 90 persen, mal turun 75 persen, perkantoran turun 74,6 persen, dan rumah komersil turun 50 persen. Hanya segmen rumah bersubsidi yang masih bertahan karena antusiasme konsumen dan ditopang cairnya anggaran stimulus pemerintah Rp 1,5 triliun.
Hari menambahkan, kawasan Jakarta Timur memiliki kontribusi suplai perumahan hingga 47 persen di Jakarta. Pasokan rumah itu didominasi untuk segmen menengah ke bawah, yakni 73 persen. Ia menilai, koridor timur Jakarta paling siap untuk mendorong kebangkitan ekonomi di kawasan Jabodetabek, antara lain karena ditopang oleh proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
Ia menambahkan, peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur Jabodetabek, terutama di koridor timur, mendorong kawasan ini bertumbuh cepat, seperti di Cikarang, Bekasi, dan Karawang. Setidaknya 15 pengembang besar telah masuk menggarap kawasan timur Jakarta, mulai dari segmen menengah hingga memengah ke atas.
”Kawasan timur Jakarta ini merupakan kawasan yang berkembang sangat cepat. Aksesnya bagus dan ditunjang setidaknya 10 proyek infrastruktur besar,” katanya dalam seminar daring ”Pemulihan Ekonomi Pasca-Pandemi melalui Pengembangan Koridor Timur Jakarta”, Kamis (2/7/2020).
Direktur PT Jababeka Tbk Sutedja S Darmono mengatakan, koridor timur Jakarta merupakan kawasan potensial dan berkembang menjadi kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. Potensi ini bisa menjadi pendorong bangkitnya ekonomi nasional, terutama sektor properti. Transformasi kawasan industri ke permukiman dinilai mendorong peningkatan ekonomi kawasan.
Pihaknya kini tengah mengembangkan proyek Jababeka TOD City dengan berbasis pada pengembangan proyek-proyek infrastruktur pemerintah, serta jaringan transportasi dan konektivitas di timur Jakarta. Jababeka TOD City dinilai sebagai solusi gaya hidup baru pada era normal baru.
Untuk menunjang pengembangan kawasan, pihaknya bersama beberapa pengembang membangun konsorsium. Konsorsium dinilai merupakan kekuatan pasar. Saat ini, Jababeka juga sedang mengembangkan moda monorail dari Stasiun Cikarang menuju Jababeka-Lippo Cikarang.
Senior Advisor PT Lippo Karawaci Andreas Nawawi mengemukakan, era pascapandemi mendorong lingkungan hunian yang sehat. Momentum pembangunan koridor timur Jakarta ditopang oleh infrastruktur dan transportasi. Dengan bertumbuhnya investasi swasta, asing, serta pemerintah yang gencar membangun infrastruktur, kawasan itu cepat atau lambat akan berkembang.
”Dalam kondisi normal baru, rumah tidak hanya desain bagus, tapi lingkungannya juga harus sehat. Para milenial sebagai generasi masa depan perlu disediakan rumah memadai agar bisa hidup dengan baik di tengah lingkungan yang tumbuh,” katanya.
Krisis Air
Direktur Jenderal Tata Ruang Kementeriuan Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional Abdul Kamarzuki menyatakan, saat ini perubahan penggunaan lahan di kawasan Jabodetabekpunjur meliputi konversi lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun sebanyak 48 persen, sedangkan konversi lahan sawah menjadi bangunan sebesar 24 persen. Kondisi ini diakomodasi dalam tata ruang karena dinamika ekonomi, perumahan, industri, perdagangan, dan jasa.
Namun, pengembangan kawasan tersebut menghadapi enam persoalan strategis, yakni banjir, ketersediaan air baku, sanitasi dan persampahan, permasalahan pesisir dan pulau reklamasi, kemacetan, dan antisipasi pemindahan Ibu Kota.
”Lahan perumahan dan komersial akan semakin banyak dengan adanya infrastruktur. Untuk itu, pengembang perlu bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan kluster yang tidak menghabiskan lahan luas,” katanya.
Pengembangan kluster permukiman ke depan perlu efisien, tetapi dilengkapi dengan fasilitas sosial, ritel, dan hiburan. Dengan demikian, masyarakat bisa tinggal dan melakukan aktivitas sehari-hari di kluster.
Menurut Kepala Badan Pengembangan Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hadi Sucahyono, pembangunan infrastruktur menjadi daya tarik pengembangan kawasan. Tahun 2020, pihaknya fokus, antara lain, pada konektivitas serta peningkatan kualitas jalan di kawasan timur Jakarta.
Di sisi lain, ada ancaman defisit air baku di timur Jakarta pada 2030. Hal ini karena kapasitas bendungan Jatiluhur, yang menjadi andalan sumber air baku di timur Jakarta, tidak lagi memadai. Pemerintah berencana membangun bendungan Cilamaya pada 2021. Namun, pihaknya meminta pengembang menjaga kualitas sumber air.
”Pengembang harus menjaga kualitas sumber air. Jangan sampai pembangunan menghilangkan situ atau air danau yang merupakan sumber air permukaan,” katanya.