Belajar Daring Belum Ciptakan Ikatan Emosional Guru dengan Murid
›
Belajar Daring Belum Ciptakan ...
Iklan
Belajar Daring Belum Ciptakan Ikatan Emosional Guru dengan Murid
Tahun ajaran baru akan segera dimulai, tepatnya pada 13 Juli 2020. Pembelajaran jarak jauh berbasis daring diharapkan tetap bermakna bagi peserta didik.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah kendala masih ditemui setelah tiga bulan pembelajaran jarak jauh atau PJJ berbasis daring diterapkan. Kendala ini diharapkan bisa segera diatasi agar pembelajaran bermakna.
Menurut Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, pembelajaran disebut bermakna ketika ada ikatan emosional antara guru dan murid. Keakraban guru dengan murid penting untuk menggali potensi siswa, yakni menumbuhkan keterampilan berpikir dan berperilaku. Pembelajaran bermakna, selama ini, paling mungkin terjadi melalui pembelajaran tatap muka.
PJJ berbasis daring dinilai kurang optimal untuk membuat pembelajaran bermakna. Sebab, interaksi antara guru dan murid di ruang digital tergolong terbatas.
”Selain itu, belum semua sekolah dan murid ditunjang dengan infrastruktur yang mendukung PJJ daring, seperti koneksi internet. Kami menemukan bahwa hanya ada 47 persen sekolah yang bisa melaksanakan penerimaan peserta didik baru (PPDB) daring. Angka ini bisa dijadikan acuan tentang kemampuan sekolah melaksanakan kegiatan daring, termasuk PJJ,” kata Heru saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (2/7/2020).
Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan, ada 40.779 sekolah dasar atau sekitar 18 persen dan menengah tidak memiliki akses internet. Selain itu, 7.552 sekolah atau sekitar 3 persen belum terpasang listrik (Kompas, 9/6/2020).
Menerapkan komunikasi dua arah juga menjadi tantangan bagi PJJ daring. Heru mengatakan, sebagian besar guru menggunakan grup percakapan Whatsapp untuk mengajar. Hal itu dinilai kurang efektif karena komunikasi yang terjalin di platform itu sifatnya instruksional.
Kami menemukan bahwa hanya ada 47 persen sekolah yang bisa melaksanakan penerimaan peserta didik baru daring. Angka ini bisa dijadikan acuan tentang kemampuan sekolah melaksanakan kegiatan daring, termasuk pembelajaran jarak jauh.
Hasil survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan, sebagian besar siswa belajar di rumah dengan mengerjakan soal dari guru. Hanya 40 persen siswa yang mengalami pembelajaran interaktif.
Survei ini dilakukan secara daring pada 13-22 Mei 2020 dengan melibatkan 38.109 siswa sebagai responden. Survei juga dilakukan Kemendikbud dan Unicef melalui layanan pesan singkat terhadap 1.098 siswa dan 602 orangtua pada 18 Mei-2 Juni 2020.
Pada April 2020, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan survei terhadap 602 guru. Hasilnya, sebanyak 29,6 persen guru hanya memberi tugas kepada siswa dan 24,8 persen lainnya hanya menjelaskan materi pelajaran dalam pembelajaran daring. Ada 53 persen guru yang menargetkan penuntasan kurikulum.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan, pendidikan di Indonesia kini harus berorientasi pada kualitas peserta didik, bukan kuantitas. Kualitas yang dimaksud mencakup kekuatan karakter, keterampilan personal dan interpersonal (soft skill), kreativitas, kemandirian, kemampuan nalar dan menyelesaikan masalah, serta kemampuan bekerja sama.
”Kualitas peserta didik itu terletak pada kualitas orang dewasa di institusi pendidikan (guru, tenaga pengajar, dan kepala sekolah). Tanpa kepemimppinan yang baik, tidak ada pembelajaran yang bermutu,” kata Nadiem dalam Silaturahmi Daring Pengurus Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama dengan Kemendikbud, Selasa.
Mengatur alur pembelajaran
Agar PJJ manjadi bermakna, Heru menekankan pentingnya peran guru mengatur alur pembelajaran. Proses mengajar dimulai dengan pengantar, lalu dilanjutkan dengan penyampaian materi, memberi tugas, dan diakhiri dengan diskusi tentang kendala yang dialami siswa selama belajar.
”Perlu manajemen ruang dan waktu dalam PJJ daring ini. Guru juga bisa membuat aturan atau tata tertib belajar daring. Namun, ini agak sulit karena pelaksanaan tata tertib tidak bisa dikontrol dari jauh,” ucap Heru.
DRM National Project Manager Yayasan Plan International Indonesia Ida Ngurah mengatakan, guru dapat menerapkan pengajaran kombinasi atau blended learning. Artinya, guru dapat mengombinasikan pengetahuan dari berbagai sumber untuk diajarkan kepada peserta didik. Gaya belajar peserta didik juga dapat dijadikan acuan untuk mengajar. Gaya beajar yang dimaksud mencakup visual, auditori, dan kinestetik.
Grup percakapan Whatsapp juga dapat digunakan untuk PJJ daring. Namun, pelaksanaan melalui grup percakapan harus diperhatikan agar komunikasi yang terjalin tidak satu arah dan instruksional.
”Buatlah daftar hadir peserta didik dan buat waktu belajar yang sudah disepakati. Jangan lupa siapkan materi, baik dalam bentuk audio, teks, video, maupun presentasi. Slide presentasi dikirimkan satu per satu di grup itu dan diselingi dengan audio berisi penjelasan slide,” kata Ida melalui webinar yang diselenggarakan Kemendikbud.
Ia menambahkan, pengajar pun perlu memberi waktu bagi peserta didik untuk memahami materi. Membombardir grup dengan materi-materi sekaligus tidak disarankan.